Bulu Perindu | Buluh Perindu 085261043031 pin BB 2A7926BF

Bulu Perindu | Buluh Perindu

085261043031 pin BB 2A7926BF
Kali ini saya akan menjelaskan tentang pelet bulu perindu sukma, bulu perindu sukma adalah media pelet untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh, misalnya anda mempunyai pasangan pacar, suami atau istri
yang sudah tidak cinta lagi atau cuek, pelit, tidak sayang, maka pelet bulu perindu sukma solusinya.
Dalam pemakian bulu perindu sukma sangatlah mudah anda tidak perlu ritual puasa, bakar menyan dan lain sebagainya, anda juga tidak perlu ketemu dengan target jadi sangat mudah walaupun pasangan anda berada jauh di luar kota atau di luar negri, selain aman dan tanpa epek samping bulu perindu sukma juga dapat di gunakan oleh siapaun tua ataupun muda dan bebas semua agama dan pantangan,
disini akan saya jelaskan sedikit cara pemakaiannya bulu perindu sukma,
Untuk mengembalikan pasangan yang jauh dan tidak cinta lagi sedangkan kamu sudah habis2san dengan si dia, caranya mudah, ambil bulu perindu yang kami berikan letakkan di bawah bantal, kemudian baca mantra yang kami berikan dan sebut namanya, maka target yang anda tuju l;angsung teringat dengat anda, makan tak enak tidur tak nyeyak ingin selalu bertemu dengan anda, maka dari yang terkena pelet bulu perindu sukma akan rindu menagis dengan anda.
Sedangkan cara pemakaian pelet bulu perindu sukma buat pasangan yang sudah tidak harmonis caranya juga sama dengan cara yang di atas, namun jika anda satu rumah dengan target berikan dia air bekas rendaman bulu perindu sukma tapi jangan sampai ketahuan, maka yang telah meminum air rendaman bulu perindu sukma akan semakin cinta dan sayang, satu lagi tidak pelit lagi, Menarik bukan , tunggu apalagi pesan sekarang juga jangan tunggu kegalauan anda semakin berlarut larut bisa tidak enak makan dan tidak enak tidur, galau selamanya.
mahar Pelet Bulu Perindu sukma Adalah 300 ribu untuk tingkat 1 dan untuk tingkat 2 adalah 550 ribu
khusus tingkat 2 adalah bagi mereka yang sudah beruma tangga, atau pernah menikah. dan tingkat 1 khusus yang belum punya pasangan/lajang
sudah termasuk ongkos kirim ke alamat anda.

Bulu Perindu sukma Insya Allah mendatangkan jodoh dalam waktu singkat

Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita.
Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..

Bulu Perindu Asli Kalimantan
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSJc7gC0B3roJywCjT_rhk3-gExBRhaUu12l3AYhXvKXMsf6_96nA

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQyXwddpsb8cqY4okcxC2xoHzec4puPCdrX2qxJZBaAcoNT768ZFuRWFBrcZg
mahar tingkat satu 250 ribu plus ongkos kirim 50 ribu

khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.

mahar tingkat Dua 500 ribu plus ongkos kirim 50 ribu

Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk menggunakan bulu perindu ini.
kekatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi

khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.


"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"



"Saya tidak tahu lagi harus mengucapkan apa, kecuali mengacungkan kedua jempol saya untuk Bulu Perindu Sukma Milik Bapak adi, dalam tempo 7 hari saja istri saya yang selingkuh dengan pria lain kembali ke pelukan saya serta memohon ampun dan sungkem kepada saya,
dengan membaca petunjuk Bapakadi langsung saya praktekan saran yang dibilang Beliau dan Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan.
Terima kasih BapakMasriadi.
Misuanur - cahayase***@yahoo.co.id
Jl. Mojosongo, Jebres, Surakarta, Jateng


"Luar biasa !!! Setelah menggunakan Bulu Perindu, saya bisa bergonta-ganti pasangan akhirnya bisa tersenyum puas.... Silahkan pesen di situs ini, dijamin bikin glegek'en.

Dan yang jelas, setelah saya merasakan manfaat dari Bulu Perinduini, sekarang saya bisa mencari kekayaan yang sungguh mudah dan fantastis !!! Recomendasi reseller boss !!!".
Binsamdony - semestar***@plasa.com
Jl. Raya Cetho - Sukuh, Karanganyar

"Assalamualaikum Wr. Wb Terima kasih abah Aji atas paket produknya yang telah kami terima dan setelah kami mencobanya, sangat luar biasa. Dulu sebelumnya setiap kali saya berkumpul dengan istri, selalu saja terjadi pertengkaran, karena masalah tuntutan ekonomi yang membuatanya selalu ingin di cukupi, hasilya selalu ribut dan ribut melulu, setelah memakai Bulu Perindu Bapak Adi dan di gunakan buat Pelaris usaha saya di bidang Pecah belah, Alhamdulillah setelah mengikuti saran dan arahan dari Bapak Adi Yng kontinyu saya lakukan Alhamdulillah hasilnya sungguh luar biasa, semua kebutuhan saya telah tercukupi. makasih Bapak Aji.
Zabidi - zabidiward***@yahoo.com
Playen, Gunungkidul

"Awalnya sebelum menemukan program ini hati saya selalu gelisah bertahun-tahun dengan biaya tidak sedikit mencari jalan pintas namun tidak pernah hasil dan tetap gelisah, akhirnya setelah menerima paket Bulu Perindu dan membacanya ada ketenangan batin, selain Bulu Perindu yg luar biasa, programnya meyakinkan dan masuk akal serta bisa dijalankan dengan mudah, succes untuk Bulu perindu Sukma".
Khoirul- kacuk***@yahoo.com
Jl K.Hasyim 69, Plongan, banyuwangi

"Assalamualaikum Wr. Wb. pak Aji Bulu Perindu sudah saya terima. Pertama kami ucapkan kepada Allah karena tidak ada yang lebih kuat kecuali Allah. Dengan sebab dan lantaran Bulu Perindu, Allah memberi tambahan kekuatan kepada saya.

setahun yang lalu saya telah bertunangan dengan seorang wanita, namun 3 bulan belakangan ini tiba2 dia seolah2 sudah tidak ada respon lagi terhadap hubungan kami, dan puncak saat malamtahun baru dia memutuskan hubungan pertunangan, malu ,sedih semua bercampur menjadi satu, saat main ke internet untuk facebookan ternyata menjadi suatu hal yang menjadi pemersatu hunguan saya kembali dengan tunangan saya , tepatnya setelah melihat iklan ini fi facebook, dan saya langsung tertarik dan langsung menghubungi beliau, Alhamdulillah setelah melakukan apa saja yang di paparkan dalam kertas panduan Bulu Perindu , yang memang sangat mudah apalagi tanpa puasa,ritual dan pantangan, Alhamdulillah dalam tempo 3 hari saja tunangan saya langsung memohon ampun kepada saya, berjanji akan selalu bersama selamanya.
terima kasih Pak Adi atas Bimbingannya.
ROIHANA - roihana***@ymail.com
,Tuban, Jawa Timur


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSiqzPPkfqZwUvEHV4wpp1i7yKRDxHcPEe0IRpwoXzOIBXYKPLXJg
Transfer Bank BNI
An . Mesriadi
No rek. 0200424954

data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBggRERUUERQKFRIUGBYaFRQWFBoTIBsaHSAhGhsYHR4jJyYoIx0vJRkYKzckJS8pLDg0GSk9QTAuNSg3LCoBCQoKDQsNGQ4OGTUkHCU1NTMqNS01NC81NTI0LDU0LDQ1LzUsNSk1LDQ0LDQsLDQsLDQsLCw0NSw0MSw0MywsLP/AABEIADoAWAMBIgACEQEDEQH/xAAcAAACAgMBAQAAAAAAAAAAAAAABQYHAwQIAQL/xABBEAABAgMFBAMNBAsAAAAAAAABAgMABBEFBhITIQcxQVFTYZEUFhciQlRxgZOUsdPiMnOhshUjNFJicoKSotHw/8QAGQEAAgMBAAAAAAAAAAAAAAAAAAMBAgQF/8QAJREAAgIBAwMEAwAAAAAAAAAAAQIAAxESE1EEIUEVMmFxIjEz/9oADAMBAAIRAxEAPwC1Lz3oalEpASXHnK5bYOGtPtKUeCRUVPWOJiHqvTeRWpekE/wiXUunrLia9gj4va4TaTta+KwwBr+8p0n8ieyF+ZHQqpXQCRM7ucxl3yXj84k/dVfNg75Lx+cSfuqvmwtzR/xgzIbtJxK6jzGXfJePziT91V82DvkvH5xJ+6q+bC3MgzInaTiGo8xl3yXj84k/dVfNg75Lx+cSfuqvmwtzIMyDaTiGo8xl3yXj84k/dVfNjLLX0txo4ne532/KDaC0sDiQCpQV6Kg/CFGZBmxGyh8Q1nmWnZVqS8w2lxshSVAEEcjBEP2YvHA4jyUvPADkMRoII5jrpYiaQcjMUXqQVWm4keU3LCv9T2sfEi+HH0st5TaFLwhWELVTnVVdTSMN77Qy7Zw4albTNNaagvU+MSTZlMNuSAWtoDGtdVA5m4010BFI6JJSkNM+MuRMt6bHEsxmNuOmhSClYSsKrpy36xE3HULbx0bSpKqKw6AgjQ04bjui0UPNknECopJCRTFUaeN+PHlFRXotkMzE+nKSkIyjQLB1JrwGh36axXp2Z/x8ybAB3k3uzdCWdYDj4XiXqkBVKJ4V+PrjeduRZK0HLLgPBQXi1/GMjE5LSFmJcmAsIQ0kuJAxmqt4A46qjXmnGv0ZjkQWW1AKopOA4SqihQ7lb9Yzl3LZB8xgAxEFgXTmJiqlKwNJJGIalRBoSnq03xJhcSyaU/X1/n/GPb3TczKWctUqhRLaUgBO9KdApQ9AqYp2zr0Wg46AwmYLqiBUOnyjSpNN2saEW28FgcARbFU7Ylo2Jc6SXmKWVrbCils1w1A3k066j1R8XquzZ8vLlxtLgUFJFSonQmkP2rNmZeTypYNl0JonErCMZ3qJoeJJ3cIX7R5jLs51VK4cBpWnlCEJYzWDv5lyoCmJdl50e+/e/MYIwbIX8bS1UpiddNN/lGCFXdrG+5dPaJEtqz627VC070NMKHqW5GpZCbLOZgnJ1rEsrbQ26pnDXXxgSAaGuoMZ9sCSLS1rqw1T1Kcr8R2xCSBHdorD0LMNjabDLBfmAuuZP2jRKhSjrbVUhIqolBrWpPPjziL91SbeFKnC/jfQ5MKAOqUHRIJ+0SK1MJsI6o9h60geYsuTLnG26x+hnf8AH/cRi/G1Rc6yWJdtbba6ZilHxiN+EU3Driv4IUvRUqcgS5ucjEtq6+2aWSylE6h7GgAZjYxYqaAkcDGd/axdtK0lpmZwglRwtpbqrcCRx4xT0EQehpJziG++MSwb2bW7QeWjuJb7DaQcVUoJUo+mugEb97Nqtmzcm6whqaStxIAJpQGoMVfBFh0lQxgfqRuucy4di/7MfvHPzGPY92LoV3LXgVuEf3GPI4F/9W+zN6e0R/f64zFoIBqUOt1wLArv3pI4pNB2CKlf2a3jQaYJc9YcIr10wx0RGJaE8hF6uqtpGlT2kNUrnJnPHg8vF0TPtPpg8Hl4uiZ9p9MdC5aOSeyDLRyT2Q71C/4lNhJz14PLxdEz7T6YPB5eLomfafTHQuWjknsgy0ck9kHqF/xDYSc9eDy8XRM+0+mDweXi6Jn2n0x0Llo5J7IMtHJPZB6hf8Q2EnPXg8vF0TPtPpjdsrZdbLqwHsttHEpVjUeoaCnpi+MtHJPZH22lPIRB6+8jGZIoQRbdyw2ZVpLaAAEgADkIIbQRhjp//9k=
Transfer Bank BCA
No Rek 7985057818
An .Mesriadi

Pratinjau Gambar

setelah transfer harap konfirmasi sms ke no 085261043031
( mesriadi ) pin BB 2A7926BF
sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu.

bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA TIKI (titipan kilat)
data:image/jpg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wBDAAkGBwgHBgkIBwgKCgkLDRYPDQwMDRsUFRAWIB0iIiAdHx8kKDQsJCYxJx8fLT0tMTU3Ojo6Iys/RD84QzQ5Ojf/2wBDAQoKCg0MDRoPDxo3JR8lNzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzf/wAARCAAqAHIDASIAAhEBAxEB/8QAHAAAAgMAAwEAAAAAAAAAAAAAAAYEBQcCAwgB/8QAPBAAAgEDAwIDBQMICwAAAAAAAQIDBAURABIhBkEHEzEUIlFhcTJCgSMkM2KRodHjFRYXU2aSlKTB4fH/xAAZAQACAwEAAAAAAAAAAAAAAAAAAgEEBQP/xAAmEQABBAEDAwQDAAAAAAAAAAABAAIDEQQSEyExQWEiUXHhBYHR/9oADAMBAAIRAxEAPwDaaiaOmgeaZlSJFLMzHgAaXT1JU1D/AJlSRJAwDJLVTeXvHPoMfI+pz8uDqB1f1FTCtS2+y106wzLJP5EOVfAyFzkd9pP01VdO3yWdKi5S0tyeSbcQKaEeSijGACeCeOWxn9mq75fVpBV+LFO3uOHwmy29RrPUx01dT+zTSkiFg2+OUjHAbAx6jGRzkYJyM93V19Xpzp+purQef5AXEe/buJIAGcHHr8NVtTQwtQ1cBVyWRsSE52shYKQeOADjtjGrc0VNfLLFDdYIqqKVEd1YZRmGDkfLPI12iPqGvkKvM1o5bwsyPjj/AIe/3v8AL18/txOMDp0f63+XpW8XbfbbV1UtFaqOGmijpUZ0hXaCzE+v4DUrwZsVBfL3Xi60kdVBBTAqkg3AMW/hnW+cfEEG9o4+T/UlCrWg2DxMiufT92vNXa5KantxUFI5fMaQkdvdGNUtB40pU3KGnksUixSyBA0dQHfJOOBtAP7f26meKKUvSfR5h6fiW3PWVaBjTe4XAHIOPlxrJujHqm6ptqUc8sMstSilo2KsRnJGR2wPTXPHxoJY3yaeO3PhQACtj648Tf6rXoW2O1rVHylkZ2nKFd3oCNp129BeIkvVtxnppLWlJFBD5rzCoL98D7o+ffWUeKtX7Z17dTxiN1h/ygDXT0zUVFFb6tYJdq1u1JdvrtUn3c/PPP4a45UUGPhCUjmvPUqxjYpneGN6la3dfEyClrZYKGhFVDGdvnmXYGPfAweNWfSXVNf1DO221LDSIcPUNOTz2AG3k6zPpS0QXu9QUVTOIY2BY9jIB91fn3+mdbJXrDY+m6w0aLDFSUsjoFGMbVJH7xrCxjLKbJ4V3PixsYCJrfV78rOrt4zimuMtPRWYyRROVLTzbGbBweADjTlbusFrrPb7ilvliFWpYxyNgoA23I45HGfxX4jXm2orKmqqfaqmollnJBMsjliSPQ516b6Gic9IWZq2SSeoamjlaSZi7bmG71PfnW7+QxY4Ym6RRWXTWnkWmANwODo1y0azUiqr9QS1tKppnC1UEglhLDgsOx+RBI+Wc840o26po7fWT+an9HSOS0lNJK8SqT6lcZ3ZwORx8PQE3dbcK2K+SwQ1MpZXgEVJ5SlJFY/lGJ27hgZOd2Bj0Poa2e5XeSiU0kj1FUyRNNFNTBVhlMsYMY93gEM45LEABs9zBxy4gghd45tLS0iwvlLLVXVXoqEu8EvuTVZBKRjOSFY/b3Fj8xxn4h2giWGJI41CoihVX4AcDSHHfbrUViyGqNHRSyytD5irDiPbAYwS0T8kM7YwPUjPu41MFwuUklyiWvnZo4pZInhiTEe2TAUq0YIJHGMtu5II40zcdze6WV+voKCyDxOSpruurtIlPO8ayLGrLGSMBF/5J0++AlDJT2+7VE8TxmSZEXepXgA59frpplra6CdIKq4VEVN5cbPV+ShYMVY7eE2gE45x2A9TnXO63qtoDanQTSRON9Rinw0q8DaFPo3O7GRgAn9XWhJkukhEIHtzft+kl8Uk3x8aedLPRwQSS4aSZtiFu23t9dJnhXaqmXrq2vLTTxpAWlLNGQOF+nz1tl3q7mbhDFbn90+W5BQFZBk5XdjjI79uNQoKy51MENYlZWRh6aaXyWgjADLkKCCm79/bjRHkuZj7QA79/pANBYL1BBcK6/XGrNFUt5tVI2RC3ve99PTT50l0fLW+Hs9QIHjr1qpJYw6EMygbSvPxA4/705Ncb5Lb4HoK01E5SV5SskZ27Y1YD9DxyT7uM/rakPfLvSuJJ0klgeqfy9kHOFR/yZwO5CkN3zjtnUZUzsiHZIFfK6RSuieHN6hZXDT18EyTQ09VHLGwZGETblYfhrR79fKi6+GlymjppUrvJEEkHlMW3FlBIGMkEEn/AM1PgqrxPRQxT1VbBVx1iwySezxr5sb+8GwUYDAwOPgdc5LlcVaVTUzJIhYUsQp1IqmDsNrHacegHBGB7x4Os3HxXQPu78K3mZwygLbRHe/pedxZro3At1ZkjA/N3/hr1dbqdaShpqZBhYY1QdsAAAaVZLzeKbcJI5JpHFQ9PiHh/fCohwOCrMOeMqc8nOJdkvFT7TDS3aZ1lCGImeMIZXD4VsDjLKUbA4G4a0syZ+QBYArys8m01aNGjWclRo0aNCFT31Z2ip/LFQ1OJs1C0zFZCmDjBBB+1tJwc4B+mqbyrkWbal0ExC+xF5fcQbm/S4OD2zuycYHJ3acDo04dQUpNqIbxVBYIhWReWSkjO7KpzODnKsCw2A8g+nHrqNLTXtYYEqXrQEfbI8RlcMAHxwkgcjlfvfDOdPejTCShVItKlFS3WO8pUvJN7GZygjaSQts2DBKsxXGc9t3z1BqY7uHrRGLg287i58wFBv4ACybWyP7vaceunnRqBJzdItJb0V2eSGalkqxBEsYZXknV5AWw+1WkODg/fDH4dscmh6gkVj+crNBIKdCsgAlARyZME45JUDPcAnTlo0biLSRWQ1jSU/swvEdKN4l855XJfavoFkV8fa5ztyDgc505QfoU+16D7QOfxzzrt0DSudYUL7o0aNKhGjRo0IX/2Q==
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQmme_dl_uzL75YWXC9GiO2FWfdkPwVFY5NIsbWvcwUfZUT7gJyaq3DzQ
data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAKgAAAB4CAYAAABmdbmbAAAgAElEQVR4nOy9d5RlZZn/66jQATpU56bphu4mNRkUDIA5B1D5mWBMiKKgMoZBYHRAEESRJJKDBMk5NNDddE5VXdVVXVVdOVedtOObdjr7nLM/949TMM69v7vWde7Phc7wx2ftVbXPqrDP97z7ed7n+zz7LZFWvMn/HmUCnLCMF5TRJiRWkprvk3keOC7YPpktyWxNZkfUPE1FeJSVS2A8ZOjjRT5u7ONFAhEKjJHEUpEKRawkxvgEWhJLTVkEVLyYipdQ9itEfg0tM3xdp+xUIBdDISArBWRuQMXXRNIQ6ACjI4yKCVRMJMtEKnzDr+H/X97yRv8Bf89oo5EmRJmAUCsS5VNWLhVpU5E2ZekRS0GgNVoHGB0QaEOgDdoYlAn+H9RfFxKqgEBLQuMSGBdjXFTgoQIfHdSFHGpFJDWJMJR9Q8U3lH1N4itiqQi0RBuBCiQqkGijMFoTKkOkDJHSb/g1fFOgf0NCLYm0INEuiXZItEWsS4SmhAksROTixIJiosmnAaU4wg9ipInROsboGKMiQhUSqhCjQ7QOkSZABCHaCBLtEBobFVp4cQk3KeEmRURcIAjylHWOTIyT+RPE2sJOfKxEYCc+Tvza6uwjQhcduBjjEWqfWPlEyifS8g2/jm8K9G9ErHxSaVORJSqqSKqKlHXxPwnUjSSlRFMohzhRiDaGQGuMVgRaYYw/iYcOHFToIEMLGTkY45IoQawksfKJtUusbSJTIjIFIpMnDCYIwjGCcAwvLlBIHYplDztx8WIXP3JRoYsObExgExiLILAIgxKhdt8U6H9nYuWRqhIVWSJVRVJlUVY2iXKIlUesVD3+UxGBiklETMULqXqGstDESmGMwAQeJnAwgUVoSsS6LvRE+iQiJPViql5IzQ3IXEPN1VR9RVlKAuMjIh839hCRiwnq8W2kvXrIIX1S6ZEol1jVV2MTlNBhCWPcybvAG38t3xTo30SgPmVlkyqHsnIoK5ey8ikLRSo0VT+g5sZkTkxml8msMlhlMiem6saURUikAoypJ0Oh8UiUTSotaqJERfiTiVFI1YuouTE1N6bqJZT9MpGooHQFN6hihVWMDieTNJ/M9ckcSeZoMldT8yWpkMTaxxgHHTqTt/s3BfrflkRrIt9HFi3KQYiWEtdxicKEUCcEIiR0DHFJk5YMZScmtGMiO6Tql8m8mIoTEDuKWEgCz0X7NlpZ2PYYociRGYuKyBGpPCawsUQBO/DJKZ9SEOGEKV5YxTcVQhFSlYKqEKSOoCIiql5EYgWkfkxZxCQyqCdHShApSaTe+Ov4pkD/RsRCk3iGsggJdYQOEmRcxk/K+HGEaxS+8gmUR6x8lClhB8MYM0KmJ8Aag65OWL8Rnl9N+sgj6Pv+hP/gPdgP3on34K34992Aff8N+M/cTWX7C1S6tlEu9RGJCWKvQOKVSHyXxPMpKw+jiyhpEYQKHRikjpE6QauUQKYkIqHsR1R9Q1moNwX635lEhdRUmdAxSFejghjbGPK+jU40laqmEpaoyjFqSYlq2EPVehXdeC9NV36bzf/8MRo/fDJNq1bStnwpTQvmsWXOTDYunM2GAxvYclADm5fMYP2Smby6Yj7rj1nBuvccw5qPn0rTuWeh7rgBGjfAWDfk+8nsAcpqhCScIIpdnMDFiQPccooTlpEmJZQJqR9T8wLSNwX63xylCX1NrEMqcZkkMITKI1UOuOMw3ku1uxG19nFyN13OwHfOpPmEpbw0+21sn78vu+bsy+6Zb6VvwX50zZ9G5+L9aFs6nZ3LprNt+QyaD5hBz7xZDMydzUBDAz0zZrN3xmzaZjbQumgRO5YsZu2yRew+7Z2ISy/E//OtxFtegPG9UBqkbI+hpY0XSJwoxA0jlAmIpaYiJIl88xb/35rAKILIoI3ACIdUOGS+A6ODVDeuoXD9b+n96pnsPvFIGg+cR8vsBtpnzKNt3gE0Ll1GyzuOo/cLH2P0e19m+MdfY+LS72BddgHeFReifnsJ8oqfYF38fayLvkvph98g/63/Rensz9H34ffSdNQKti6bx4a5+7F57n40LW5g+4oDaXzvyfR8/7voB+6FnnYyt0gqbVQg8CKJFwlk6BEYh1D7byZJ/0jEyidR/uTKYohUQKACjNGoQKBNHTNZGRJG4isL4UxQ8XJkqgTbNzB44fmsXnU4m5YsZeOM2Wyevj/N8xfQeuhxjH3qG6TX3km6ZiOV9hZq+R5qdg+mfzuyczNu0xrElhfJdm0kbd+E6t+M6HkVs/cVKt2vkuVbqA5sI929hvJjdzL6rS/x4mEH8fzi+WxauJidcxfReOBy1i0/hM0f+gjhPXeSDfeQOaMkuoAKS4iovkcbKY+yFIRaYXS9HFpPoBSBFgS6fi5SAZGM68e/g/fpf6xAU+mCKFIVPomICEUNrap4UYJXCfFrgoIuIpOQIcfHNxGxb4M1RrRlNUM/OYeNyxpom7EPQ7P2Z2zZStrfdRo7zvs+Q088QdA3QMWWVC2LzMuTiTHSQg+yvwVr706GGzcge5oJ+puxW9ag+xoRw204A7vId21BjzRTsbup2j3gDJA5o9T8ElmxgNy0lT1X/optn/oIW1YeQnPDPNqm7kfHovmMnv5RvLt+R7V3G2V3CC1LhEFAVStqThGlBSqpIHRK6IVESmICBxnaGK2I/QqpC4mf/t2FBP+jBJooj4p0SKQgUgGhTNCqjG8iLO0jpUusPIxTIjB+XdC7djJwyaVsO+lkti1aRNPsGbQcvJCB0z+Iue13ZM1bqI0PUfV8jDRox6USScqmQOQNoHKdFHuaKHW14PS0UymNkOS6GG9bg9vfSNkaJvbGcIbbKPbvwh3dQ2j1kgUFarpI7OQpCx+CCJwCdDfhP3kf4xd8m/bjj6Zl1iz2zGpg94HL6Dn9dMJnn4bSBJGXQ+ocKigQakmoEoxIib2Eiq+oCItYF9GBhzIxiZ8Ri/KbAn0jMdogTUCoDZGShEoQaEXoaxIVk3kRmeORlcbJioOkzz5MywdO4/n9ZtJ36LFsmLGQPae8j/Se26iN7Cb0e1FJniTyqFoOca5ERQpMaZzQHcYZbWVs71YKvbvwhvaSSQsCDz2+l/H29cjRdiqiSJYqwtIA+b5migO7KfTvwh5uI3HHSP36VlPZd6lJB2QB/GEyb5Dqni3YF3yXLfOX0L3fEnrnHMLmFUejrrmabLSDQPQhaw5ZGFD1YqoqI7AD4oIDTomaKGKCEiL0MbpeVHhToG8gfhBRjFNCFVL1PRJlEWuHiq+oFQxZSYHnUmnbjn/N5WxbNJfGGVPZungeuz70Puybfk822EM1P05ZCYJQI6SPch3KnkdF+MRWgTRwMMVeCgNNjPfsoNDfSmLlSF2LmrQJi4MUexuRE92knkXqlSi7OaqygCkOYA3twR3tQOZ6qcoCBA4Vv0hqW1R9hfIsPG+McpCDXA/miYdp+8IX2bBkBZvnLOGV/ecw8olPEj39ENV8N5myyXRIZipUVJlUSCrSpioLpKpAZIqYwMUY8XeXVP2PEqjWEcKkKBMSaJ9EWVSFQyYkFVeSuZJo/QZavvIldi5ZyO5FM9l06EJGf34e0faXiEY7MNYEWmq0H1ORNWqyQk1E1ISipjxSJ4cY3Uu+r4ni4C5EvpvQHqMiHDKtSYWDGO8n39eEN9ZD7NrUAkPZt0n8IhVZRBcHGevexejenZhiPzWdoyrzVLUCXSUSEb6UuMpDG4uKmICORuzbb6L9kx9j6/wFdMyay66jj8X97W9gtJ/ML5EqnzgyiEjgJA46tEhliZooESubUP/9lUb/Rwm0LAypH+OFIXYsCbVP5rtkTonMtaitfpmnjzyRxgNXsHHuDF46Zin+vdeSWT1g91MxJYTyiMsZoayQlEKqVgCeoeZ5pMUJ9GgPE507KPQ1oa1uKjpHFtVNHZHrEkufwM0x0bOTXN8eEiHI4oTYc4k9i8y4ZKGDKg4w3t1Eob8Ff7yDVIxCrIgtgSkIKrqCUhFeHOInkigogB4j27GG3q+cwfq5DbQtXMr6hUvpOvebsGcHmTuKL8co1lzGqh6lxCfUPjXfp+Z7k7H5mwJ9w0ilpCbqW0l2pJFRROg5ZK5F/rZbWbviaHbPXc72hcvY+eVPUtnxIpk1RuYUwbHB86j4klgHGG0Q0icIJaH2SKRN7OZxeveQ27sTmeukGuWpxQ6JcomEIPYlFSVRhWFKA834E/317wtBogRl5VNRgmrgU5ZF3NEucr27sIdbKbuD1HSRinQp+4JEGCKTEMZVZBhhIknFz1FzhiHfRf6Gy3n1hCNpnLeA1iXLGTv7LGq7N5PKforJOPmaJJ8oZDklNGWioqTsmzdj0DcU5ZKYEpFyiEJDIAQ1X5K7/o+0Hfcetk1pYOfylYxc+jNqvbvInAIVLyL1Eyp+SCo0iRSExiOKPILYQZkiSWQTiTzW0F6KXa3YA22YUh+JGifUBSLtkwYhqTJUlUCO95Pv2YYz1kUkfUIpiZQkVoJUCapGUJE2pjCIO9KJN9qOKXSR+MOkJk+ibSJdT2xkkOCZmCBNKScBiZej5o6QTXSin/oTW08+jpYZ8+iYdyCDXzyTrGUdZTOCFVs4SYiIqniijNIVjI7q+6J/R/yPEqjUNioqEvkFMtciK1qUbryNp+YezO4p82lcspShSy8kk8NU8oMktiQUNYzMMCqd3NQXmNAljB3CqEAS5KjpPDrXQ35vM2K4h4qfpxZaJKZIELgERiFdQegKKtIlLPTjDjYi8t0Y7RIq/3XnUVlLUiVIlUvq5QlLQ6hcF/5YO8LuJgjGCcMCsXExSiGExhMaX4cESUIYaYQ7gSkNko13wng3O44+jsFFy2maNpv2z3+arKsRVB7j2EQiRqkKpaSKTOI3BfpGogOBCG2MylMd6kHdeRdNR57Ilhnz2XHYYRSuv4LM7ifxRkm1QssAYSK0CQlUVK88aUUQSHTgolSeWlCkWuwn2tuE6mrF5EapBS7V2K07j4yLMQbtayJPUhUOwXg3fu8WxEQHRtsY7RJoQaQliVYkUlAWPlVhU/HyRKVB/LEOrGIXjholMEUq2qPqC8q2IHQk2leYICAqRyhT94RWjEdm50i2rKf7C2ewZvo0Ns1fwMDXzqbWuB0sB1xFGpUZjxROpN8U6BsqUKMxUUgmHIJXVrPlhKPZesActh59EO6tV5OV+snywyRCkHd8dBwTabvehqH9+s9RIbEIiD1JRXhUnRxquB3R34gZ7yayi6TGJdIWQhbxlVMXjokoS03m25jRPTgda3BHm9GmiDZO3dCsJYnWxEIQey5V36XqlyjbY4T5XoLhXpKhYaqlEjUlKQeKQAmE5xIoRSWKCLVA+BaeZ+HYgkoYU3ELJLvW0XLmR9k6fz57DliJ/vaF0LSbqlNAhTYitlH678+B/zcVaKjlX/Tk+IS6niXGUhFLSSzl5BvvTxobfEKt/m/I14m0IlTyL6ivOtFkc9trr3utzmyMJDCCwMg6WpAKQa1/mOePPZGXFjTwxEEz6LvqAhhvAmsQtCYpeZhqDct4lFWJRNmE2sdoQ6hiQicgsQyZLqPHRij078EpdGK8MbI4IA0VcSgJIkEQaUwYIhxB4PjUPJt4vAfVux2Z60QGrwnUrTe7aUEoPQLPIvYdysIidXKkpTEq/f3UOgbIxgtkSpIkGhkLdCwoJ4ZEehinQK1sqNVikqCKa8fo0CPxumHPGlpPew+tsw9kw9sXIX79e7LxfpxSF1nNoRJKykITTTb4KR2ijKl3i77+PkqMUZO9V//gAg20mDQuWKjQIdA+kVIkUpEISeDYpKEiCT2MKhBFLlGoCYOA0BhCbQi0nMQnDhXCtwi0R6g8jHAIjXid4LVjIDDaq/ecB6KeaUeKmi4RD3ew+ZxzeHj5kTx5+LHsvewSsrE9pGqImj8BTpHMdgiVhwgEyhiUCV9H67p5OfQNbq5IYXAEa3SEwLEoa0ESaKLgtTBAogKFDjShMZSVInFczNgYbnc31uggfuiijEegXSLlEioHo220sdGBTahtEmlT8y2S4jhydACVH8bY40SiSGxsIm0RyCLhJEYVCWSR2HXIwphUO9TUGJkYJtr0CutOPoXnFx/KmnechvXg/dTcQWzRS6AcUickkCmOqZA3CVYU4UcGFfiYwEUHPjIwCBOj9d/eXPI3Fqic7PX2XncJhSqs3yZlgHZcQulhhIWRBSplgVEegfLrq6MRxEaQGJ9Iu5RDn1BZVEKPauRRMYLIE8S+IhGaRBpSFVDWAaEnCXyJEZJAKEKhSLSDGGpj4J47se59GOfBx6lN1FsvnLKDDH0iKYiFxDcaN1D1fvNAol/vK/KJjUc58Il8C21PEDp5UmmRGp8wNAShQYUGGRpEqJGBRhtNFARUTEhFaBLbJ/A1KkwJgjKxKVPWMYmJCUyINAYR1EuzWgeEKkALhed7+MJHKIkyGh1oTBgQRHXM64RoFWFZgpLW2JGHLybAK+I99wKjV/yelp/8gvFHniB1JihUXMb8AibQiHJKIYwpBTFShfVrJ32i1z702hDLmEj+gws0UopYhkQyqtu5ZEIgywQyRdiKalylbELK0if2bfz8KKaUIyzlia0CZbdA6hapeiVSJ0fFy1PxcuAXQBbIRIlKsUClZFFzHDLXA1+AFOD74NWngGSuS81xiaVFOS2RiSJYFjguycQwaUVhlV3c2EcFgkAJtFKE0qUmS+AXQeTBz4M/Ad442CNgDdcpDUNhAKwR8PJkXp6Km6Ps50i8CcreBBU3B14e3GIdpwi2B7aBUgBFDQUJRQklCY4AV4BX/z9wffAlSA2+Ak/WzzuT59zJ1zt/SUilaKiqiFi6ZGUJbg7cEhRLMFGEog2uRdU4VFOB8EYoyQmCWoyvFbGjwQvIXEV5ciO/LAyZF5AK848t0ERqam6ZmptS8VISv0IkKkSyUh/N4gekto8eGkb296MGBzDdnZiuDnRXO2ZvO3rvHvTeNnRnC6q9GdPRgtrTVKd9J3L3BuTujYjWDYjWjYjWTYjWDcjdGxAt6xHN6/Ab1+DtXIPTvAarfQ3e7rXopleR29Yit6/F3rkWe/erlFrXYzWvx925AbF1PXLjWvw1L+K/8iL+Ky8gXn4e8fLz+C8+jfP0I7jPPIb37GN4Tz+C++RDuI/fh/PEPThP3oP9xN1YT96N9eRd2E/djf30PViP30nxkdspPXQbpYduw77/dpw778S940682+/Au+0O/FvvwLv1Vtxbb8a5/Q9Yd9xI6a4bKd59A9bt12Pf/Hvsm67Fvv632L//Dfbvrsa+5tfYv7kS++orsa+6EueqK3Gu+jX21deS/9VvKVzzeyZ+fTnj11/J6C8vxL7mEoq/+Bfyl/6E0r9fTPGSf8W97reopx4m29tIzR0m9kZJlEXN96g6kqpnSERApAyJ0NQ8Xe95+kcWaKTqbQeJkoRaTNZ661M6arJIqb2JJ39zOTd87Uvc/rUvc//ZX+Spr57JM1/8HE+e+RkeP+NTPPqZj/HIpz/Mo5/+EH/+6Pt49BPv5/4PnsyfTnsnD512PKs/cCwvnXYUL5xyBM+9+1CeOekQnj15JWvffwyvnHY0q085ghfedRjPnXQIz7zzEJ5/9ypeevfRrD3paF495nC2H3cU2088hvUnHsXLJx/JS+9cxYbjj6Bp1RHsOnwVm1atYuOqI9m46gg2rTqCLUccwbYjDmfb4Yex/bBD2XHYoew4dCU7Vq6kecUK2g5ewZ6DV9B68HJaDl5O88EHs3vFclpXrmTXsmVsX7yYHYsW07TkQHYdeAC7li5k19KFNB+4kN1LFtK+eCGdixewd/FcOhfPoW1JA7uWzWTnwTPZdfAsWg+ezZ5ls2lbOos9S2ay54AZtC+aQcfC/elcsD975+9P1/z96Z63P33z59E5Yw4DCxfRPX82rbOn0bZgCr3LZ9EyfypNM/els2Eae2dMZWBuAz2HHcHu0z6Ic+3V0NMKzigVP09k5OTInphAhQRaTyaif/uM/28sUEGofQLjYQIPHViYsESiJ8iCHJkzTKV9O95LTyCffYRs9RNUH7+P9JF7iB64DX33TYjbr8O75beoW3+Le+MViJuuIn/NpYxd+TMKl/8U7+Lz8X92HvaF55A//+uMn3cWI+d+hYGvn0nfP3+e3rNOp+tLn6bzzE+y94yP0/6xD9P00ffT8okP0viek+k/9f20H3cCrSe9g63vPoHN7z2BxpOOo+voY+k4+li2H3csW48/ps5xx7D92CPZfuyR7DxmFTtWHca2w1ey7bDlNB6+kt2HHErHgYfQseQQ2pccQtuSlew+YAWtB66kbekhNC1cxo75B9K4cBmtB65k19ID2bxoJhsXz2DjAbPZtHgWOxbMYWfDTJpmTGPXjKk0ztyXrQ37sHFunc0N+7Bl9j5sbdiHbQ37sHPW29k1ex9aZu9L28x9aZu5D20z96F9/33onLYvPftOJTdjJhPTpzGyz1sZ3O9ttLz9rbTP+if2znkrPTPeSv++b2X07fswPGU2u/eZw5bZi+j6zGeorn6SzB8jCB2c2CCDBK1jdGBwYr8es/9jC9SQipTEK1M2VYwMiaMErXzKgaCqPRBOPSayCmR2nkTliXWOWI0Ti1Fif4TEG6IqRqj6k8hRqnKUVE5QFiXKwiYVNql0Xqfs25Q9m9SzSV2bsmtRsW0yyyZ1LWJhUXaK1CbyMJajls8RFwaJvBHKhX6y/i7o64K+Nuhphs6d1Nq2UW3ZRLVlI1nrFmotG0h3riHetppw03PE658nXfcC4YtPEbz4FMHqp5DPPIr/9MPo559g7MG7mHj8fsYfvx/7uUcpPfEnRh+4meE/38rIo3cy9Mhd5B9/gMFbbmb0xhsZv+56xq77HcM3/IaBm37NwLW/YuDXv2Twyl8yeMUvGLziFwxd9m8M/eISBi/+V4Z+9lMGfvJjBn70I/p/+EMGzz+fkfO+x/i3ziV39jeZ+PLZjH35Kwye9SX2fvlztH/xM/R+9UwGvvgF2k97P40rDmfH9Hl077eQpv3nsfeDH0ateYayKuCFgiBKCVRMHEf1SSfG/UcXaEDq14jsCjJvUE5AqCIq5bQ+2U35xNIl8V3KrkPiO0ShTxB6BKFDqG1CZRHJIqkuUVVFavI/qCqrPttIK2KlSKSkLOsTNqr+JJ6g6gqqjk/N8cl8TVUrwsgnDjxqngu2Rc0uok0RO8zjB3kqogBWHkqFOlYe7ElKOciPQn4EciP1Y36knijZ/eAOgjsAzgC4Q/WvS71g9UF+b53CXij2Q2mEmj1O6BdQ2sV1bcquIisqmPBh3IFciSyfJysVwbKhZEHRgkIJ8iXIW3UmSjBWgOEcDE3A+ATkxmBkBPqGoKsPOnuhfwAGB2CoD8aGYWSYWns7+rE/0/rVM1k3fRb9U+fSsd98Ok//LFlnK2q4n1gEhK4hUYow8Am0948t0FRIkpxNVvKpjOaojI5R6e+lmhul2reXWm8XtZ4ual17qe3tora3i2pnO9X2PXVad1Ntaabasou0pZnKriYqO3dQ2baN6uZNVLZuoLx5HeXNa0k2rSHZ8ArJqy/XWfcyydqXSda8VOfl1SQvvUj5lRdJXn2BeMNzxBueJXnlGZKXniF56Sni9c/gPP8AxWfuxn/sLtTdtxLd+keiP95C+Ic/EN54I+EN1xNddx3B735LcM1vMFf/Gv3rK1C/ugzrV5cw9qufULj6IsYu+xeGfn4+Yxf/gPGfX0DHeWfT/+Pv0HnB1yld+a8kd1xLeeNLZGMjZMbHKAu7HGBVK3hxFSNTUjelasckToDxNUqa+ua5CtEyRMkAJQyRjqmEFSpBSmrKVFRCWcVorfCNi5YOsWtTsSyqpfqdJHIsIt+hmgRk1TLVQJLGJbKRZvLnn0PLfjOwGxbQOH8R+UsuIRsdpWoLQktQ0xFl3yUS/+AraE04VMa6GX7sblb/y7d55dyvsO6sz7HjK2ew47MfZ9enPs7uT3yC1o99graPfpq2j3yCxlNOoem976bp3e9i18kn03zSO2l5xzvYtuoIGo84gubDV9FyxBG0rlpF85GHsGnVItavms/aw+ayduUc1h7cwLqDGlh/0Cw2LJvFhqUz2XjgDDYumcG2xfvRtHAqWxdPZd2SKaw7YB82L9iHHfPezo65b2f74mmsm78P6xZOYfPCKWyeM4Xt86azfc7+7JgznZ1zprGzYRq7GqbROm8/9sydTtucqbTNnkLb7Ck0z5rCztlTaZm7P82zptE0fR/apk+hc/9ptO27D30Ns2ibNoX2GdPZvf9UGo87mq4f/wi1ZR3lfB9BZKNqEUUj0UFMoiJSERJLXd9HNoLEKGJdTzxjKYilIPJ9Qs8l8rz/wPcIlIcKHFTgTuIRBILYSBItSKRPWQkS5aOlQ0kXKaclqu2b6D7jQ/QsnkV7w0y2HXUsWWcf2H69GpZWiB2LyHP+sQWaKI+Kl6PQtJHhV56isPZ5SqufwnrgTuxH78d+9AGcxx7Eevxh8k88Sv6Jh7AeuhPnwdtxHrgV574/4tx7M+49N+Hdfh3OH64m/9t/Z/Cyn9H98x/Q/ePvMPzTcxn+l28x+MOv0/+9s+n7zlfp/uYX2XnGh2k6/cM0ffZDNH3mQ+z61Adp+vj72Hzqibz6vhN4+QMn8NL7j2fNe4/n1ZOPY+2xR7LmqFW8dNQqnlt1GM8ctpLnVy5j9bJ5vLRsHi8tm8MrSxtYc+Ac1hwwi5cWTOfl+dN4ef5UXp43hZfnTuHVeVPZumA62+ZNpXHuNHbPmU777OnsmTGVzhnT6Jgxlb1zZrB37gw6581k85w5PDRnIas/+UnMhpfJVAHh51FGEpmQioioiIBEKrTxMcqvi9H3CXyPwPMwrkvgeYTCJ5zcp4y1Ig7qNf3Qc5HKxwklpSTAKgc4RiM8QeQoUldR9Q0VHY/EeyIAACAASURBVJHGKYFnQamD5MnreemQqWyfNYV1c+aR3XgHFB1CrVCVCC1dQvV3douPpaIsAlI/pCwMsawTKfV6bTyeHJ762gBVT1go7VEtG6rKpRYIan6RmnKoaZtK6BFEPiKWyLJPEllUghIVk6eiJqiKMWr+KJk7UscfI/PHQYyTeeNk1jhZYYxsYhhG+mGgFwZ6YHQIhgdhaBCGJmOuwV6y4W6ykW6ykS6y4S6yoW7o766f7+yG3kHo6oX2TmjfA7u2wY6NsGUtbFgNrzwHLz8DrzwLLz4FTz8Cj90PD90DD94B9/6R9JZrqd78O7jpd1SuuZLkyl9QveoyvIt/jPnlRRR/cgGjP/gOo989D+enl7DxnG8z9MDdZNYwkTtGrB0S4VP1JBVPk/gBgdCEWpOEmjBSBJHERLJ+DOo+htgI4kCSxJo4MVRUSMULCHSIl0RY1Ri7lqCrKWmSkumYqmtILEnsGFRJErs+BBNQamPdaSvYvWAKjXNm0fmpM8jGi8RxwkQc4ccBYWj+N94JPTkf1WC0QU9Om/6v1u7/SoEaqm6ZmpNSdcukfkzqhyTCEDoOZeFR9WyqVp5KKUfFLRI6RUKvSOwVKXslUq9E6hZJhU3iFEm1T1m6xL5NxQiqSlCTPjXhUvVsao5FzSlScy1qTonMLpBZ9USlVspRK+bJigWyYgGKxTqlEtg2lOy/SCaKUMhTcyfI/BxVZ5TMGSVzxqA0Wh/0VRqFwkid/DAUxsAqglWqUypAsQDF/F98rwSlYh27BJ4DXr06g1WAUh4Kk8nK+Eg9KRkdqn+YhofqH6CRARjvIxvtJC31UpbjlK1hUrdITSoqqozxIkIVYEx9e8eNPZzExY1tVGgTmrrrKtYOoanXzGMZkPoJoYqRJsCLJH4k0IFHrD1S4dfzBKGJZIiSmiAwpMqDwjgTZ51JX8N09jZMp+39p1IbL2JETKmS4UcVAhMRqvrI8b/EaIM2AcqEiCDEC0O8MECbv77y9FcJNFAGrRKUTjEqIZIxFS8gcxS1nA22AtuQ5TwYsmCkRDY+QTY2BiOjMDQMg0PQPwgdnbC7rb5StbRB4y5o2Q1bNsLmDXU2vgob1sGra+DF5+DFZ+GFp+H5p+C5J+Hpx+CR++HPf4IH7oH774Z77yS7+3aSm64juek64ht+T3zd74iu+x3x764ivPpy5GUXE175C8QvLsL9+Y/xL/kp4tKf4V/8U9yfXYj1kx9SuvB88j/6PqM//B7DF5zH4PfOpf8736LvnK8z8O1vMnzeuQx99xwGzvkmfd/4Gr1fP5ues7/E3q+eQedXPsue//Up2j7/UVpP/xAdZ3yEvjM/Qe/nPkr3Zz/I3k+eRsfH30v7Jz9K22c/R+tnTqf5jM+y88zTaTr3LMb/eC307oHSKDXp4NlFRJwQuIqaJal6sh43Bj4yqB9D7U8OtBUkctL9JUNikRDoCG0MIhSowCM0Lol2SeVrU1Z0ve1YBGSVDNcpUbEm6PzqF+iYM5WeA2ex9ZTjycZGCAseQVjB93wSIaj6gqqvqPqKiq8oi7oZqD69RKGNQgV1jPkbr6DaSOxYYSUCN/LRgUtZ2WReidz2LfzhG9/g8vd/kFs//mlue99HuO+DH+Xe007l7lPexV3vPonbTzqRW95xHLccfyx3v+ud3HbCcdz5jhO45dijufHww7j56CO4+dhDufmYlfzh6OX84ciDuXnVQdy8ail3HLOcO48+mLuOOoi7jlzGXauW8sDhi3n+0Hk8v2I2zx40g6cPmMYTi6bw5IJ9eXbJfjx7wHSeWTyNZxZN5ZkFU3hx/lQ2LdifjXOnsW3hTLYvmMH2BTPYsWAmW+dMZ9vc/dgxb38a58+gacFMmubtT+PsfdnVsC/NDVPYPWcqbXOm0towhaYZb6NlxttpnbkPbbP2pX32VPbO3Ifu/d5Cz/S30Lf/PzGw/z8xOOOtDE5/CwNT3sLglLcwPPUtjE59C2PT3kLf1LfRPm1/umbOYe/MBnbPaGDn/IU8v3Ah69//AcTqF6kNDUAgULEh0wnkDZQUNVcRS00wuWrF0pD6htQPSETdkBOqqP7kD2NeH6IbaI9Eu5SVR6IEkdJoY5AmJHXrrdfat6kM9fDSySfQOWsaW2e+jcFvfg7G+6iVipQ9F+PliJVDour9VImsJ12vjRd6zUZZn5Pv1Y//hYa8v0qgxvj4cRE/ySPiHDoaIwxHqJghRvduoGvDowxtfZrB9Y/T88J95F76MxOrH2H8hYcZf+4hRp9+gJEn72P4sXsZePA2+u75A/333ULvXTfRdcu19N5xHd03Xk7vDZfRc92/03PtL+i59lK6r7mI9l+cT8e/nU/npefRecl5dFz8XfZedA7dF3yB7u+fzt7zPkPntz9JxzmfoOMbH6P1rA/S+tUPsPvL72P3l95HyxdPo+3zp7L7oyfR+Yn30vyBE2n90Dtp+/BJtLz/RHafdjytpx5PyynH0fzeY2l+zzG0nXwEXSesoPv45XQfdxBdxyyj6+ildK5aQushC2g7ZD5tK+fTtmIebSvmsWfpPNoWzaF9/hz2zG+gbe5s2ubMYk/DDNpnT6d95nQ6Zkylfb99aN9vH5qmvo0d099K++xpdEybSsfbp9K27340Nizi6bkHcPvKI9l+xdVEg0PUwpDUFWS2oupqUqGJlCGWIWURUfXq05lTPyaS9Yc4SBMiA4U2gsD4xNqvZ+6T1P26GhEE+EFE6geQs8H3CJ98mi0HHcrI/rNZO31fag/dDMVekCUSN08cFpCJgxML3FjgRWLyYQ5+3Zpn/HozofIoS69uCFJ/feXpr4xBZX059xQ1X1IVPqlwSaVDJAtkkUNZFwi8MSI5QeyNU3ZLpI5FaltUbIuqZVG1SiAEuC5IWXfrWHbdgWRNQHGsTn4UcsMwMTgZGw5DbrD+9Xg/5AYgPwSFQcgPQn4AJgbIJqlNDFAb66M22kdtpJfacC+VgV6q/b2kXZ1UOtqp7GkjbWsl7dpL2tFB2tZGuaWFclMT5aYdpC1bSZs2Ut65nvLWtZQ3vUyy6WXiLWuJNr1CtH410boXiNY8R7jmOcK1zxG+/DTh6icJnnuU4OmHCJ75M8GzD9ePj99H8MjdmIfuwLn7KpzbLyL802WEN11CeOWPCf71e8iLLqT0y4vZ+bMf0/PgvTg9e9CBg2ssRGTjRx5+JJCBIlSGiheSuRHZpECNjnHDCDs2kw6t+mqWSr/+nk2KxRiFMhoRGNwoQCSSSuxQHdxL7ze/w+6GZQzOWsyO448iG2gilYNonUcFNkHFR8YSP9R/gUSE9Ufi1Fdr//U5+nWB/h9eQf+ze73utsaOoZRAKQIrAicE14AOqUlVX/5LBYxToBoqYt8h9j0SMRmUS0EqBYnnEds2NSGp+oLUces2OemD9EC64DvgWmRukczOg5WD0gQUx6EwTlbMk9oOZdsjdXwqjk/NFdRcAW7djpbZPpnlUyt51EouuB5VyyYTkszzwXHJPJ9aoURWsKBg1S1oRaduScuNQ77++yhMQGEy6ZkYhYnxyfM5yOfrf5s9AvYwOCP/gTUAuR4o9EG+G3JdUOyDQgs4O6C0A/pfhZ710LsdundA104YbIXRDsh1g9VLakYw8TgqyiHCPCqqj1hMhKDq1beLEqlRRuPGevJxNR4yrM+cqvr1HvhU+gTSw4QaFSqEUchAYSUFkngI9+k/s3X5Eez8p/3YsWAp3d/7Npk7TFnnsJwccRSSBCGpDEjdOokIiVUw+cgd83roESlDIgPKsj639G8i0EAKgklRRUOjiD1diN0dRJ3dBHs6CVraMI0tmMZdBDsbCbbvJNy+nWDnZlTzelTzq6hd65BN61BNa5GNayltfoHSpkk2Po+14Xms9c9RWvccpbXPU1r7LKU1z1B65Rmsl5+i9PKTlFY/gbX6cawXH8N68VHs557AeuYpnKefxnnqKeynnsJ+4knsx5+g8MijFB5+hMJDj1D888OTPEDhvjsp/OkO8vfeTv7u28jfdSu5O29l/PY/1rntD4zd+gfGbrmJ8ZtvIHfjdeRvvI7cDb8nd/215K+7lvy1vyV3zdXkrvkN+auvIn/1VeSuuoqJq69k5DeXMXL1vzNy1S8YufLfGLniUkYvv4iRiy8k96tLGP35jxi96AImfvlThn/+A4Yu+QFDF53P8E++y+iPzmHsgm8xct4/M3julxn83lkM/ugbDP7sXAYv+R4D11/G2HMPko12ULYHid1hKmWfMHAJjVuP+YxPGHiYyMNL6pm+DlzK0qt/EP16zCiEQ5gYTCiIQ03s2YRygFrXK+x537vo3H8urdPm8up734NZ/woUJ6i5DmVPkboRWakM+RAKBkohtaIhKSkqfkyqysQqIZAxoUyIZJlEpUT/BQf+XyXQmlvk7vO/xm1f+SS3fP4j3HHGh7jlI+/mTx87lT998F088P6TePi0k3jklHfyyCkn8vApx/HoaUfx2GlH8uipR/Loqat49JRVPPreI7j/xOU8cMLBdY4/mAeOP4gHjzuYR48+lMeOOpzHjjyUx1cdwuNHrOSpw1fw3FGH8dyRh/D8kSt44YgVvHDEcl4+7GDWr1jKhhUHsn75EtYvX8KGgw9gw8EHsPGgJa+zaekBbFp6AFuXzmfXgQ00HzibXQfMYtfimTQtmsGuRTNpPWA2rYtms3vhTFoWzKBl/gx2LZxJ05IGGg+YXWfxLBoXzWLXwr9gwUx2LZhJ0/wZ7J43h44Fi+icv5COufPpnDOPzoa57G2YS0/DXPrmzKNv9mz6Zs6if9ZsumfOp3PmEvbOPoCuhsX0zFlE37wF9MyZzd6Z0+ieNZWeWVPom7UvfbOn0LRoAc8uP4yWb3yT8oZXqPnjVEweR+dwIgsZuQSBQ1lbVJWFCW282CMw9blRmVf3J5RDgwwFnnFQokgWG7LCONlED/b3z6LtbW9jYtp+rJ05ne7r/h2cYarKIZM+Za2JdUxFVKiZMmUtCaRHOQ5I0xQZaIKkTBBXkCpCuSGBW6YsKsT/hfmj/59i0NeEWvGLBG0bSJtfJtn0FOHaR0jXPUH5mfsIHr6T6KHbif98K8mDt5E8eAvJA3/EuuFKrOt/Tem6K7GvuxLruiuwr72CsV//W50rLmXsiksY/9UljF1+CXt/9KPX6frBD+m+4Ad0ff/77Dr7bJrP+irNZ32F5q9+mZavfJnWL32Bji98gs7Pf5zOz32MzjMm+eyHaf3YabR+7DTaPnIKbR85lbYPnUrHB95FzynH0/ueY+h999H0nnwUPScdSfc7VtFx3CF0HHsI7UevZM9Ry9lz5HKaVy1n6xEHseXwZXUOW8rWQ+tsP/wgdhy6jB2HLmP7IUvZsXIpjcuX0rx0Kc1LDqT5gMU0L15E88KF7F64gI7Fi2meM4eOhQvoWDiP3bNns2fuQtpmHUDr7MW0zFlI85z5NM+ZQ9uCOXQtbqBn4Uz650xjcNa+DO6/D0MLF7Nr8aHc27CIZ844HWvdC1RNEZ042LGDF3oEpp4TZNImNh4iFMSqvhVU8+pbQCbSuLGPiF1SXSLLj0I+R/zHm2ieNY1gv6mMTn0r3R8+AYa2UZHDJLpIVeZI9ARBUCTWLtqfwOhRwjiPigt4URGZ+phagE4jhNJIVxE6IWU/If4vtIj8vwo0NprY6P8k0Ei5VMuS0J0gsceoKbv+yXJyIC2QVt1ppEpUVKH+ACynRGpbpFaJtFSiUipSKRWpeR41zyNz3Dq2Q9VxqQg1iaTi+1Q8n4rrUi2VqBYL1IoFavk8tXyean6sniyN98FYL4z2wGhPvVrU30HW3wF97dDbDj17yLraqLbvoranidqeRqptjVR376TSsp24cQtx4xainZuJd2wm2r6ZcNtG9OZX0ZvWozauQ29Yh16/DvnqGtxXVuO9vBrv5RdxV7+I++KLuM8/jf30w9hP/RnnyfuxH78P+7E/YT14B6V7/0jutt9TuvsmSnffROGWayneci2F635N/toryF3zS8avupTxK3/O+OU/Y/yXFzJx6fnkLvoe+Z+cS+FH5+D84Dzy3/oOXd/8Nmu+ey6dD91H6uRRvo3QAqU1gZL1vnrpEWqB0Yqy0NQ8Q80LCJXBCQReVeHHNlU/R1YaJ2lpZvdHP8LIvJnYb38LE7P+idrF34b1T5A2byZs3krU8grBnhcwe14kbH2VpHkN6Z51ZMNNVPx+Ij1MJIcnJ6qUCJRNIH0iIScrjv8HY9DXBPqfRapJTEQo6oFvKiJSNyCLq1RcReIqIk/wf7H33lF2nfW5v8HYuKiNpFG1ZVs2bsA1tjGmV0MglITrEEgBEi4JoV4IJUDAJBCSEIcWE4iNGwYMLrjLsq1mdWk0I43KSBpNPzOn7fL2Xc/Z+3P/2CPb5JfC764kNyT+41nnPWWftc7az3nLtzyPEQolBUqGZKklSyxpbMhiTR5pskiTOUVmFR0j6WhJrgWpCXDGw+n2LBo41SCWDXLdpKMadOQMXTlDN5ymE9bpCo+u8OmGHp2wTSdoUwRtEAGEQZXZCbwnIUOQono/8CEIKH2/ei2cjSz4AXhBpcck/Nnvmb3en30UAYhw9vv96prQr+pbZQvCJgQN8Gcq4VnZqp6LRtXb5E2DXwNvsspgNWdL96bHoT4NXru6zmvMHg5rMH0EpvdTNg7TbY1SmIBSSrrSkfsRaRARyRhlLGK2WS/SrkqmBBGdMMIYRyMStLoKkbZIvQloTTP8la/w0LmrOdxzChMnnICe+0z83nmMrLqIfc95KVufcwWbL7qALc89g50XnsHe887lyPNfwIEXXMaWF7yATa97LRNf+AxsW0c5MkhZO0op6nTjkCRVmFmn5//fBE1U1WOSS00WCAqpSGs1xNBh5IGDqMFB1N696P5+zJ5+XN9e3LY+3OYdRDsGiPYcJNqwg2hLH9HW3bgtu7BbdmK37MBu2Ybbsgm3ZSNu84YKm9ZXWP8Ybt2juMdm8egjuEcfxj1yP/aRe7Fr78U+/LMKa+7GPHIv5pGfYR6+G7PmLsxDd2EfuJv4gXuI7v0Z0X33Et9/P9Hd9+B+dg/qnruxP72L9Md3kf7kTvRPbkfdcTv6J7ejb/8x+sc/Qv/oh6gf/hD9VNx2G/oHP0Dfeiv6lltQP7gZc9vN6B/cjL71JsytN2FvvQl90w3om25A3XQD6sZ/QH3/euQtNyJ/dBvyhz9A/eBW1C03oW75PuKmfyC48e8Jbvl7gpuvI7z5OsTN30Hc+A/IG25EfP8GxI3XI266vvqu712H+vY30N/5NuHfX4f33e/S/u53Ca/7GuqbX0B85y9oX/sF1N9fi7z1BvxbbyVY8zBu5266U5PEykMkChVVufFMOjLhSGUlehaYgMC26cQenfYE8c4t3PbGX+H2i87h3p5T2bfqVIaXnsLe005hdMFZHJz3HPoXnsuuJcvZtXQhfUt6GFzYy/4Fixmcu4CDCxYx0NvLthVLeGDVYoY//WHStXdC7SCFa9JJFYnWaGVRJsJqR2wdVkmMrsJgx12eI6PIpaYTWlKlOSFVMaYVUoSaTjsgnWnw+Hf+nht//3388N3v4ae/+Zvc8fa3c+db38I9v/pGfvYrr+Fnb3g197zhVdx71au473Wv4oHXvpL7XvVy7nv5y7jnpS/m7itfxF1XXM5dl1/GfS+6gvte9ELufeFl3H/ZZdx36aXcf+kLeOCSF/DQ81/AmuddwprnXsLDF1/C2ouex/rnXsyGiy9k3UUXsO7C5/DY+efx6AXn8dgF5/Ho+efy6HPO5ZHzzmHt6rPZsHoVA+etYteKJexctYK+55xD35IV7Fqxkg3nnUl/7xKOzlnIWO9yti3vYeu5S9m1ahm7z1zG7jOWsmvlkp/Hil52ruhl5/LF7Fi+mJ29C9m9cC4HVvSyf/li9i6ez/6lCzi4YiEDi+ZUWHg6/T2n0b/gVPoWzWX3kkX0L+5hcMECDsyfw/55p9K/4Nns7DmJrYtOZMviE9nW+yx2LzmFvoXz2TW3l10LFrF70XwGek/n4OJTGFpwIgfnPpOB00+qyvYWLWBnTw+D8+Zx+OQTOXzyMzl6yjMYPv1ZDM9/FoOLT2Xjinmse9ll7P7cxwm2PkpHTBMr7wkrmspIodIqiHVI6UQ1i9fHCB++j8Gvf5VjX/8zxr/2WWp/9RnqX/kMrS/9Ca0vfp7mn36e+p9+julrPkftzz7L5Jc/y9SXP8v0NZ9m+mPvp/XB32fmNS/l6OrF7Fl0MntWnEb/Cy9g+mtfpDs8SLdZJ29InEyRtoMUMalLsUojtE+YhJVzcyywRtERFvyIXFhOCJXGuYhOkhC1W3TaDeTBfbhDA0SDu4n2bCXauYlo22PEW9cS9a0l6l9LtGcNUd/DRLvWEO16iGjXWqIda4i2PUC0+X6iTfcRbbwH8eAPCR+4jeD+WwnvvZXwZ7ci7r6ZmVv+jpmb/o7GTd+i8f1v07zh27T/4RuMf+WzTP75Zxj/s08z/qVPMXbNJxn54h9z8FMf5MAn/4jBP/4Ag5/4Q/Z9/A8Y/Ojvs+3db2Xzb72JTb/1Jja9+y3sfOeb2fWON/Lor7+S/re8mi0v+h9sfsXl3PHqS/jZVZfz0AsvZu1lF7H2sot4+NILefjSC1nzggt44Pnncf/zzuP+553Lfc89l/ueu5oHzj+bB1evZN1Fq1l38WoePm8lD561lIfOWc6ac5bz0NnLZrGUh85awtpVS1l/xnI2rVjK1iW9bF/cw/ZFC+hbtojBs5bRv2wh/T2nc2DO6YycPo+j805jaMHJHJ3zLIZPPZFDpz6T3XOfwa7Fz2bDaSey47STONS7mL0LF7Fr0SKG5y8gmDOPxjOegXz2yYgTn0nwjBNpPOvZjM5ZyI7Fq7hh3jLuuuqtZGs3UbYlpS8pQkkuK6Iaq3CJRpg2xjQp8oCOmaIwUyDb0PKrOHCrBY0GNGegMVklROojFZrDVTeADkG5qpJ/3166P72N2kffx0Mre9m6cCl9Ky/E/+CnKEeOYnSNNI/JdUocGDJhKaOYxGmUE4hYVFmpWCEijZ6tfjrBpglyNqEfR4rEBmRxSOHaFKZOoWoUYpwiGKUIR+i4KbJoitRNktlJcj1BR09Q2hqlqVHqGqWcopSTlGKCIq7TjWYq2BpdPUWhpijMNIWeppA1ClGjCKcoggmQUyCmKMPZ8jp/nDIYozT1CnqaQs1eJ6coVW32tXEKMQpqlHJqL9QGYfpQFeRuHaNsHquC5vVxmB6rUBudxciTmDoGk8MVjh2EgR0wuAf291XjnZtg6/oKW9bB5nWw+THY/ChseAjW3AkP3gH3/wTu/THc+0O4+xbKH32X7ve/RfF318LXr4VrvwHf/Cp883Nw7Wcp/vrzRF/9Av5fXEPty9fgf+0vaV7zBRqf+TTyc5+j/YE/IH/9m7CLz2DiWacyPq+HoZ5FDJ15NjOveQPNd76H2vs/wv4PfZJNf/xZaj/+Gd2xCXJZFZBEWmGsRjmLSiIaso1IJCoNacspfFUj0obCFnRdQe66JFFOEsUkkSGNFLkL6TqP0noU1sNTEhUVyC37ue93PsR1l1yBvfvH8MBP6H/dK9k+dxkDqy6i8emPk/v7yKNpUr9FpkMyp3Ba4ZQiVroyTdMa5RRBIvBSgXaKE4xRRM4QO4sxIaFoEc32BLnIw8ZtbNzCRg1s3KyCwi7A2UqmJVYeqfTIdUBHh3RVSKlCSi0otSCJBHEUVtcY/4lrchPS0SEdFdCVAR3h05GVIltuQjLtV6Kw0qsa3J543iYWLaKwSRS2yY0hjSxJJMlMi9JOo3c8SvbgPZgH7oJgmkI2yUJJR0XkYVA10fntCl6LzG/TlSFdGdIRAZ3QpxNWBy+ET+m1KP0WhG3KdpNus07Xb9P1W3T9Fh2vSddrkoUzpLZGZiZJ9QSRnsCacVQ0gU6nsPEksZ6gE1aCD6U/SkceIzITaFdHWQ8nBWkgKfywmr1mJig2Pcbwxz/KyKUvZmremew6rYftF17MyP96L/L2m2FwB9RHKNtTpH6NThKQpwIb+/hJJUgRxgoRWbSNieMc6WuccrhQ4YKAjqssxDNhyYQhFZpYSiIpiGVIIkMyEZCHPt3QpxO2MaoNVuH96H5+vPolfL/3XPb/9RcpatspBh9g/9VvZPey5TyycD5TX/kYtA9RJA2snkKnATJRyFCShxGlH1N6jm4oiWyASHyME5yQBQGF1pTGEPseLvAI6zUiHRDpAGtDrA1xkayKY63FWocxFqssTloiaXChJg6rH5jLiI6M6JgYax3aOJQ2KGWQUqOEIjYRqanSY4muNvCptHR0TEdFZNKRCksaGtLQ0NEx+ezrmXAkoSELIrrthNRLyIKI0heU9XEOff1r3HXu8/jJJVfA4SHKlk/Z7lKEBZFJsTbB2gRj4icQRRkuSnEuxbrqM5GNKhmceh1RrxMHYZWuk5pYaiKhcFJhhcSFmkSEFKpyoytDj07oEQkPoTw85xPmEplKpGohmpNIvz6bzbFoo5GymiCcmKFsDsPgFuSff4a+81ax//ST2Te/hzU9yxh8y6+TP3Q/5eRhsmCCpKvwspBxUaMVtbEdgU58TFbdaOUq0a9YOzKZkAUJaTuilF0KkdMNYtLAViYPcoaOmiHVM0SmgTItlA2QkUA6/YQcj3SOdupBEVAeGWL4i3/Nno99ms74XvJsmPb0JopdDzP0sldyrPcc9qw4C/+vvkjZOEAsjhGaGrpwSOvohhk0ZzNTbUlXVu3p1oacUAaCUiqKICRptSitq3we/ZA0kKShIhWGVFoSbbFRgo4TTBSjXYyxMcZFKGUxqnJui0xMbBOiKEG7GOkipLUI4xDaVgFcZStIjZIGJQw6NMQiIg4jojAiChzOd1jfkqmMTKYkMiEVCUkYVyk3P6MbZHRlSikcNCcY/esvs27REh/weQAAIABJREFUmfxk4RLo3w2tJmUjp9suiFSKNTHGVEJgWv88lHIVZPUHjEOBNzFBc2J8dqaJSI2tJHtMTGwiYlsJisXGklpJRymKUFde7r4hCxyRckRRRBxHhH6L2ugwkxNT+CrG6KhSe3YCzAydkT2IW7/Fnje9jMfPmM+exSdx5LwFHPuNN5D+6EaYOkbp1YiDGWSkqDtDO04QcYJ1DmcEKmjgTJtoVjUv1YpcVHY0nSClG3YoZEGhu3R0TqYSUhWSmya5aRPrFla3qwJpKxFaEhqHsDHCpcgoppU2qPuDlRzQ1BRMjENzlHJ6oFIL3HAf5cc+ytRpi6if0sOmc1cjbvp7GD9E6k9g4hCdxKQqp/AyylZM4SsS7SHjJsYFnJDqp1acSDKlqkC5MHSEpSMcRRhThDGZrEStqsoVjYgs0pkn/lnSGZSb3ec4i54da2tRTs8qxVm0rcbGWKzVT7QHVIhws/J/7l8ZJ8qRhRJnLFpKOioENYn5yffYtGgxjy1fTPmT6ylkjU7LkTdTUmWqqhqtSGbxz40zJciDBuH4Udpjh8lFCyJNGrZnS8iqOsjjn1eRxEsFyklSpSkDB14MYUruO1zbJ9cK05qmPXYU1WiSu5RcK5LWBMXIXlq3fpuBd7yZ7eevZuP8OWw6u5ex3/9V1D3XwuhGuvIYqZ4iNm2s0Vidkogu3aCg8PJqqQw1XSHIdUg6K+mYGkOqI1KVEskqR566DmmcY11EqCTWRWSdnCTO0NKgfUmqHbkypNqQKUPW9MhrM3R8n1RP0JnaSb7hAcLbbmHqW99i+JovMPKRP+Lob/46B158KYdXLaM2/9m0Tz2JwSUruO85z2fia39DMTNJZoKKMzYlVim5iIi1REU+ftpGRyEnBImY3aMIZCSRUbWZrrQwXVVvKJIKMpqVqq70OP+5cTqr/Znq6vTYEYpcyid71f+ZcS410WxIxJkn+1z+uXFkQqxt4qUBzSggjgNyN4F98CYeXbGALSvmE3ztU2TRKJEzJDohNiGxCX4hZLpNLiYRtUO0JvaTiCmKyCdWdRLTIjZVq4WzAc4IwjiglVXLYawrPSP8iMK3lDqijCypblHYFmkwjp06ROnVKP0Z8jvvYN/LXsemZy1g/2nLeWzOYta95pWYNXdTqhqdqEGatHCugYk8pJNIF2F0TiwL8rAkDzukMsYajYyq1hBrJdpJpDOEkSWII7zY0o40LRPgGY/QeegkRFuHF0RMt0LqgY90gjwNKdN21dM/3A/7d8J9dxB9+n+z/fWXs+6ylexbtZzDS1dyYNFKtvcsYfu8RWyZM5d180/j0eWnsXHFs9ky9xk8umgpP1j+HH7wmjfQWruGIhLIWCKSCGUjIu2ITeUBYFwl6ntCKxO0MkE7PX7Mr1xzpTOz4qUOaxxOV1+Q6Ip4yfEq6tnxP4VUSTryX0b+lHEmn6wdfGod4T83TrRHZKcJEp+mC4kjS8fMEG+9n83PPYf+JfM5+p5foyMOk6aGOMpmJRSrQ56zwb84TmyLTNdQzaM0Jw9ggnHyqI1TDSLbxjof4/xKYjISyCgkTAKUEzgjSZSpBLeMRSsfFU5TJG2KcIyyNQTTe0nuuZGjV7+J9b299M9ZxOjycxh7yavIrvs2TBwhrh3F92YIkwhtFKkKiYxAOUUYVYXGxqTEMiWTMYmKiEwVToqMrAS+dKUuLSKDlyi8VOJnISr1iNMmnaRBEc2QqQZZ6FW9VOPH6OzeRvSjmwm/8nkaf/RuDl31Ijaf18v6RSeyadEzeXzFqWxZfhr9PfPYt2QZ+86/kIErXsLBV72eI7/2Tg5/6CMcvOZzDF/7FfzvfIvkxltgwxayzZvJhw/RSSQulYhYzda2anKp6QpFJ6x0vU4QsUAeRyRRs9BOo62eVdc1s9BPqBZbe1zF+OdhnoLjn4lMJS57XPn4qeOnXhuZinhVM9cvghYdPY11IaF2ZKZLGUi6g/0cef1VDJ3ew6ErX0Q53EdmNXGUV8uiqX6HNepfHCcmIDdNnDdJa/IIsjVJrD2s8nD2+OykUc6hnJst1A1xRmCsQrlZUliBjkLKJKSQNcrWCMnaO9n//ncyeNFyBpfNZf+ZSxh5+RWov/0SnYENMHOAonmMblCn6yyZsaSBogw1mapWucp+u7q5sdZPKKoUoiosLwMNvqEbGBKpMUaiXIg2LRJdJzPT5GKConUEJvchNtzJxA1/xeFPf4iDb38rQ5e9iKGVq9l/2kIOze1hYOE8Hu05mftWnMymK1cx8q43Uf/wH9H66y8T/PAG1LoHiPfsoHvwIBwbpzvVJG5JotDhhKMrFZ3mNKVo0RV1ElUnSUJMFGBsSGwEuZzdGvmOXBhOKERVZX280jp/Yi/65Oz4xPKtj0tym9ml1mCNmb3pT46NNbN4ktzGqqe8/uS42rOaWSiMFb8wYuPR1U0ibVCiS0dC2copx1pMv/8jHD5pMfvPeh56y3qcr3C6JJEpqUx+IXSkpZSS3PMIxsdQ0zMkoSAONYmKiXSC1RlWdzC6Q6SiJ8ywtLWEkSOIHKGWxK0mSAX7h6h95JNsOOv57Fi6inUL5vHwhatp/OU1lFOHKWOfTixQViO0Iklz4qjqnky1I1YOYw0yUohYoKIAZ31S45HpgGRWZFY5jbIaYyzKWKRVKCtIlEcRNCib03DwAPz0pwQf/Ag7X3AF23t7GeyZw+D8ufTPn8+uBQvZuuIMHl51Dvdd8gL63v9e7J23UYztp6gfoazXKk3SLCSNZhDeMLZ+FBdOIPQk0tXppJoySSi0JrESbQIyE+AakyTNCTIxgzNNdFR1CkhnMCaatQe3nFAISQVRdehJSXYcTxwCnkJUo4mNeQLH+6D/Kdjjj/b/C/MU6ONwVaBWO4maxb80jnXlc+SMJTAxkelQtDOoS2p/8TUG5ixj7+Kz8X90C3E7QOsOiUzIREw+i0zEs2SLcTomUsnsZxJSFVfFMkrg1yYJx8fJ2z4dT5D7llzlpConEhmxyIlMgtKSSEoSYch0TKcVQjOkM3gE79rvMvCyq9iyaCV7Fy9l9xWXMvb5T8D2RymbY9j2FEIJZJoTJgUyzgm1IYoMmZOkQpCJiERbjJXoVKBiD2NbONPGCQ8rJdpESFdJJaZKkosZyqlDFLs2kdx1N+arf0Pjt3+XPS++lAeXz+eBuSfz+MLFbD9jBZvPWcnglVdy7B2/Tf0LX8bd+mO6A/soZmp0/AYd3SZ1AZEL6fgBRSARmaKZ+vhRmzgO0FEbkXnoTkjiPHK/RTfwqn26DYmdpBtb8rBNGjaJrYdxPjISiKhakYypZB5PSJ6YHasZ8l/FL1I/+h+EXDhKP0E7TSurah87QkM7oHnPHey74LkMLV3J+Ic/AO0GTT8g0pZMVnudXFbLZSVVXkUitK3aFjIZEZmIMFboRBG0azSODZE3ZyjaHh1f0tEJiYqxgSUOLFo7/EhjVEhXKWh4MFHH/MOtHHjbO3mkdxUbFy5hx1nLCd/9VqK1PyKtD5HLGrlskYiQbpSQxRlWR8TOEdkQKxu4sEYeBJQyoZSG1Cg63RiTCTxRw9k2qTNkQtFpSTptSzHpwaYtjH7rz9n7h1dz6NVXcGT5OYzPXcHgiSezdeEzeeTcZ7PjNRcw/nvvoPm9v6H+8O1E+3bD6BRFy2L9BBlWWxgZKXRUxcUjI4h1FcF40kfgScOLpz4/HuX4OUOMp/LOPPW9n7/Hv9Q2NJm0dMIEEUuCNCAyIV1hKIWkM9TPlhdeysFFyxh+9esoDuwlSaqtRWRsdYBRlVqKne3JOQ5nDKkyVe+UbtExbVx7ivaxw9h6jVSGxFbjIotNEtK8S5J0iHVObnLKIiWXE5QjOzjwa69h4KylDPT2sPaMXta87qXoe++g9HzKGUna7pKJkjTMq0SHFqTaI5YNsiggsR5OtclTS6dMiTsRxiiUCKu4dBggWzW61oNwnHJykHJkF+4bX2D3S69k87KzefSUU9m2YA77zljG9t7lPLb8LLa+4qUE3/xT6LsP2kNVz9XoIDQPUswME89MkdqMNC2Jonw2vKdIVdXXRCDJf+kVlv+9oQ2RNoSJQEYBXSHpCEeiFJmYYu/7fpcd8xczfNZFJHfdTqEbaKtQzmJstY92Rs/aqsweCE21z64IGlKKBsg6XW8SMXYIf3oUawTORSRRihYaqUMC52O8KYrGNOXBARp/8yU2vuhCdq9ezMblp7LjFRcy/vXPUk4doKN8ZEuSyIJcQCJLItnBCUsctkm8aTpBndIqUq0JhKVtc7w0phX7+KqBE00KvwkTx+gM7EL98Abqf/IRJt/1Jjaft4DHFz+Lx5fPY92ZS9hzyUUMvPGVHP7Y7+Hd+A2y3ZthapzSr9MVLcpOTCk12b49RNvWcvinN+Jmxsk6GZHLiUREqtzsjFedUYpAP03Qfw3OSGQkCBIfa0PwDJmoZF4i0yDb+CDrl67g4LN6mPpf76H0RnE2REQaOZs4MNZi7fFDnyY2kuOiA6kKKUJv1hhhHDu1l8bkfpwROJOTyAI945OIJmleo9vYTXDr19j7mpfQv3gpBxYsYf0Zy5n43Idxex6iTKbRrkkYG7y0Q2AyEtfB6gQ3G8JLQo8s8KpVILREYYJQXfyoQElFEtRI5DTd4X7qt1zHvg+8h/2vfzX9561mz6Ie9vTMZcNpJ9F33hKGf+8tTH/3i7hN99EZGcD4QzTjEYSeoBt4dNqGNIgosxK79xA73/cBHnvZy/jhe96JHRtCG0FqYzK/Ug5xViLiKizkjPkPMZ79pSaocYIgbSOSNokRlL4jlhm+i9CqQSkm2fLKV3D05F52rD6Tsn8jqWxjbJXtUcd7uGf3RFVcdzaQb30Sqen4CbnyKeJJdLMP79hOOtLHyhxlSlJhwJuk3PBjvA++lf4zTmTLKSewc/kSdr3sVZS7Bii9AFmfpul5pHmOEQK/XiOyLaKkTixrdGUbtKEQltRGRGlGGFY2O2WoKGsNiiOH6d5+G8Nvfxu7zj+fPYuWsOekU9l24klsW9LLI8+7gPXveAv2gdsoxQhlPEqpR6HhkbcM0sQ08xDTEZRFSidOKF0EIiT41jfYcO7FPLpsNSPf+FtK3UJHgkwbCAwEEmMFrVTQyDTCRVjzS+7y8e9P0JAgbaEin0QrOmGM1RnSJUTSp7BNzK3XM7j8XPoWzmf8g79HMT1GxwRExkNbHxcr4kiTKElHCjLpkajKt0lphdRdEhdRxB5J8xB66gCZbBBpSaYNnYODhNddy+TLX8Du00+mf8k8+l7+fNrf+nOKsX0kjUnyMCQVjshzdFUGKqYUmkJ7dMw0qZmpDLmcwpoQI1uksgmNMYpdm9Df+zrhB97L8CsuY/sZC9m8cA5bF/XQd/bZjFz1emY+9lHszTdQDvbRaU6QqCYq8lCuQWo88LrgQ0dB5CKs9TBRi4aZwQVjlDP7OfqON7Bt6TK2PfcK4k2PosNJWlmAlRJCA16lIypiQRhZIhVVfUZPE/RfJqhIWhgXVFVGKkbZBGdiutIQmzbdI/s49MY3s+P009h5ycW4TeugNkruT+GCGjKsk8eKRHgk7SaF9MhUgzxpE6aKRtbF8xWliUFKkvo4XVOn2xom37KG3b/3TjaevYrxFSvoX7mK1sc/RbRrI847RC0axs+rtGjhBxBYum1N3FLkYUQhDEWzQR40yCOfSM2Q+qNEh3Ywff3f0v/e32DfS57LwVVzObzgGeztfSZbz5rL8JteyswXP054349JD+8lb09hTIBwCmE1SiqiIKQjfMpQQquEFuBDqSypaxJ3W3jZJKk6TOOWr/L4imezddkS1J/8KUVjlEBPMd2VxEkEoYV2dTiKtSBRljJI6IhfdiOvf2dUUoRela16opCkyqiUQiOUoFQeY9/8JhsXL2JT72LGv/RFyoljlCP7yFvDWH+sas7zZ+haQRHUKSKPRE/hOgHDeoamUmQip9uMQDmKo/tpf/0a7l5+Gmvmn8y6ZYvZ8fKXIm+9laLtUUQRmfLo5IKskOisTtxpz3rHezgnaJuA0G/SlW1K3aYYGyJ/7H7Cj/whey+6kP5589lz6qnsWjafh86eywMvWcWhP343xWN3U44MVAXdZgbXnKBQIWgNstoi5FIRKUEupinCcaxqExiJZwWBqxNGkyTZFKa+n2LHY9y9eiVHFizk0PMupds3QDkzjh9O08gU1kWUKqIMZhVJbOVZmouETD5N0H8RzswanBqL1QmRduQqpCs8rOeh44xYKLIdO9jy0ivZtnI5j55/PvbG71HufAy3byON4Z1MjQ3QnDiEN3yAYPgAraP91Ef6mBzZw3T9KC5RRDKkMzlD/MAjjLz9Hew+cyU7F8+h74UXMPqFj1Pu205H+4RGYbWhtBGJ7yP9GUzsIaJpjJkkdzW60TQdOUZ+pA937x20rvlT9r/hKjYtX862eXPpW7qEvgvO5cCvvo6Rz34M785bKEcHKWSDNGyRGZ+ObtGVM5ThNPnMCJ2pEfKJUfLxMfKxCeKxCcz4EP7UHmZmBqjPDNKa2k97apDaZB+tse0UA5toffzj7J1/JvV552A++nmYnIGRUXJrsFmGkoZU20ru0T65xGub4H7ZvTr/vVEFhDXaVCnHXFjKoE2hGohYIl0X68WULR//b77KI2csY2fvUgZffiXlw3dQHHoc/9g2wtYhpob7mD64G//IXtqH9xBM7CMcO0i3XacMp8km93H02i/w0HNWs6unlz3zeznyutfiHroT2sdwYoLINkltQK4lmZCkgSIOJIkI6Yg2HVWnDEdh98Mc/spHefxNL2Pn886n78wz2LGgh609ixh6yZXUP/NR5Jqfkk4eIK6PodptnKcJAo0fR3heC9OokU0N4w7vITm2G3tsJ/pYH/rIANHBfSSDBwiHBqmN9VEb34YY3kxycAtmaBftY7tIju0guvV7HDr/+UzNWcXoRS+hWPs4TNYoPFmpaMclRicopdGzfUNBIvATS+j+C5jJ/rtDayLtUCbH6pwi0NCu01E1Gl2FL3JSr6RUEQwNMPM7V3No3nw2LZrH4fe/A/Y9QuHtRwVDiNYRusEUncYYZVgj90bpBnXyeot8x1ZGrr6KjQufwb5VJ7Hp+cuZ+ctrwAvp1up0TYgzM5hgjI6oUTqfbmpxSpAJSREq8v1DqOu/T//bfp2NK89gsGcRg8sWs2bJ6dxxziL2vO83yDY/RCmmKf0ZSikoTUQpHGXUoTQJSA87dZD60HZG929memyAxMxg1BRGTaDlKEaMYMIj6OAIwpvC8xq0xDCuvZ9iZj9Z/QidcBSO7WLsf76Jnac+m41zTmH6ui9RmhqBapGmOVLGWFsgbU5oDMrJJ4RyKyn4pw9JvyBBq+XGmohuqCn9Nh3Zoh2FWBGT+znd0FKGLdK1P+HQ85exZ8npbLr4fMydt0MwjTV1Ilun9GtVK643RUdOk0+P0rz+Bra8+CVsW7aI3SvnceDNlyPu/x5FOEZqFNJThG2JVorMBnRVDewMtMZg307Urbcw/tFPsOuVV/HomefzwIKlbF1xDscuvZLx334X/nevhe2PQuMYpZwhUm2sNcRRQtdldAJN1vIoQh/kDNnMIM2DjxOMDhCFk0SujUlCROwhojbaNnCmRqKmiK1AmQjtJKkNKLRXCUhMDOF9/avsWr6MvUt6OfC215NP7cSkdfxIIKzGuBRnM6SOUKZyGYmMqFRLZJVm/r9Rq/tvRdCfK2DWx00eKiOvVKnZnHslStGREuqHqP31+1m/4CSGzriAPVf9BvnRURItCIMGhdFV28LMBEVtiI0ffg/rz1nOusXz2fTc85n41MfoHOmna+tI28RXAbGLyU1KR8R0haSsj1BuWcvEn/0J21/1YjYvW8KuBQvYNmcu6xYv5djb34684Xqy7Vspjx6k8GboSo+ukaSzaVZtqr6vJHbERhCJFplsEvvjtEf78I7sJmuNU8omcdjC6gDtqpiuM4pcVi7PmTEE0hDpjDzpkgoFjRr5T3/MtrNXs29+L3svvZzOY2vIohbS+bP583+69iE2/0TNxtME/QWhK7e5ynHu55HMPnZDj/LwQcbe/l4G5q7mwXlLOfLnX6D0G5QiplvTlGMNsjX3sP2FqznY+wyG5j2TjZcsonnzVyjVBHG7RdAIyaMSFURkXkDZmCTr34a6/juMve1trDvjLB6aO48tK1ew9fzVbHj5ZYx/6ROUe9ZTiCk6oo6VbWIdkoo2uZbktuqstdqgtUZrhbOCPJbkzsP5k5jpw8jRvYjx/djGGIlfp2s0XevoCEMuLKmyRLpK2wpt8KUl7nQIRYtu4tPd9hhHXvtqBuYtYvdZ56C/9bfgz2CFh7bHififB7/cBP0Fqq+Oz66VqH9EIlLKHUd5/K2/ydqr34zYciepHqWrPBhr4X37RvZefjl7T38GR1bMZea9b6dYdzs0D5DbOlGrRdoUFA0JQ0fwbv8Bo3/8B+y88gIe6TmNjfN62LB0OTtfeBlHPvBe9G3fhf6NlI2jdMUkRjdoWZ+ZSOMbiRMBqVak1s0SVKO1xKgAJz26LqCwLUx9mPah3ajDe+n605SmavPOpCJXlkxWFVixqvSXpHME0hKlXep6BhMeoehfy/g738KOZYvZsKiH+ic/BkcPghFVp6a1TxP035qgx2fN42R0/wj2qWNtcX5EYVL08BDhWB8uO0q3O045NcCO97+fdWdfzOPzFrHv3JWIL32aYuRoZTEzNQmTExQzE7jdW+n/5Id48BWX8vCFK3ls2alsWHACu88/k/q73oW88XrS/m0wcZCyfpRuWCMVDVRrCic8jAmZqk8yVZtAy8rIIHYRkXVYLXEqxCmPRLbIVYMsmEBPHUQe3Utn4hil3yT32yRCkLmU2KU4HeP0k9r00kUkJiUKQtJois6+Bzny269jd8+z2bj4dEbe95uUB3ZC2CYzDs/F+ObpGfTfFInSZLNL+BP6Q0+pTHqiQmkWuQyhVafbnCZPJcrUKMwk3U33cuTqNzOw+iw2nrGSOy//H0zeeB1dKemYHKYtnb4h3B0/Y+LX3szjy+fRv3wO23qexaYz57Pj1Zfh/fkfU255mLI2Sjl6jLLZonAJpXQYXxBZSx5puqZN0hxGj/QjJo6ghcJqR2QjImsrsWDpk2qPjmqQeGPo2kH05H702EHyeo3SaTrOksYJShqkb6oKdFW5ekjnCCNLJgXUJykGNzL6vrexbeGJHFq5gD1vfiX5kd10vRodFxG2fPzIIGwl3vX/+r7+lyNo9o8Iqq1CW1VpsBtFHFnS2JHKkFL5FKpB0j4GraNkP7mZo696FX3zF7Opp4fBq9+KevhOqI9STIwi71vD+Be+yv43vp0NK85kfc/pbD5rMX0vey5TH/5d5Pe/Rbl7G0zX6LancbZJ7Kp0YBqm5KIgNyWxybEiJFdNOv4xkrFdxDPDGGUwpmpMjI0mMZJEeXScTxZO4epHaA/3Icf3EjdGyURVmS6sxLcKoQwutKQtRVdGdEyEkT7SenRb43Q3PszUe3+LvecsY8uCk9j12stRD99JWZ8gjmJUnCKMxEUBzgRPE/Tfk6DHazu1VRinUVogQp9EKRKpCFo+Qmi6mYLpA8jr/oI9Zy7n6LxFHFh6JuIPP0B3ywbo24z55l+x4y2vZfvFZ7B1+QIGzl7B2iUL2P7aFyOvv5a4fz2lN05pBZ1Qk7YdJgyphyM0w0lCFRLZnFhDLEpSUZIGjkKGJPVjBEPbMPURrHYYXe09E6PoOEFhfbq6QdQawRvdS+3QNuzMEM6bRAsfZSVhbJhRAYEzRNbScRGdZuV419UB3fYU6caH2PmyK+ifu4Ctc05n96svJ9n2ALRrFIHD6C7tOKGdClI7Ta7bxE8T9N+WoPk/IqiZJahUAh0G5NZClIB2pDYnUClpEDL53W/y2MpFHOuZy77eHuQH3k1y/90EX/wihy56HgfPOoNDS+dyaMmz2XHBIra98xXIB75LVw+RuEls5CM9nyR0FLYg0R1kY5zG0fVMHtvETHuIIAmRaY7RXbKwpGx1wEtIay1ahw4hZqafIGesBKn0yWWLQrfIwxrTQ7uYObwb1zyGqQ/TsQGx1mTGkbsIoyVBIgi6hjExhghHyJqjMD5O9A+3sveyKzm8ejWPnzaP/W+8iu7u9XTNDB2l6AYdUtFFuogg8UjsNKlpPU3Qf2uCHp9B//H+05mqGr3Qjq6vKD0NMiUfHOXIJ77EmsVnMz5vCZOnnIa98lImf+UVbL3oPB5bvJR1c+azZlkPY//zDZi/+BTl5jspJrfS1UPEZhITTONEiPJ9tKqC6ql0pM1RkonHCQ+txR/ehm2PkUWaOEqxJkeLqlvU1j0ah44ia3WsqJr/Mh2SiSaJN0XmTdI42o+qHaY1uo84mKJr26RGkNkITAI6oqsUynk0khlkp04Wj5PsXE/tE59h+MxL2Dt3BWsXLOTI77yLfNMj5PURUhsSu4hYxZXGlVaVFoDzcDZ8eon/jyCos5oiSegoQ9bwKJqCsm3o7j3C0at/h4GeVbROXY4+aR6tk0/j6KL5bOidw0NLenjsgvOZ/MiH0dseoRzaBY1jICYo5QTdxhhlowmegXpAHAT40sfTAanWYNugjlKM78Yd3E5ydD9lq05uqyC6NyvwINpT1A8PImsTRKFPqgVd7ZMH00T1EcT4fqYP7UROHSbyJ+nGPrFuI4M2Tim6JsI1W8TNOkUsKJIWXVdDP3oHa177ctYv7GXk9KVs6VmG98XP0zm6D4ImRRqhgxCtBNaGpKZNVwbkUs1qVT0dZvq3JahWZKrCE3tQU4kvZNbQDQXdug++Q2zdy773fYj9c09jcuEp1HpOpnnKidROOpHDZy9l3RtexNi3v0wxvJ+yNUNXNsnbk8SjRwjvvJuhr34d/66HKcZb0BSUKqYwKXncwaYdGlGEZwI6tk26pshmAAAgAElEQVRXNZBTx2gdOYCeGKZoz0BYB38S1DhRaz8zIxsJ6gdxYYuOqdKQHW8KMzVE6/BuGkf6iJqjxLKBDmfIEoVSAmkUQaQIrEdi2jBylOzhR2h84GNsXHkemxYuYdOSRQy/6grsLd+mbB2jawOiUCDaklgZ0iTERVPEbopMt8ikwymwOq9ixv8J7u1/CYLGRpJoQSYrDahMVUu7tiHWeBRhHcZHyR7ZwPZffRcPzlvBofk97F40h3XL5jF45aU0PvQB4p/eRjm8l8w2ccEMkQmQsSSaPszuv/g0tzz/Au5YcSbrz72Iobdfjf3hzRRH+8jEJFY1sHlMI4rwjUOHikgpXChojU1QHz6CmhwjaUxS+FMUwTi2cYDG6Dba0wdx2qcbG6JWnXh6gvDwAVqDe8imx4hmxunakMyGGOvjIoESDSIxSTc4RrrlPqY+9UcceOEL2L9kBX09y9l0wcUc/vAfkjz+IEVrhFw2iKRP6iJiE+OUJnEhkWsS28pOJtaOSOVEOvkPSV/+NyKoIDGVWWkuK0U5ayU2Dshtk6I9RvrI/Qz86pvZuXgVm09ewCNnnM3jL38l9jvfITtwkHJqiqjdQltFEFuCuPKcNE5QiCmSPWuY/NwfsfGisxnoXcDhpT0MXLiMPVe/gviuv6PwhijCSTpBk1xIIqHQfkhuLHEY0BwbZuLQAJMH96BqQxR2msLUCMcGqB/pI/ZniNo1XH2Cif4dBEcOkM1MVNaPQR1Um9J45HKaTjhNVzXI923lwMfey4ZLzqJv5ensXXwyj556In2vejHxg/dQNCZph22k01SHnn+8r1T/CPo/LLf+34qgmRJ0ZUiiK9EGL9UEiSTSAd1GHbthEw++451cf955rH/Jixh8z7twt98E44ehNUE5M0FXeiSRQVs3K7li6ApVVZCHHpFpkaoZkl0b6PuDd7N29dns7FnI4QWLObBoKWMvfynyr65BP3YXnWN9dMMJOrZOIsZJg1Hi1hBqfCdmdCvJxDbsyEbCQw/R3ncP5vAG7IHNqIH1iMObkVO78Rp9FPkY3WSMrhyG9hGKsX24HeuRP7qZg7/5Du7pXcbWJSvZOn8RW1YsZ8frX079m1+iHOunkJN0TJsyiUmd+09Juv82BE11RVDjQpqZYLqj8RNNR0iCbQPc/d4Pc9fVv83wN76OfOCnMLqHjneUpDFEpmqkto3WPtpZtK081jvCgC+rHhzPkZgOYUth/TadiaOYR+5j9KMfZODSy9h88ukMzu9h75JF7D3/TPa98dUc/cz/Jrz5u6R3/wC2roGxPjpj28gGH4SBuyj7f0xn74/I999OufdO2Psg5cGH6e67h3h8PQS7YXob+e77EHfdQP0vr2H0d3+X7Ze+mM3LVjKweAnbe5exftXZHH771fjf/jbZzm3QnKIMmpWEeqSJlSBS8mmC/j+FFsQmRMQhzUzSyCohsnTaY/+tPyO4Zx3ZeKNyJhZTlGaCouuhojpTrRFkIrDdlHoQoG08K3ljqrK5QEDgIAAzE9HNC5xTZLJBGUyQ7dlEdMN1TL71V+lbsZzDvb0MzFtI/9Kz2N67ko29y9lx8QX0v+JKDv7aa6l/+J3Ia/4XnW99guL6z+C+9wnib3+c8pufZuKTv8X0Z36X4Y++k0Pv/3U2XnUFGy9/HpvOXc3mxWewe+5K9s85g8GeXg4+5ywa7/kNkp/cSHfqKGhJ7oV0fQcyoxSOrrGVAuH/hT/7fzb8UhPUOEEYh4RxiHKSSBs6onJVK4KIbiMgG5sgq9coo5Cu9XDWR5mALItRWuMLRZx1UXZWqtyZWSFfgY4EVktypem2AspmSDHdpPBbdINpyvYYxfQR0sfu5+BnP8mht/46hy+6lAPLVnNoxbnsW3Im/6e9N4+OqzrXvFm91tdr9Vr93e58d910f933BgJ4kmTL1jyXSjVoqlINmiXLM4MNhDAECENCEoZchgQIhBCmACGAzTwbjG08YPAEBuMJz7akUtUZ95mqSiX9vj9OeYAYAnf17bvW1/ePZ6ksnzo6Z59nv3vvs9/3eTb9139g/f/9X9nwd3/Hlu//PZu//z02/f1/5qN/+Ds2/7f/h/X/5T+z7XvfY8d/+i/s+r++xyf/4e/Y9R+/z87/9D/Z8d+nsnnqLLZ5m/jiogtQH7gNNr/E5NgnTGj7mTASmLqCogiEmiatZbEVE2l4BFOTSNv/+hnv/07Qb4BuKqTSrpJwWlOZkAwmJZOsaqFrBrLQUW0dQ1cYV2XGFRlb1XGEiSkLV9JFZLBFBiHcDKCUo5NIq4xkFRLZMVLmMRwxyoSSBNUgl1QxNYFkC9RxE91MkZaHmZRGYdfH8MG7OMsfJ3HHzey5/GJ2zB9gc6SN1ZVlvD+7mHUFM3j/vPN473/8I2//0z/x1pTzeXvaVD6sqOLzYCt7o53s6R9k9MqrEX94kPRbrzO5bROTB3aSlr9Asw9iiMOk9VHGdQVH1dA1gWrZSI5FytLRHB3D1DF19d/8Gf0fTVBhaKiWWyczrugguZr6wrBIpG2Ojlscy5qopjhpqJpWbdKqfUrWXHH1Qt08SgPF0kg5qqs6nR1DSo8grFHSukRW0U/W3o86DsMZm0TaQDdVsloKSz2GKg5gmgex5d1MqAeYUA4zfugzMp9uIrN1I5lN68isW0N69Xuk167C2bia9Nb1ZD/fzPihHeQSe8lJ+8koB7Hlw5jSYYzkEezkUcYMmUM5m1HHxhSm62CsuGoowpRIpV1/IclR0cwTOlP/9s/p/1iCnsgHzZxMuzMQwkS2LBJpi5G0RcKx0EwLR3MhhIMQaUzdTU9LqzYZ1Sar5n2C1BMS5wq6qZJ0DFTTxNZsxhWHrOzgqDaGMNEMgTBl0iLJpDJKTk6QVVLkNIlxOcmkJjGpy+SkUSYSx5gYO04uOUJOGiEnu8ePywlycoKcMsa4OoajjeFYKumMhXAMVFNHMQWabaIbOXQNNH0STWQQhiAtUuS0USaVkbxysURac40lTCH+naD/lnA0t+YorQlMXeTdRAzXyyfvLiLybiKmMDGEhW446IaDEBaGcLVAHe2UZqgr5qsxKWtkVANdz2Kp44zLGSZSDhOSWyymmyqqJWMYEuPqmGv0JamgpkG1mVRtJlWTnGowrhvkTIusaeAYAlOoCE3FVBQcWSEtqziqhqMLbGFi6q7WqGE6WHYGy8pimmlsdZyMNIml5hDCdmuQjBQZPeGq8KWSkJQhqTORMskqxr+v4v9tCWqQUU0s3UQYBrppIAw9r9euk1MEWdXA0l3zKc2wXBVl3fqS9c2JwjtHd1WlXaLqrpSjmiGjpJmQbCZkQVZVMA0JxZaQbQndVMiqKpNJASmbrGRhpwwcyUQkFORhCSFp2Lprn2MIK2+EZmIJi7SwyQibrG67Jma6zbjmWv7YioEl6SfhyAZZxXTrjoSGYSgI0x3eLeHa4kzIOqRMGLPJyf+/JehXdxq+rIZ75t2Jv/H9rzn+S1WDun6Gv/H15zGE+/5SN9xoaOuCcdWNfkgqSK7FjasZ72qJTkoGk5LBuCJwdB1D5CXHT5pHqK7h6kklYNcWxTCT6PYouj2CZo+iWSmEoWEIB0PLIbRJNJEjqeskNQ3dcdxILgwsx8YwDCzDwDYMHMMgbZhYwkDXBYam4Sga45LGRFIjN6YyPqaQk1UyuoZlquiGgiWSZPURMmIUR4xhGBKKpZKyBUnHJOlYyJaV74gWlhD57KRv88x0vk2N19dXdH7Ns9L/xt/8WwQ18zrz7gXmfY50BVtNYauuD6etJMiZMrYyStZU0KRRhJzE1lXShoEhKzi6wJBltJQrhWhpEuO2QEgjpA2FjKWTNg0MVcdUBY7p4FgOqqKhKjKmKbANQc40EMlR0qpE1lAZNxVMJYGlp7CEhKFJCE3GEgJN01E0Hdt23HtQZNJSkpycZEJO4iSOM66myAgFU5exNJkJXSUjpXBkibSuYgsV09AxLR1JGUPVXa1R25LR5CQZwyGbcdD1BKYz5npqihFMQ8EWFpaewdQy6FoGw8mhpy1GZQk7l0XRNTRdI51x0FUFoUpuxrwuYytJHEPJu6ZoZC0DW5HJyjIZWSatyGSFimOoaGqSdNbENmU3294WWKqb/W5YAkUoyKaKNe4gGzKaKaHpKTJpDUuMYeljpA0FQ01hKLI7tRAGjjBIGwYZ08DSFNJCMG45pDWBJauu6ZmqI5IS46aNrWiYkkLOtMkYFkoqha4qpE1B2tRwdBlTSuCoSdKaRC5tMW4aOELDUBSsfwFZzzKFgZXXeXQ9kBTSukTG1jGVESazOpNZjQkxyoQ+TMYYw1BHEPIopiqRMQ0mMxmUxBhpQ2cyl0ZOHCGXVjHlY4wbCcaNMbSxI4ybgoxhIo2msHQHKSljGBaWZaJqEo6tY0ljTGZMJjMGE2bStW5xUkykFRwzialLOI6J0HUymQyO42AJHWn0OFmhMGErTI7rTFqSi7TKhKMwmTPJjQuU5CFy4xrjjkJq5AhCTjKRcW2hJ8YdclmDrC2RtVOMp23SegYhKdhCYnJSZyIrkbElchmLjGGRtdIkh0dIGxpCk5GUFJZlkEqNudn9moySHEUoKZLDR5gct8g5CjkjSc5RMY0UWUdgiBTZjEBoSTKOxkTOwjYUkmNHyWQEujKGnBgleTyBpRrk0llytk3G1LG0FLlxQdaWmRhXMbXj5DIypn6EtHWctJnAUIfJWgoZUyNrW+ipFDnHIWtb2LpCWqiYqSRWKslk2mHSMpkczzJhmeQcGzM5xoRlkhU6qSOH0UZHsIRGIjGCY6hYapLJjE5GpMiJJBO2gj5yhHFdwVJSZG3zfx1BM7rEwc8/5o/3/JqnHvotT/7+Tv784J08/dBd/PmRe3jjxad44qF72bz+PdSxUeTRYdJC4KgStjrGuJlCSR7mwK7NrHzlKZ574gFWPPUQa996hc+3fYSaGEVIEuOO61tpmQq6nsA2knyyYRVP/+E33HHTVdx244+4+9ZreGX5I3y4/i0OH9hJLmthCBXbtMhmsmiaa+usSQmSwwd47vHf8/gDd/DMw/fw5B/uZM2by1ESB3jrlb/w5MP38vxfHuKVFY+x6o0V6KljqIkjjJsauz7ZzPN/foznnnyIV1c8ztOP38e7rz3PyKFDvPHCs7z2wqO8+OzveObJu1j+53tZ+eozvLbiL3y+7UOGD+5mwpbQlRHStklqbJSMY6Lnye9uPSaREofYueV9Nq1+jQ/ee4WtG9/l0P7PMJRRTHWUtJliwtGQEod4980XeOeNF1i98hVWvf0S61e/hS1UbMUVtXU0ja0b1rHu3TdZv+p1Vr/1AmtXvog0so8P1r7KmpXL2bD6RbZsfIMtG1eyZf07bN+0lo8/WM+WdWtQR4+T0RUMaYS0IXFo78dsWPUazz7+e176yyOsfOUZDu39GGX0AGl9lLQ2wqbVb7B1wztsXvc2e3d8iFDH3JFPqDi6hCEdQzq+j4/Xr+TQZx+ye/sGDu79hJ3bNjB2bD+O+O7vZc8yhXlGgn645m262r30hr201BUTaSpjoMNDm2cOYX8VnopCli7o5f47bmHfjm2kNdf/JmdKHN27nfvv+jlzu/z0ddTTUj+L/piPvrCPuZ3t3HrjT9jx0Tq05FHSYoxxW0aVD/HYQ3cwL+4nHiinw1dCS0MhzZ4ioq1VdEebuGzpPGxTwdJVLGFiChMt77xmKAl27dhEf9RPQ8kUwt4SooEKfvHTpezf/SHz+tpoqikiUF+Ev7aQwXiA7R+sIq2OMGkrvPPKs0SC9USDtXS21RJtqeBHF/Sxa+t6Fg20EWmZjb/hh0TbiuiNVhJrqyTeWkd/1McVS/tZ8dRvOX5oB4aSJOtY2NqJPfEx9LEjvPniU1x58RALelqYG2uiq7Wa+T0tXHXJAp750wMcP/Ap8vA+Jh2ZQ/s+YX5vmFZvBT0dfoa621i2qI/1777ups4JhbShcMuN19ARbGBeTzv9cT+XXNDDtk1vct0VCxjqCbBwoI0FvS3M72lj8UCUubF25sZCDHWG2b7xPbIiiZI4wGsrHuWCoTDd4VrafbPpaC4l3lbJ/F4/t9y0lBVP38fx/R/RHa5hfq+feT0+LpgXYsPat5jIZclagowhYYwd5qk/3MWCriBLh8L0huuZ1xNksMvP2lUvkja/+9brWaawzkDQJOtWvkyspY660vP50aIuWutn0tVcQX+olu7WKmKBSgbDTYQbK7j9+iuYTKtYiUMoR3fx48XdNNcU0OGbQ8Q/m+a66UQDpcQC5UT9FXT4q7h0cS+HPv8IWz2EpRzktecfprb0HPpCVQSqz8NX+UOCtefTEZhN0FPEUE+Q669ZRmrkCJqUxDJMt1gsa2NoSdTUUXZuX09f2EOocTbx5jLCTbO55Yal7N+zkSVD7XSFawjWTiNQNY2Yv5y7f3EVaW2YtHSYtW8sJ+ItI+qvwFc5FV/FeQxG69m37T26W0tp906hzXs27Y3n4Cn/73hKf8DFg214y88jWDOFjqbp3HzNEqRjh8gJjUlLY8KUmHAU7r/j54S9ZQSqZzCv08tgtIHOlgraGmbR1lhCyFvKL65dinR8F1ZyP4f2biESqGAw6iUWrCLUVEZfqIFfXncZhnQMRxkm58jcctOVxNvq6Ys10dFcwWBXE59ueZsLF7TTGa6i3VvMYKSRgZCXzmAdfe0+elu8dDc3snvz+9jqMZ544FZiwRK6Wsroi1Yy0FlNV7iUSMssvDXn0No0neefvpODu96jtWk6naES4u1zuHhhKx+8/xZSapRsWqBLx0g7Egu7g0T9pQxEamnzFDAQq6O2/Gz+eP/NKInD/+sIunX9O3SHGom1VOGrmkZncznz4w0sGwoyFKkh3DiLxV0B+lrqiHrLeffFJ0kc+JirL+wh7ptDb2sZrXVT6GgqJNQ4g6h/JiFPIZGmYtobZ9LqKeSX1y1BOvYxh774gKHOBmLBYlpqz6UzWERX6yzmxisZjFfRHiimJ9LAto9WkbFlHFPH1HSEomKZKqaeJGMm+Wz7OnpD9UT8c4j6i/FXncc9t13B/l1ruXhRmEhwNhFfIaH6aXQFS1gQb2T76heZMEdY+dKfiDQWE/YU0dtWRndwFhcNBDj62Xou7g/QVv9DfFX/jb72IkKe82mrm4Gv9Hy6AmUMRWpoqTmHtvoibr/+GuyxYbLqKGn5CM88/BsivhK6WyuZ3+mhs7mUqG82ncFSupor3E7fXks8UMaNl89j+OB2vvhsHXMjDQyE6gh5ZuGvnEpfey1D8SbWvPEMWWuUcXOYn197ET3hWqLNZURbSlg8GGD9u39h2aJ2+qLV9Iaq6WicTbypgu5ADYOhJuZ3BOgJ1pLcv52DOzdw2fx2OrwzWNxdR2drMS3e6fRFK2ltmsFAZw3zehv48P1n+Xz7G/REKoi0FDOvt4HBrnrWvvsyQpOwRQpbH2HL+jcINc6iu7WUtoYp9IRK6A6X0Bku4YpLOjly4NPvTlBDtzB1V8/nJEFFitVvrKA71ECspZJYsJR2TxE7Nr7M6OFNrHz+ARbE6ujwFBGsnMriTh/3/OIqVjxyF2010xgMVdJWex4xXwGLejz87MpBbr9hCX2hMto90+hsLqa7tYS+UDn33XY5W99fzrxoNSHPFFprzybmn8bS+V727XqHreuf5dHf38QDv7keXTqAoY6gpcawNN21B7R00oZM1hhjx9Y1xJsraKsvINw4g46mAn5z62Uc/mIdA101NHum0FZ/Ls3VZ9PTXEyofho3/WiQjHaQN1b8kQ5PIf1tZXQHZ9Jefy5XLYlw6OP3ubAnQFegiGjTNGJNM5gbruaSgTBz273EvGX0NJfRGZhJp6+EvhYv7yx/igk7xUdrXqanrYqOpln0hSroailhUXcjS3r9dDVXEPXNoStYQtw7m3BDIYOhau775RXs2rqSxV1e+loq6AqU0NtSTqiugKhvDpdf0MmR3RtxtAPc8YvL6Gwtp7u9gnbvDC6aF2DDu09y4ZCf3o5y+sJVRDzFXL2kh3eWP8p7LzzBulee5s2/PIS0fxtvP/d75kWq6AoWEvNPJ+wr4JbrL2D923/m0d/9jMX9fm6/6WKU4x+zZ/tK4i2lxFtKGYjW0h2qYtP7b5F1BJaWIGMkuGrZANHAbDqDs2jznEesuYBQYBrN3nPpjpWzfs1ryGOJ/NschbRpIBT5bxHUxtRMLN1wCSpkskaKLevepi/aRHe4ltaGAnpDFQzvfZ+c+jnSkU3MDVcwGKok7ismXD+TW65ezIW9Pi7u9xNtKqC/fTbe0v+XD9cuZ9I+yqR5iMN71nHTFf3EAoXEAoX0tc9hKFLBS3/6ZxZ31RP1FtBefy4R71Qi3qk8du817PjgebLZI1jqF5jyIXKWxLipY2kqjiFcdzXDjfo7t6+jt62GuH8Onf5ZBKvP4Q93X83xgxtZONDIgr464sEZLOyswl/xP+lpnk3cN5PNq55j63vPEfcVUV/8D8T9M+hpKeS6pZ0c3fEBP5oXoa12GlFvAaH6An555QUk9+5AObCHtS89Q7e/En/5OfQEy+hraaAnUIuR3Mcf7/wpVUXfp6tlNu2eabR7ZnDvLVeiHvuUcfkwH7//Mkv7A/QGS1gUq2deuJr+ljI2r3yaoVAVF/U0EfUU0hOYQ3vtNHpby7h8SQe3X38R4/oX/OyqIbpaSuhuLaG7vYSheA2fbHyen17eQzxYxLxYLUPheh68/VpSX2wlpx4hJx8mZw6TSe7j9afvJeotoG7W39MVnEFXcDaP3fdL9OHP0Ud3k9OOYEn7mUwn2Ld9NTF/OfFgBb1ttcyNednw3mtuyYgywvEvPmF+p4+haC19bXNY3F3DFRe2EvZPYdFgA22+Gby4/DEmcuOoqSSOIchYJqamfuPq/msIOsbG914hHCgn2lJOyFtAV+tsHrr7al77y53cedNiuoKziDbNZElPE4u7vNx42QDL5jYT880k5itkfrySJx+4kXHrOBnzGOP6QTLqXt55+Q94yv+RiK+ADu904v5CHrn7Ovrbyun0FxPxTCfmLaCnuZh4YCbdbSUMxetZ/uRvGT28g7Q+SsZQSBs6hiyTMQwyukpGT7Fz23p622qJN82mrXYqoYYp3HPrMvbvepe5XTV0+GcQajyPjsYpxPwFdHim01J9Plcs7uCpB24m1lRIW/15hD1TiPuncd2yTg7v2MiiuI+4r4QOTxEdDcX87EeLSR7YA5aBOPIFd954OaH66QQqzqOvpY7W6gI2vvEUV13QQVdLMbFgIa2eKfzquguQju3EkY8yaSlMmKO8vfx+ugOzGGgrpTswi8H2Mh77zbUs7W9ifqSKaOMM4k2FdAdm0dsyh/b6qSwbDLD29Ue4++aldAZmMtRRyWC4gsXd9Wx48zGuXRon0jiDqLeQaNMsFsY9XDYU5uYrFnH1kl6WP3w34/YILz/xG/rby1nUVUtvazH9oSoWxAPM7fBy7dK5/O7W69j90Sqy0iGO7txE3F9JR2Mp/e0NXNgf4oPVr5GxUqT1EZY/eb+75vAWEfHO4Molbax4/BbaGs+nt6OMWGsJCwbjSIlRHEMw7thIiVHS5jenBH4tQTeve4N4WxU9HVX4qs+hs3km8+KVLOiuJhYspLutmKh/FkOxegYidWx+bwVLepuY31VHV3Mxc2PlvPfqH8mK42TEMBlxhKx5hO2bXiXeWkK4qYCIr4im8rN589kHuPbiHvzl5zPQUklvsIxIQxGxpll0BUvoCVXTESjjiYfuxJKPkzEVTClJRhekhUVG00lrEju3bqSvpZ64t4RY40z620q595ZLObRnDQt7G2j1nE/IN4W50TL6wiXMi9cQ8c1koKOaSxe00x8up71xKiHvVLpbC1k2v5l921ezuDtA2FtEW8N0uporuHbZPJLH9uMkjpOVj/H0Q7fTWnceUV8RcV8pLTXTWfv6o1w81ES8uZD+SBkDsWruv/N6LOUY44ZCTuhYyaPox7YT9xXR4ZnOUEclc8MVPHzXT7hkboCIZzrRxhl0+meytL+JhfFa5obKaa48h+sv6WJJdwO9zbPpby2lv7WMqxZ1sH31c1wyGKQnMJuYr4iIv4iBjioiTbNZ0ttMZ6CSB26/nqyd4KN3n2dupJ6Qt4iYfxZR3xyC1TPoClbS4S0h5i/j0vlRPv9wJfs/XkvIM5vulmoi3hIu7G9n6/q3SBzfi5I8wA1XLaartZLuYAnzIlX8+qcL2bp+Bd0tc+jwFdEXqaOvs43XX34JJz/E20InY33z+9GvJejalSto882mIzibztZiArU/YGFPDc0NP2TJgIeWhiks6ffR2VLB7q3vMHZoGzdcMUQ0UExb41TCvunc9rOLMKSjZCyJrJlgIpPg2Sd/S9WcfyTaXEK4qYgL+4N8tnkln3/0DvfcfBVD7Q20Vswg6immvbaI7uYKBsJ1hLwldIcbyeoJcpaCSI4wYdmkhU1aNUgrMp9t2UhvcwNxbwmdTXNoKv0BD/76Co7tWcv87jr6IqV0tc8kUHc2D959FY/edwPNddOJNZcSC5YQ8c+ivvR/4Kv5AYG6s7n5J3M58Ol7zI3V0tJwPpFAAS3107jpykUkvtjBpBjDVI9w2w2LafOeS7t3Cq21U1nc62X1qw9x2eJmOttn0lR7NrH2Mm792eXY6iiWrKCOyNhqks1rnqOt9nyi3gIWxGuJNBbwxH030NdaQk/zbMIN05gXqeLai2O8+PiviXimc0F3A6G6KVzY4yHSMJ25oQq6/bNZHG/gw7f+zNWLI8Qai4g2FdLunUpvuIzeUCVzYx7C3lLuueVasnYSafQL/vmmHxFumkNvqIZ2TxGLuptoqZ3O0rmtRJuKuXR+O3956DaO715PW30B7Q2F9LVXsaQ3wM7ta7DEcXZ/tpELBtroC9fSFZhDd2A2zz74K47u2TgEIrEAABKUSURBVMCiLi89rdX0tNfjb6jiwkULMVQFKTHqLsyNb1ZpPsvQLYw8QW1dJS1kMsYY6999kcFOL+2+QoJ159LXUcKC7houXhDkgvlBfrw0zv13XcfWD17HMY+hjO3m5uuWMK+nkTbfDLpCs4m3l/HAPbexY+tGPt2+jldfeJTuSB2N1ecTbS4h1lzCsvlhpCOfsmX1qxzbtYXdH6xi3RvLefSeW4g1ldHTUk0sUE7EX0G8rZ6cmcJU3GHeUhQc3SKtGjiqwmdbNtHT4iHaWEJb9QzCDQXcd+vlHNm7nvmd9YSaZhBsOJeu9tncd8cVHNm3nmiwhLB/Nm3eIkK+IqItxURbimj1TuGyC1rZ+8mb9ERKCAWm0tp0HtGWmVy2JMrOze9ydO9WXn3+D8zrqabZ+0/0R4rp76hkMFpD8sgmbrq6l1hLAbG2YmLtZXR3NPLCM3/iwK7dpI6Psm39am64fBBf5Q+JBYppa5jOxXODvPbMvQx0VBELFBNqLGAoVst1l/WSOPAh114UY3G8ni7fTLoDxQy2VZzEsv4gW955lpsu62ewrZK+9lICDedywZCP3915NffdcQ2/v+tGVr70J3JmAmV4L0f3bWXT+6/w0H2/4IF/vpplc/10N88i7isk7JlKuGEqj/72GoZ3raa5+hzaas9jKFLJULSKDauewzKOsfyJ+4i3VNDbXk13cA59zaU8etd1rHrhYS7ub6WtfiZhbxkDXWEuWryALR9+gCYl3V0soZ8hgp7ayz/LECc0NDVMIWOLFBmRYMdH7xFrrSEWLCcWKKE/VMmOD15h/56POHrkc4aP7EaTjpMxZRwtgZE6wqo3nqHdO4tocBYh71T6I+VEAqUs6Gmms62KcFMxHb5ZNNdNJeKfRdhbxNpXH2PnptcZaK/m6iWd/P62a9i08jlWvvAwg6E6Ik0lRALlhPzlDHa1MG5LaNIxxjMCoaawdBVTlTDUUXZsWUN3uI5A7TSCtVOI+Ar53a+v4Mie9VzQ66O7uZSwp5CIdxZ/+t0vyRmHeeWpe2gsPZuOxpm01k2lr62cmK+IwXA5ly0Isv/j11ncW0fMP52obxpR3wzi/llcvrCdS+e10xmYRcw/g6hvKq0NU+hqq+b1FQ9jpvbw2O9+Tk+ogg5/Ed2tZXQ2lzIv6uGqRd1ce+Fchjo8hOoLiPtnM7ejhp6WMm6+ch6fb36ThZ0e+toqaK+fwUCoituuu4Cc/AWfrn2Z1qppzO+oI9JQyEBrOUPhSnqCxVy1qJ2PVj7BpUNNzA2V0tM6i0iwgBuu6GHTqqfYve0NDn72Hp9sfBkzuYut77/ANZf08ORDt/L51rcQyU95d8V9dPoLGAqXMT9SQUvV2fzp3ms5+PEbtFSdTbhhCgtiVSwbbOKTdSvI6vu57bolhD0zCDdMp7d5NgNtZfx4QSsL43W01Uwh4p1JyFNEKFhGOFTHSy88iW1ImJqCUFRs3cbWLWz9xHz0hF+qylnCUBGGimGoeW0eCUck+Wjtm/RHA3T4yon5KxiKNLJ3+zrStoplCSzLwDJMbCFwhEbWEqSNJH964DYC1efTGZxJyHM+UV8Ri7o8zI3W0NtWxmC4is7mOcT9xfzxrmuZFPtZ/sjtdAXnsGwwSGvNFOK+WbTWzaC7tYK+SAM1pefTG/Hx7J//gK4dx7JSZDIaybGjJMeOo+tjTEwIdnyyht54PbWVP6CjeRaB2nO55frFjBz4iPmRei4bDNHtL6fbV8mTv7uFSXOYbHIfVy6OEffNwVdyDjUF36etZhrNledx1ZIwY/vWsyheS7DibLoDxSzurCPcMI2W6nPpaJhGb8scIp4ZBCvOpqe9mquWzWMip6Mn9pOzEtx0xULCnlm0VJ3Pwkg13d4CItXn0uudQV+gmIFQNZ7is2mrK2Rxt48J5SA7t6yko3EWkcbZhD0z6W4u544bL2XSGmE8dZDf3/pT4t5S+lqq6Gsp5+J+Hy01P+SyeQE2vvlHfrwoQIfnXIaiZQRrzsVfdQ4DHRUMRiqZF69hYXc9ytHN3P2LpfS2l9IXKqMvVMZQtIoFsRr6W0uINxXS6Z/JZUNB1r32CId2vEPUW0DcV0RfawmL4rV88v5y0sZ+Ip7pXNTbyMJ4LTFvARHPdCqnf48F0Rpi3gIWd9UT989koKuGWKyS22+9Cil5iIlcmrTp4BjpPEnztjaGjG1I2ELhLOOkwKuGaahYQsYRKbauf4d4i4ewr4qov4rulloOfLoJx3IJapoCUxjYusDRVWw5iRg7hq0P8+Cd19MXqqKjaSZRfwkdvjlEg6V0+OYQ8hYTay7jthuWcmT3BnKZEX6yrBdf1VRCnpn0tFQS9swkWD2dYG0hgbqZdIUauWTJAAf2bEeoo2jaGGlHoCpjOLZA08YQIsG2ravpjTfSHa0l1lpOa0MBt92wlOF9H3H5/Cgt1YW01c2m01/DY/fexoQ4zmQmxYa3n6WnpZr50Ua6miuI+0vpba3k8kUdHPp0NRf1B+lqLiXkKWRBvIF2TyGdzaU0V08l5Ckk6itmQbyBX//8cg7v+wRbJMiaCSz1CFn9GLddv4zulgoinpksjnsYaqugzz+bBbF62jyz6Gmv5brLhti5eSUisYfd21fTG66jN1RHh7+UUNMcfvOrqxnXh8lpIxz/fAvXLR2ir72OTn8ZLbUzmBev54K+JraueYYfX9DOQLiUDl8hbZ5COnyziAZm0+Erzu/sTeP15+5nfpeHrtYygrXT6A1VEgvOYSBSQ9RXTE9rOZ0tpfzyJwsZPriZnR++TlewlPnxBuLBEhZ0evhk/UusevkR4oE5dAZLaKmbTn+omqsv7OSeW3/MQ3ddx/23XclARw297ZV0dlTQ1VXH5ZcNcuzwLhxTwzEsbN35JoKaGCctqQWWUHGEzOb1q5nXE6E75Kc35GdRT5i9H3+AY6mYpn6SoJbu5lWakoSZGkMbPYQlHeGj1a/x0x8tINpcQ1eogVhrLa3eUq6+dB7vr1xB6uhOxq1RJuwEm9a8wm9v/ylL+kPE/BW0188mHqymo6mKaLCW2392DQf3fYqhjjGeNnBsQTptIHQVyxTYlo5pyGzdvJZ4yENboBx/fRHdoTp+dcMlHN6zhR8t6CJQOZPW+jJi/joevud2xvUE49oIWuIAN/54CbFAFe2NpTTXzWQw0siFgyGO7f2Q/nAdnvLzaW2Yhb9qGqGmOQTrCokFypkb9/KTZf28veJhpJG9OJaEbUqkjSS2NkJaH0Ee2ctrzz3C0rlh5kY89LRU0h0oo8NbQk/Yy00/WcrRLz5GpA7hGKPs2bGRwc5mgvVz6Gz30OYt585briNnSUwaEhlpmBef/AOdLQ3M7wwS8VXQE6rnsoVRVr/+BMsWhmjzFBAJltAdqqEnXEfYX0JHoMwlfriOVa8+wa+uX8pQl49Wzyz8tQVEAmUEagvoaa+hq7WKq5f1s2vLO+TsYY7s/oCQdzYdvhIW9ARY1BtkzetP0ddRT1dLFe2NxXS2VhELlvPasw9iyV8gUvsw5P28/eKjRAJlhNvKafQUEGqv4d23XyJtuZstlmZ9A0FPZHkLCzdxxM1OyQqNtKGR0WXGdZm0niJnKNimS1DD0DCEW2phaa5d3rhpMmEapJUUGSXJhK1jqcPs+fRD9u3agpCOMu7ITE4aOPoojj7K6LE9jDsyaTGKrQ5jjh7k043vsebNFzi4cxt64hja2DH05CiaNObuRDgWipxiIjeBIskITSU37mCbConh/cgj+5GHv2DkwGdoowfBURnd9xnH9+xg7NA+Rg7uxUyNYMmjZPQkWT3BuBjj2L4djB3ZxfCBT9m87i3UsQOMWwkO7d7M0X3b+Hzb+1jyYXZ9vI7j+z9hzyfrsZUjmNJh0toxMo6M0FPoukTaUnBMCUMbxRGjOPoIGX2E3R+v5+mHf8s9t17LB6tfY/ToXiazBhkjxbitYMrDJI7v5723X+bl5U+yYc2bfLjhXT5a9y5pIWFJo0xmTLSxY2zfuIZXnn2cl555jA2rXmH1m89hyod4dcXDvPXy46x46gFe+ssfef6pB3n64XtY/qf7WfnSUzz/5INIR3eRVo4iH9vDq88+yiO/u51f3XA5N//0Um68+mJeee5R9/WgfhyRPIA+doDlT/6eF55+iOf//CCrXn+Wzeve5NXlj3L/XTfz8P238/D9t/PM4/eROrYLSz5MzkxgyYc5sm8b9915E3f++hpuveXH3H3nz1j97mtMjKdRUykszciT88SKXsE2lBMEdTCE6xB8KrNJYGs6RiqJo8o4ioSVGiOtK5imhmmqrjCA0DD1E73AIK2bWLJOWhWM6yaWrOAYMo4pIbQESuo4QhnFsRQskcKxZBTpOLYh4VgyaVMmraZIy2NM2MLVXNJVbFXGUlVsIUibFpYuEJqOoZtoikbatNAkKZ+Vr2LrEmlDJa2lsOUEE5aOPnKUrKmRNTTSQsPSZIQ0hqWkyAgZS01gSCM4hoSpjJA13Z+2GCNjpMiYErY+RlqMYWsJDHmYjK3giCSWOsKEo6LKI1i2QFFTCKEidJls2sA2ZDKOiqkmEPIwtpYgY7uW4I6p4BgKQh3DNhTShoqhJt0oYqoIdYxsWrj3Y+rYmuJCVxGqRMZwc1UzpuxenzFG1kriiFFyaZWsITFuykzaKmk1QUYbY9JWsOURHG2MrD6GoyddC0dTwtTHyFoyWUvG0ccwlBFsI4WljpIxUph6wm0fRyVtJHFEkrSRIpfRSVvu+iVjpjCVERyRREjHGbdkso5CLitjGcNkM7IrYGZomJqWJ2ied0LLL5DyiySXoDamcGtmLN3E1g0sTbhSfUKQ1nXSmoatqZj5DHDT0FyCiryJljCxNQNT1rFVm7Rikzac/LEnFmFK/rOS/6xgWRqGcH9ahhu5s7pGRldJq4qrWKfIbomEpmMLA0szcAwbQzUwNYGtm5iqganqOLqBpWputaeuu+fSXKdeR3UzyU1Nx9RUHMPA0lSsvEKJLRRsU8HQxrCFjCXk/O9lHFPFMVW3ZxsKli59CY6pYAgVwxRo4pR5g2no+c4sY5mubpSpS1h6CkOX8p1dc0XPDNU9h6EihIzQFbfdTNV1/xBa3lLHjTS6LOEIHVOTsXXFFWswVZfcQiatyziq5KZC6gppzf2c1RVXMFcoOKpE1tBw1BSOLiPU5Ml7N7UUaUvLX3PKvUcthaEmsYTs/l5L4RgKtiFj5o+zhfvZNhQ3wTzfiWwzhaGNYgn3+4YqYekali6wTwTGkyt4xX3NdCJynoTuFqFZ+URmSxinPIf00yxeDB3TcOt2rJPuZMIluOZgaw6W7mAIgXGa08Y3wRRu2Uk6r/eZzkt7uzBOg5kfEvI3deLfunUa3I7maMZJIy/3POap84jTt9m0rzTOqV78beEK6BoIQyCMv75v01BPwsoT8du2zcn2EcZXcKYX3Kp7P7pK+jvA1r/9vf7LIOXnlvJpbavniXlieD/9eM3NqDeFOAOMb4DIk/REg+cjotDd/8979pi6w6lF2N/GierKLxdmnd67zoT8Q9GNPDHt01aF+Xdrpxd5nSTyCYKf/pDP1KjfPjXMNXH4+g5pfgXfhZxfT9AzId82p/lIfRv861aAnggA36ZtTxyrcZZ18iW9mifYqc/GX0Fg6m7dtkvQE0O1hGlIGIacH6YERr4O/fTy3r+Fk8QXJx7GGXYXdPW0CtNTL3RPRccTBHVh6eaXz3d6BD2dvHp+/np69NRVvkuVo9uWbnQ82YZfJajQTwYBQ/wLCPqlaz/DqPIlfPtr/9+DrwSVvwoMX3nWQuMsWyinEe0UDEPJD0EahqEhDA1hCEzdLWk9RVAJ0xzDMMcwzCSG6ZL05PHfGIn/OjKfehinTx++PPw6JyHjCAlHyHmSGti6jaWn8zhFUMNwSWPrBo5u4OgiDzcP1tFVt+Ly9PPryneMQF+e4Nv5azfzc/VTEJwaibRvDTciiq/gxP2YOLp1GvJrCXFmY9gzmsV+x4j7XfHXo9dXCfrXpdFn2YaMachfQ9ATJFURJ+rFdTtPUCN/bCpP0ESeoKm8oMCJ+vITQ/TfxpcIml9cmSeI9a0IKrB1Cys/vTD1E/Pr0wl64qGK0xpPy5PzqwRVv+ND0L70/TMNZ9aJ+Xt+tPhOc7gzXo/Bl0lq5snp6gScWi/8DZw2tfrfR9Azzzu/TFDhim+dgppHvufmF0InIqmlu0odbq/TvvRdU7ikdhcA+eO/wzzlyz36qxH0BE6/kdMXMyekrEX++k7HqfOdeej5mvN/1Xr6b0Ljy5HgrwUTzmhx/W3xra5HnDacfvvoefI5/WsP8bpx8trONKR/laD/H6kOrsfQyyvpAAAAAElFTkSuQmCC

Paket pengiriman anda dapat di lihat di
www.posindonesia.co.id

dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman
yang akan kami berikan kepada anda melalui email/sms

NB: untuk pemohon agar terlbih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat mesriadi.blogger@gmail.com dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no
085261043031
terima kasih.Link
NB: jika 2 kali panggilan telepon tidak diangkat harap maklum berarti kami sedang sibuk, silakan tinggalkan pesan.




Dijamin 100% aman, sudah teruji dan terbukti.
Tanpa Puasa, Ritual, Amalan, dan Bebas Pantangan
Anda bisa mewariskannya sampai anak cucu


Ciri - ciri keaslian : lihat video



Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing.

Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling menjauh.

Sekedar informasi kami telah megirimkan bulu perindu sampai ke luar negeri,
dan semua produk bebas ongkos kirim kecuali ke luar negeri kena tambahan biaya 250.000,-

Bukti pengiriman TIKI JNE dan Pos Indonesia


Testimoni MASRIADI

Dasyatnya kekuatan Bulu Perindu tingkat 1.

Judul di atas adalah kata yang pas untuk menceritakan pesona mistis daro kekuatan Bulu Perindu ini,
yang saya alami langsung pada waktu sebelum menjadi konsultan spiritual PTD Hawa Murni.
Kisah yang saya alami pada penghujung tahun 1997 pada waktu memang saya masih lajang dan memang lagi jomblo alias tidak punya pacar,
apalagi pekerjaan yang tetap.pada kejadian yang berkaitan dengan bulu perindu ini tentu mungkin bagi kebanyakan orang sih biasa saja tapi bagi saya memang luar biasa yang berujung pada ketertarikan saya pada dunia spiritual dan metafisika.
Pada saat dilema tidak punya pacar dan pekerjaan, banyak yang sudah saya lakukan ntuk mendapatkan kebutuhan yang menurut saya sangat penting dalam menjalani hidup ini.
banyak yang mengakan pada saya pada waktu itu seperti ini.."hey..carilah pekerjaan ..mana tau kalau kamu kerja ada mau kamu pacari nanti." sedangkan pada waktu itu saya berpikir keras bagaimana caranya agar bisa mendapatkan pekerjaan ,
banyak sudah orang pintar yang saya temui untk meminta amalan2 untuk agar mudah mencari pekerjaan, Alhamdulillah..setelah banyak melakukan wirid yang tujuannya untuk mendapatkan pekerjaan terkabul dan saya bekerja di sebuah perusahaan kayu dan di angkat sebagai teli atau juru tulis bahan yang akan keluar dari perusahaan itu.
pekerjaan yang menurut saya enak dan tidak melelahkan dalam aktivitasnya.
Memangdalam pekerjaan saya sudah punya dan kalau menurut saya ni..pasti banyak wanita yang tergila2 pada saya kalau melihat dari segi sosial kehidupan saya apalagi pekerjaan yang saya tekuni.
Tapi..! ternyata tidak seperti yang saya pikirkan dan saya hayalkan sebelumnya, setiap wanita yang saya tegur berharap mendapatkan senyum tidak saya dapatkan semuanya seolah2 membenci saya..hmm kayak melihat hantu saja dalam hatiku berkata..apa yang aneh ya..
untk mencarari tau apa kira2 yang terjadi akhirnya saya kembali kepada orang2 pintar yang dulu saya temui..dan mereka mengatakan aura kamu hitam untuk urusan asmara dan harus di ruwat, baik..semua saran dari orang pintar itu saya turuti seperti di ruwatmandi kembang dan segala macam wirid dan mantra saya baca, namun setelah sekian lama hasilnya nihil...tetap saja apa yang saya inginkan tidak terkabul.
Dalam hati saya berkata mungkin gk jodoh kali sama dukunnya.kemudian saya cari lagi orang pintar yang lain eh hasilnya sama saja ..nihil..
Sempat putus asa sebetulnya untuk urusan asmara dua tahun punya pekerjaan tetap saja gk bisa punya pacar..
Keluh kesah ini saya ceritaka kepada seorang teman baik yang memang tinggal satu desa namun sudah lama tidak jumpa di karenakan dia sudah berkeluarga..dan tinggal di rumah mertuanya atau di rumah orang tua istrinya.
kebetulan memang mungkin Allah mempertemukan kami untk memecahkan masalah sulitnya urusan asmara yang saya alami.
singkat cerita dia mengajak saya ke rumah seorang pembimbing spiritual yang memang di katakan demikian karena Bapak ini tidak mau di sebut orang pintar atau dukun namanya Bapak Misriadi (yang sekarang menjadi guru saya >red) pada waktu itu saya di beri benda berupa akar kecil yang saat itu di beri air di bergerak2 sendiri jujur pada waktu itu saya takut dan takjub melihatnya.
setelah Bapak misriadi memberi saya benda tersebut kemudianberpesan untuk membaca mantranya pada waktu akan tidur dan keluar rumah, memang pada waktu itu saya di beri benda yang seperti akar tersebut bersama sebaris mantera yang kemudian baru tau kalau itu adalah Bulu Perindu yang melegenda yang banyak di ceritakan orang.
sampai nya di ruma apa yang di sarankan Bapak itu saya kerjakan membaca mantranya waktu akan tidur dan setiap keluar rumah.
Bapak itu berpesan dalam tiga hari kamu akan merasakan hasilnya..hmm dalam hati saya berkata apa iya dalam tiga hari..?
setelah tiga hari saya membaca mantra itu ada ke anehan yang saya alami seperti orang2 yang di sekitar saya khususnya wanita seakan2 kok takut melihat saya...dalam hati bingung.."apa ada yang salah ya..dalam mantranya kok semua pada takut ngelihat saya (wanita).
kemudian saya kembali pada bapak itu dan menceritakan apa yang saya alami, kata bapak hasilnya akan saya lihat dalam tiga hari ..kok semua pada takut ngelihat saya apa ini hasilnya..orang jadi takut.. eh bapak itu malah senyum..itu adalah proses membuang semua aura hitam kamu katanya..jadi tubuh kamu memang pada saat hari ketiga akan jelek karena aura hitam itu sedang keluar..apa iya dalam hati saya menjawab.
lakukan terus apa yang saya suruh kerjakan sampai hari ketujuh..setelah pulang dari rumah beliau malam harinya tetap saya kerjakan membaca mantra tersebut walau ada keraguan dalam hati..
Ajaib..! pada hari keempat setiap orang yang memandang saya tersenyum tua muda semuanya begitu melihat saya tersenyum..dan Ajaibnya seorang wanita yang dari dulu tidak pernah menegur saya apalagi lagi terenyum pada hari itu kok tiba2 saat saya melintas di depannya berkata,,"mau kemada mas Adi..:) wadoh..gk salah ni..malamnya saya tidak bisa tidur mengigat semua yang saya alami satu harian ini..di kantor pun demikian semuat kariyawan wanita yang saya bawahi semuanya menjadi aneh..baik semuanya ada yang ngajak makan bareng lah ..ngajak pulang sama lah..pokoknya anehlah melewati hari2 belakangan ini.
bahkan ada yang tampa sungkan nembak langsung agar saya menjadi pacarnya..setelah kejadian itu banyak banyak wanita yang saya pacari karena merasa setiap yang saya ajak jalan atau pacaran tidak ada yang menolak bahkan banyak yang ngantri..memanga pengaruh mistis Bulu peridu memang tidak ada duanya.
karena seringnya konsultasi atas masalah asamara kepada Bapak MIsriadi saya resmi menjadi muridnya..dan sampai sekarang sudah hampir 13 thun lamanya dan dengan amalan yang beliau berikan saya telah menikah dan mempunyai seorang istri dan Alhamdulilah seorang sarjana dan mendapakat dua orang Putri,
saapai hari ini PTD Hawa Murni telah menunjuk saya sebagai KOnsultan PTD Hawa murni untuk urusan problem rumah tangga,asamara,dan jodoh,
ternyata Bulu Perindu yang di berikan GUru saya itu adalah Bulu Perindu Tingkat 1 yang memang tujuanya untuk umum agar di cintai banyak orang.

Sekelumit kisah Bulu Perindu


BULU PERINDU

Alkisah seekor induk burung Rajawali/Elang, membuat sarang diatas pohon yg sangat tinggi sekali di Gunung Bondang. Ianya sedang mau beranak, dan tak ingin jika sudah melahirkan kelak, anak2nya pada jatuh dan pergi sebelum masanya dia menjadi besar dan kuat. untuk itulah sang induk Rajawali/Elang perlu satu bentuk "pegangan".


Maka mulailah ia mencari-cari, terbang berputar kesana kemari menyusuri sungai, dengan pandangan matanya yg fokus layaknya memiliki Infra Red. Tampaklah akhirnya dari ketinggian, sebentuk kecil tetumbuhan layaknya cacing. Nampak jelas tetumbuhan itu ada diatas air sungai, dan anehnya malah seolah hidup berenang melawan arus sungai yg deras.

Segera sang induk menukik tajam kebawah dan menangkapnya dengan paruhnya. Kemudian dibawa terbang dan diletakkan di sarangnya.

Tidak lama kemudian, melahirkanlah ia dengan bahagia, ada beberapa anak rupanya yg telah ia lahirkan. ketika anak2nya lapar dan perlu makanan, pergilah sang induk burung dengan
tenangnya. karena ia sangat meyakini, anak2nya akan terjaga dari pengaruh gaib si Bulu Perindu yg ada pada sarangnya tersebut.
Yg dengan bulu perindu itu, anak2nya pada betah dan tidak nakal untuk meloncat kesana kemari, sangat betah betah banget tinggal di sarangnya.

Sampai saatnya si anak burung dewasa. Mulailah latihan2 mengarungi angkasa. yang karena semangat terbangnya, si anak burung jadi lupa untuk segera pulang.

Namun Sang induk burung sudah begitu yakin. Cukup dengan memegang Bulu Perindu pd sarang tersebut, kemudian ia membaca mantera berupa siulan dan jeritan tajam, maka dipastikan semua anak2nya yg pergi terbang jauh, semuanya terpanggil dan tidak ada yg bisa melawan, semuanya datang kembali..
Wassalam Masriadi085261043031
Harap juga di pahami tidak semua yang memakai bulu perindu ini berhasil, kita hanya berusaha semampu yang kita perbuat dan semuanya tentulah kembali kepada Allah SWT yang mengabulkan semua keinginan dan tugas kita adalah berikhtiar sesuai dengan kemampuan kita.

Sponsor


Pelet Bulu perindu

punya masalah dengan asmara,
buat pasangan anda kembali bertekuk lutut
jangan tunggu sampai kekasih anda di samber orang.

Koleksi Pelet Gratis?
masuk sini koleksi supranatural gratis
Dijamin anda gk bakal pergi kecewa

Sabtu, 29 Januari 2011

PENGASIHAN UNTUK ISTERI

jika mantra ini dibaca maka isteri kita akan bertambah sayang dan mencintai. Seakan tidak mau ditinggal pergi agak lama. Isteri anda akan selalu mengenang pada anda.





Syarat-syaratnya :


Melakukan puasa mutih selama 4 hari dan dilanjutkan dengan patigeni selama sehari semalam, disaat anda melakukan patigeni bacalah mantranya sebanyak-banyaknya.



Mantranya :


“Aku si wedana,

heh wedana kowe tak kongkon,

Jupukno atine si jabang bayi, warno karo atiku rokhe rokhku,

Nyawane nyawaku, sukmane sukmaku, badane badanku,

Preg mati durung mati sidan edan

Durung edan sida nglamong,

Ora waras si jabang bayine yen ora aku sing ngusadani,

Teka welas asih,

Si jabang bayine….(sebut nama isteri)

Asih saking kersaning Allah.”

AJI PENGASIHAN JAKA BURBA

Aji pengasihan Jaka Burba merupakan ilmu yang sangat ampuh didalam menggaet seseorang. Apalagi bila gadis yang diincar itu menghina anda. Dengan mudah anda dapat menundukkan keangkuhan gadis tersebut, sebab aji Jaka Burba akan lebih mudah merasuki jiwa gadis tersebut.

Syara-syarat untuk memperoleh aji ini adalah :

Puasa mutih selama 7 hari 7 malam. Setelah itu anda harus ngeluwang. Sehabis puasa dan ngeluwang sediakan kembang setaman di dalam kamar anda.

Bacalah mantranya sbb :

“Bismilah…….

Niat ingsun mutih sejatine eling sira

Layang-layang sukma dadiya rewang

Jaka Burba sira tangiya

Duweya iman sing sarengat

Lumumpata kayu mati, ndelika marang kayu badati

Tak pecutake sira kudu katut

Tak seblaake marang jabange…..(sebut namanya)

Nurut marang ingsun, ingsun pandeng ngleleng

Ingsun tinggal kangen

Ingsun Cedhaki dhemen….”

AJI KESERABAN

Dengan menguasai ajian ini, tidak saja membuat pengamalnya berwibawa, tetapi bentakan suranya bak halilintar….

Banten yang kini menjadi sebuah propinsi, ternyata namanya sudah dikenal sejak jaman dahulu. Dengan kata lain, walau muda dalam usia (propinsi), tetapi nama Banten telah melewati bahkan teruji selama beberapa kurun jaman. Bermula sejak jaman Kerajaan Pajajaran, jaman kewalian, penjajahan bahkan sampai sekarang ketika jaman mulai menginjak pada milenium yang ke-3 nama Banten tetap harum, apalagi kalau dikaitkan dengan ilmu-ilmu yang berbau magi.

Salah satu kesenian rakyat Banten yang sampai sekarang masih amat digemari dan sekaligus mampu mencekam hati para penontonnya adalah kesenian Debus. Salah satu gereget kesenian yang satu ini sering menampilkan adegan kekebalan. Misalkan saja, tubuh si pendekar Debus dibacok bahkan terkadang disayat dengan senjata tajam, tetapi tubuh itu tak luka barang sedikit pun. Dan tak berhenti sampai di situ, ada juga adegan yang tak kalah seram, seperti berjalan di atas bara api atau tidur di atas sehelai papan yang penuh berisi paku-paku tajam. Hasilnya sama, tubuh sang pendekar tetap utuh tak kurang suatu apapun!

Di jaman silam Banten telah banyak melahirkan para jawara pilih tanding. Hanya saja menurut kepercayaan, para jawara Banten agak segan jika berhadapan dengan tokoh-tokoh dari Cirebon. Hal ini bisa dimaklumi, karena Sultan Hasanuddin sang raja pertama penguasa Banten adalah salah seorang putra dari Sinuhun Jati, Raja dan sekaligus Waliyulloh di Kesultanan Cirebon



Dari salah seorang yang pernah malang melintang di dunia hitam, dan sudah tentu kini telah taubat. Menurutnya, kini ilmu ini telah menjadi salah satu ilmu kadigdayaan yang tergolong langka.

Si pemberi ilmu yang pernah menjadi salah satu target operasi PETRUS (Penembak Misterius) ini mengaku bisa meloloskan diri berkat kehebatan ilmu ini. Sumber yang enggan disebutkan jati dirinya itu, mengatakan bahwa Aji Keseraban ada dua macam. Yang pertama untuk kedigdayaan sedangkan satunya lagi untuk pengasihan. Bahkan menurutnya, Aji Kaseraban yang untuk kedidayaan, sama kekuatannya dengan Aji Gelap Sewu, Gelap Ngampar ataupun Gelap Sayuta.

Jika ditinjau dari arti harfiahnya, Keseraban berasal dari kata “serab” yang dalam bahasa Jawa mempunyai arti silau. Oleh karena itu bagi yang mengamalkannya, selain membuat diri menjadi berwibawa, bentakan suara yang keluar dari mulutnya juga bak halilintar yang menyambar. Di samping itu, ajian ini mampu membuat diri si pengamalnya tak pernah mengenal rasa takut. Oleh karena itu, ajian ini amat cocok jika diamalkan oleh para petugas keamanan dalam arti yang seluas-luasnya. Mulai dari TNI, POLRI bahkan sampai SATPAM dan HANSIP.

Agar para pembaca tidak penasaran, berikut ini aji Keseraban beserta tata laku serta pantangannya. Adapun mantranya adalah:

Bissmillaahirrohmaanirrohiim,

Sececunduk bintang timur,

Secolat bintang larangan,

Ali-ali kudamula,

Ali-ali kadimacan,

Ciduh aing sina gugur,

Rehak aing sina gelap,

Bul dicandung ke bulan,

Neretep ke serngenge,

Bayu seret bayu serab,

Bayu keseraban aing,

Aing beki aing wani,

Aing tu aya wani aning wani,

Aing sejatine manusa.




Lakunya:


Puasa Ngelowong (puasa tidak makan tidak minum) selama 3 hari 3 malam berturut-turut.

Pantangannya:

Jangan melanggar apa yang dilarang Allah SWT, jangan membentak orang yang lanjut usia, anak kecil dan para ibu yang sedang hamil.

Demikian tulisan ini semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasaan pembaca sekalian terutama tentang ilmu-ilmu gaib yang belakangan sudah mulai langka.

AJI GINENG

Para sepuh meyakini, ajian ini pernah dikuasai dengan sempurna oleh Mahapatih Gajah Mada, hingga nusantara dapat bersatu di bawah kebesaran panji-panji Wilwatikta.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai ataupun menghormati jasa-jasa para pendahulunya, demikian kata pepatah. Agaknya, pepatah tersebut di atas seolah tak pernah lekang dimakan zaman, buktinya, belakangan ini banyak kalangan muda yang mulai melirik berbagai ilmu-ilmu tua warisan leluhur di dalam menjalani dharma hidupnya di dunia. Seiring dengan situasi keamanan yang “tidak menentu”, di mana kejahatan dengan kekerasan kian hari terasa kian meningkat, maka salah satu jenis ilmu yang tergolong digandrungi oleh kawula muda adalah kadigdayaan.

Pada masa silam, Bekel Mada yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Mahapatih Gajah Mada dan merupakan murid kinasih Bhgawan Amongraga menerima warah berupa ajian sakti Aji Gineng yang konon juga dikuasai dengan sempurna oleh Satria Panegak Pandawa, Bimasena. — konon, ajian ini diterima langsung dari sang ayah yang begitu mencintainya, Dewa Bayu.



Khasiat dari ajian yang satu ini adalah, tubuh menjadi kuat sentosa serta kebal terhadap serangan senjata tajam. Jadi bukan tidak mungkin, di samping memiliki ajian-ajian yang lain, ajian ini juga merupakan salah satu andalan sang Mahapatih dari kerajaan Majapahit. Kita dapat membayangkan, dengan segala keberanian serta ketegarannya, Mahapatih Gajah Mada di dampingi Empu Nala yang merupakan Panglima Angkatan Laut beserta dengan ribuan prajurit lainnya mengarungi lautan dan menjelajahi daratan untuk menaklukkan negeri-negeri tetangganya. Bahkan sampai ke Madagaskar. Pada saat inilah keampuhan Aji Gineng berhasil dibuktikan oleh Mahapatih Gajah Mada. Ia berhasil mempersatukan nusantara di bawah panji-panji Gula Kelapa yang merupakan kebesaran dari Wilwatikta.

Jika diperhatikan dengan saksama, maka khasiat dari ajian ini setara dengan aji Pancasona. Betapa tidak, selagi tubuh yang menguasai ilmu ini masih tersentuh oleh empat unsur, yakni api, air, udara dan tanah, maka ia takkan dapat pralaya. Walau tujuannya baik, tetapi entah kenapa, tak banyak orang yang berminat untuk mengkaji ataupun mendalami Aji Gineng. Mungkin hal ini disebabkan, si penghayat dilarang keras melanggar tatanan keluarga, masyarakat, negara dan agama yang dianutnya — di samping sepanjang hidupnya ia tak boleh berbohong walau sekalipun. Jika dilanggar, maka si penghayat harus memulai ritual (puasa) lagi agar kadar ilmu tersebut tidak berkurang.

Entah sejak kapan, yang jelas, seiring dengan perubahan zaman maka mantera dari Aji Gineng yang semula berbahasa Jawa Kuna bergeser ke Jawa Tengahan dan mulai dimasuki oleh unsur Islam (kalangan sepuh menyatakan sebagai gaya Sunan Kalijaga). Walau keampuhannya tak berkurang sama sekali.

Adapun ritual untuk menguasai ajian ini adalah:

* Mandi keramas dengan bunga tujuh macam di mana airnya diambil dari tujuh sumur.

* Puasa mutih tujuh hari tujuh malam, dan dilanjutkan dengan ngebleng tiga hari tiga malam.

* Pada waktu menjalankan puasa, tiap pukul 00.00 mantera dibaca sebanyak empat puluh satu kali.

* Pada pelaksanaannya, mantera cukup dibaca sekali pada pukul 06.00 dan pukul 18.00.

Adapun mantera yang harus dihafalkan adalah:

Heh, ya aku teguh sing makrifat,

rineksa dening Allah,

kinemulan para Nabi,

pinayungan para Wali,

tan ana braja kang tumama,

Ya Chu Hak, Ya Chu Hak, Ya Chu Hak.

Demikian sekelumit tentang ilmu kadigdayaan, yang merupakan warisan para leluhur bangsa, semoga bermanfaat bagi para pembaca serta dapat menambah wawasan kita semua.

MENYADARKAN DARI SELINGKUH

Mengetahui pasangan kita selingkuh memang sangat menyakitkan, tapi percayalah, untuk memperlihatkan betapa cantiknya jiwa dan akhlak seorang ummatnya, Allah SWT akan selalu menguji dengan suatu cobaan yang sangat berat.

Namun, tentu saja Anda tidak boleh menyerah dalam menghadapi keadaan. Tanpa ada ikhtiar, semua kesusahan niscaya akan sulit berakhir.



Nah, sebagai sebuah solusi batiniah untuk menyadarkan suami Anda, cobalah amalkan petunjuk-petunjuk berikut ini:

– Berpuasalah 3 hari dimulai Selasa Kliwon (puasa di sini seperti layaknya puasa di bulan Ramadhan. Ada buka dan sahur). Selama puasa malamnya tidak boleh mengkonsumsi makanan yang bernyawa dan yang berasal darinya. Seperti, madu, susu dan telur. Niat puasanya, “Nawaitu souma godin li qodo’i hajatii sunnatan Lillahi Ta’ala”.

– Selama puasa pada malam harinya dirikanlah sholat Tahajjud 2 rakaat. Setelah salam bacalah amalan ini 1000 kali. Setiap dapat 100 kali ditiupkan ke air minum yang telah disediakan sebelumnya (teko atau botol aqua ukuran 1 liter). “WA ALKOITU ‘ALAIKA MAHABBATAM MINNII YA…..(SEBUT NAMA PASANGAN Anda) WA LITUSNA’A ‘ALA ‘AINII”

– setelah selesai puasa 3 hari air baru boleh diminumkan ke pasangan Anda (harus tanpa sepengetahuannya jika air telah dimantrai)

TAHAP II :

Amalan ini diambil dari Surat Haamiim As Sajdah ayat 11. Adapun doa atau amalan yang harus dibaca, adalah:

SI………(SEBUT NAMA YANG DITUJU) AGAR………(TEGASKAN MAKSUD KITA).

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM, SUMMAS TAWAA ILAS SAMAA’I WA HIYA DUKHOONUN, FA QOOLA LAHAA WA LIL ARDHI’TIYAA TOU’AN AU KARHAN, QOOLATAA ATAINAA TOO’I'IIN.


Amalan tersebut harus dibaca sebanyak 40 kali pada setiap hari Kamis selesai Shalat Ashar. Bila menginginkan reaksinya lebih keras dan cepat berhasil, maka sertailah dengan puasa pada hari Kamis tersebut. Sebelum membaca amalan tersebut, lakukanlah petunjuk-petunjuk ini:

- Bacalah hadrot ini:

ILA HADROTI NABIYYIL MUSTOFA MUHAMMAD SAW SYAI’UN LILLAAHI LAHUU AL FAATIHAH…(BACA SURAT AL FATIHAH 1 KALI).

- Bacalah juga hadrot ini:

WA KHUSUUSON ILA RUUHI SI…(SEBUT NAMA ORANG YANG DITUJU) AGAR…(TEGASKAN MAKSUD KITA) AL FAATIHAH…(BACA AL FATIHAH 1 KALI).

- Baca Surat Al Ikhlas 3 kali, Al Falaq 1 kali, An Nas 1 kali.

- Lalu, bacalah Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW:

ALLAAHUMMA SOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD (BACA 11 KALI).

- Terakhir, bacalah dua kalimah Syahadat:

Asyhadu allaa illaaha illallaAh, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah (baca 1 kali).

SYARAT WAJIB :

– Harus mendirikan sholat 5 waktu FULL (tidak boleh bolong-bolong).

– Membaca amalannya harus benar dan tidak boleh ada kesalahan sedikit pun dalam melafalkan lafadznya. Karena bisa tidak bereaksi jika sampai salah ucap. Meski satu huruf!

– Ketika membaca amalannya harus sambil membayangkan wajah pasangan Anda.

Semoga Anda dapat menjalankan semua petunjuk yang saya beberkan ini. Selamat mengamalkan dan Insya Allah sukses.

GANASNYA SIHIR ULAR-ULAR RAMBUT

Konon, sihir ini merupakan peninggalan nenek moyang Bangsa India. Seseorang yang akan mewarisi sihir ular rambut, wajib melakukan sebentuk ritual pemujaan di rumah nenek moyangnya. Biasanya yang menjadi pewaris adalah keturunan yang berkelamin perempuan yang sudah bersuami….

Konon sihir sering ditumpangi atau dibantu oleh energi setan, sebagaimana yang diamalkan oleh mereka yang menguasai ilmu sihir warisan nenek moyang tempo dulu. Korban sihir dapat disembuhkan dengan ruqyah, doa, serta ramuan obat dari berjenis tumbuh-tumbuhan.

Kisah berikut ini masih ada hubungannya dengan kekuatan sihir. Karena alasan tertentu, si penutur kisah meminta agar jatidirinya disembunyikan. Berikut kisah lengkapnya…:
Saat itu, aku telah menikah dengan seorang gadis desa dari suku Mandaliling, dan menempati sebuah rumah sebagai hadiah perkawinan dari ayah mertua. Lokasi tempat kediaman kami ini letaknya agak terpencil dari rumah tetangga. Namun, rumah yang kami tempati cukup besar, asri dan bersih serta laik huni.
Air sungai yang letaknya tak jauh dari rumah kami sangat jernih, sehingga selain untuk mandi dan mencuci pakaian, airnya cukup laik untuk diminum. Perlu kuungkapkan bahwa desa tempat kami berdomisili dikenal sebagai daerah yang sudah kondang keangkerannya.
Si Piso Dainang, demikian nama desa itu. Letaknya lebih kurang 20 km dari kota Sipirok. Di perkampungan ini masih banyak ditemukan fenomena yang aneh-aneh. bahkan hingga kini dikenal merupakan daerah terlarang bagi siapa saja yang datang atau berkunjung dengan membawa niat yang tidak baik. Jika ketentuan ini dilanggar, maka nasibnya tidak akan beruntung.
Selain itu, ada sebuah pantangan yang dipegang teguh oleh warganya: Jangan sekali-kali berani mencoba mengambil barang orang tanpa hak, atau mencuri di kampung ini. Akibatnya cukup fatal. Bisa-bisa si pelaku akan tersesat, tidak tahu jalan pulang dan akan mengalami hal-hal yang sangat menakutkan.
Pantangan lainnnya yang perlu diketahui bagi pendatang, adalah tidak boleh bersiul pada malam hari, juga dilarang meludah di sembarang tempat, dan mengorek-ngorek kerak nasi. Yang paling pantang adalah menjemur celana dalam perempuan yang sedang haid di luar rumah atau dibiarkan tercampak di kamar mandi.
Demikianlah sekilas tentang berbagai pantangan di desan tempat aku dan isteriku tinggal. Walau kelihatannya main-main, namun tak seorang pun berani melanggar pantangan-pantangan tersebut.
Entah berhubungan atau tidak dengan berbagai pantangan tersebut, kisah menyeramkan ini akhirnya kualami….
Masih kuingat, hari itu bertepatan dengan Selasa Kliwon. Isteriku, sebut saja namanya Boru Lubis, baru pulang dari rumah sakit di kota Sipirok. Wanita yang sangat kucintai ini sempat dirawat inap akibat keguguran pada kelahirannya yang ketiga. Karena masih mengalami pendarahan, dia kulihat sering keluar masuk kamar mandi yang terletak di pinggir sungai samping rumah kami. Kamar mandi ini berdinding bilik bambu tanpa atap di atasnya.
Beberapa hari setelah kepulangan isteriku dari rumah sakit, malamnya aku mendapat giliran ronda. Aku sedang asyik ngobrol dengan beberapa petugas jaga lainnya, ketika malam itu terlihat dari arah puncak bukit segumpal cahaya merah seukuran ikatan sapu lidi. Aku tertarik melihat penampakan ini karena cahaya aneh itu meluncur deras ke arah rumahku. Sepertinya, cahaya itu turun dan masuk ke dalam sumur.
Melihat keanehan ini, menyebabkan hatiku tidak tenang dan agak cemas. Jantungku terdegup kencang sebab rasa khawatir menyelinap dalam dada begitu menyadari bahwa saat itu aku meninggalkan isteriku yang belum pulih kesehatannya di rumah bersama dua orang anak-anak kami yang masih kecil.
Untuk menyelidiki fenomena aneh tersebut, aku bersama dua orang petugas ronda bergegas menuju cahaya tadi menghilang. Begitu tiba di sana, alangkah kagetnya kami menyaksikan ramainya ular-ular seukuran belut sawah. Yang membuat kami bnyaris terkencing-kencing, ternyata gerombolan ular ini bertaut pada sepotong kepala perempuan. Ular-ular yang panjangnya kurang lebih 70 cm kemudian berkeliaran di seputar sumur. Mereka saling berebut merubungi celana dalam isteriku yang siang tadi mungkin lupa dicci akibat keletihan.
Cukup lama aku dan dua rekanku melihat keanehan ini. Kami terkesima seperti laiknya orang terkena sihir. Hawa mistis memang menyungkup suasana malam itu. Kami masih terpana ketika ular-ular itu lenyap begitu saja meninggalkan celana dalam isteriku yang penuh dengan lubang bekas gigitan mereka.
Aku baru sadar dari ketersimaanku, ketika terdengar suara isteriku menjerit-jerit seperti orang menahan kesakitan. Bersamaan dengan itu, para tetangga menjadi terbangun dan mereka segera berhamburan menuju rumah kami.
Saat kulihat, isteriku pingsan. Namun yang membikin seram, pada bagian sekitar perutnya yang terbuka, tumbuh rambut-rambut aneh dan menjijikan dalam bentuk jalinan berwujud ular-ular kecil sebesar kepala lidi yang kepalanya bergerak kian kemari. Pemandangan ini amat mirip seperti yang kulihat di dekat sumur.
Tak ayal lagi, para tetangga yang hadir tampak ketakutan menyaksikannya. Seorang demi seorang, mereka kemudia mundur meninggalkan rumah kami. Yang bertahan, hanya dua lelaki tua, namun mereka nampak kebingungan juga menyaksikan fenomena aneh sekaligus menyeramkan ini.
Sementara itu, ular-ular rambut itu semakin banyak bermunculan, sementara isteriku terus merintih-rintih kesakitan. Ngeri aku memandangnya, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Sayup-sayup kudengan adzan Subuh. Anehnya, bersamaan dengan itu, ular-ular mini di perut isteriku, kemudian menghilang dengan meninggalkan guratan-guratan kemerahan seperti bilur. Perempuan yang sangat kucintai itu pun tertidur karena lelah menahan sakit.
Ketika matahari menampakkan wajahnya di ufuk timur, isteriku mulai tersadar. Namun, dia nampaknya seperti orang bodoh dan tidak bisa di ajak bicara. Seharian perempuan yang bernama Boru Lubis ini hanya duduk termenung saja. Ketika kucoba menegurnya, dia hanya diam. Paling-paling memandangku dengan sorot mata kosong. Entah apa yang terjadi dengannya?
Malam berikutnya, menjelang tengah malam, Boru Lubis kembali mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya. Kucoba menenangkannya ketika kulihat ular-ular rambut itu muncul lagi dari dalam perutnya. Dengan keberanian yang kupaksakan, nekad aku mencabut ular-ular seekor demi seekor. Isteriku menjerit menahan sakit, bersamaan dengan tercabutnya ular-ular itu dari perutnya.
Tetapi…usaha yang nekad ini percuma. Aneh sekali! Begitu tercabut, maka ular-ular itu muncul lagi, seolah berurat akan di dalam perut isteriku.
Tetangga yang datang hanya melongo, tanpa mampu berbuat apa-apa. Mereka hanya merasa prihatin.
Penyakit yang dialami isteriku benar-benar aneh dan mengerikan. Datang pada malam telah larut, tapi segera menghilang ketika pagi tiba. Namun, pada siang hari isteriku tidak bisa diajak ngomong sepatah pun, seperti orang bisu.
Melihat keanehan ini, terbersit dalam benakku, tidak mustahil ibu dari anak-anakku ini telah terkena guna-guna atau sihir. Untuk mastikan dugaan ini, aku segera melaporkan kasus ini ke ayah mertuaku di kota Sipirok. Ayah rupanya sependapat dengan diriku, bahwa anak perempuannya telah terserang ilmu gaib sejenis sihir. Beliau kemudian berusaha mendatangi orang pintar yang menguasai ilmu, bahkan hingga ke Tapanuli Utara. Namun, tidak seorangpun yang mampu menyembuhkan isteriku.
Sementara itu, hampir sebulan setiap malam Boru Lubis mengerang kesakitan pada saat ular-ular itu bermunculan. Tubuhnya mulai kurus, karena sejak kejadian pertama, dia sudah tidak berselera makan dan minum.
Upaya terakhir, kuputuskan memboyongnya ke rumah sakit di kota Sipirok. Dan hari itu aku sudah bersiap-siap berangkat mencari kendaraan, ketika pintu rumahku terdengar diketuk seseorang dari luar.
Aku bergegas membukanya. Di ambang pintu kulihat berdiri seorang lelaki tua berwajah hitam legam mengenakan jubah putih yang kontras sekali dengan rona wajah dan kulitnya.
Lelaki tua yang tidak kukenal ini, sesat mengumbar senyumnya sambil memperkenalkan dirinya. Dia mengaku seorang pengembara yang aslinya berasal dari daerah Benggali, India.
“Nama saya Mahipal Ranjit Singh!” ujarnya sembari mengulurkan tangan kea rahku, untuk mengajak bersalaman. Dia juga mengatakan, bahwa dirinya merasa terpanggil singgah, karena mengetahui di rumah kami ada orang yang sedang sakit.
“Tahu dari mana kalau isteri saya sedang sakit, Tuan?” tanyaku sedikit curiga.
Lelaki tua yang mengaku bernama Mahipal Ranjit Singh ini hanya mengulum senyum tanpa menjawab. Namun, sebagai tuan rumah yang baik, aku masih ingin bersikap santun. Aku menyilahkannya masuk dan duduk di kursi tamu.
Setelah duduk, degera saja dia bercerita tentang berbagai penyakit yang disebabkan oleh sihir. Dia juga memastikan bahwa penyakit isteriku datang dari sihir ular rambut yang ganas.
Aku hanya heran, karena tamu ini belum melihat kondisi isteriku yang masih terbaring lemah dalam kamar tidur, namun sepertinya sudah mengetahui bagaimana keadaannya.
“Boleh saya menjenguk si sakit?” tanyanya dengan nada santun. “Kalau memungkinkan, saya ingin membantu kesembuhannya.”
Melihat aku mengangguk-angguk, dia langsung berdiri dan kuantar masuk ke kamar tidur kami. Hanya sebentar saja dia memperhatikan isteriku, kemudian mengajakku keluar kembali dan duduk di kursi tamu.
“Dugaan saya benar. Isterimu terkena sihir ular rambut yang ganas. Dan kalau tidak ditolong dengan cepat akan menyebabkan kematian,” tuturnya pula.
Untuk meyakinkan diriku, tamua yang sering kupanggil “Tuan” ini kemudian berkisah tentang sejarah keberadaan sihir ular rambut. Konon, sihir itu merupakan peninggalan nenek moyang bangsa India. Agaknya, saudara-saudara dari negeri Hindustan yang datang ke Indonesia sempat mewariskan kepada warga setempat setelah dimodifikasi sedemikian rupa, sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Menurutnya, sihir ular rambut yang asli, dikenal sebagai pusaka keturunan keluarga. Seseorang yang akan mewarisi sihir ular rambut, wajib melakukan sebentuk ritual pemujaan di rumah nenek moyangnya yang berusia lanjut. Biasanya yang menjadi pewaris adalah keturunan yang berkelamin perempuan yang sudah bersuami.
Rumah nenek moyang biasanya terbuat dari dinding yang dilumuri lumpur dan tanpa jendela, kecuali sebuah pintu yang tidak boleh dibuka lama-lama ketika matahari bersinar terang. Saat itu, sebuah lampu minyak segera dinyalakan dekat pedupaan termasuk mengisi air minum dalam tempayan.
Manakala mereka yang akan mewarisi pusaka kuno ini memasuki rumah nenek moyang tersebut maka harus merangkak menggunakan kedua lutut dan siku-siku tangan. Tak bleh ngomong sepatah katapun. Semua dilakukan melalui isyarat. Begitu berada di dalamnya, mereka yang akan mewarisi sihir ular, harus melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu duduk bersila.
Setelah itu, maju ke depan sambil terus melakukan ritual pemujaan tanpa berbicara apapun, kecuali desah nafas belaka. Melalui pedupaan, kemudian menyeruak asap setanggi. Dan di depan mereka terletak lampu minyak yang menerangi ruangan secara samar-samar. Kemudian ritual pemujaan dilanjutkan dengan lebih khusyuk lagi sambil tegak berdiri dan tubuh mereka yang polos tanpa busana kemudian diarahkan menghadap lampu minyak tanpa bergerak-gerak.
Entah dari mana datangnya, seorang bertelanjang dada muncul dan mengangkat pedupaan. Sosok yang ini kemudian menghirup asap pedupaan dan menghembuskan asap setanggi itu keseluruh tubuh mereka yang mengikuti ritual.
Setelah itu, mereka diperintahkan duduk kembali di depan sosok telanjang dada. Para pelaku ritual kemudian bersedekap tangan di dada masing-masing. Mata mereka konsentrasi memandang ujung jari yang didekapkan di dada tadi.
Pemujaan dengan cara bersedekap tangan ini, dilakukan terus-menerus tanpa melakukan gerakan berupa apapun. Maka, tidak lama kemudian, nampak percikan api menimbulkan kilatan-kilatan sinar terlontar dari lampu minyak yang menyinari tubuh-tubuh mereka. Dan pada saat bersamaan, seluruh helai rambut di kepala mereka akan berdiri. Rambut yang berdiri tersebut kemudian bergerak dan memilin secara otomatis sehingga membentuk wujud ular mini.
Ritual ini harus dilakukan tujuh malam berturut-turut. Pada malam ketujuh, pelaku ritual harus menyediakan seekor hewan ternak, biasanya yang dipilih kambing untuk dijadikan korban sihir ular rambut. Kambing itu diikatkan didepan lampu minyak. Jarak antara kambing itu dengan pelaku yang melakukan pemujaan kira-kira 5 meter.
Tapi, khusus pada pemujaan malam terakhir itu, sosok telanjang dada meniupkan nafiri kedalam tubuh pelaku ritual melalui lobang tubuh mereka, seperti lobang telinga, pusar, aurat dan naus. Begitu energi nafiri beraktivitas dalam diri pelaku ritual, seluruh rambut mereka berdiri dan terayun-ayun pada saat berjalin-jalin berwujud ular-ular mini.
Fenomena itu yang terjadi pada malam ke tujuh, ketika ular-ular rambut yang berasal dari jalinan rambut dikepala pelaku ritual, tiba-tiba melesat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Menikam atau menusuk tubuh kambing yang sengaja dijadikan sebagai uji coba. Kambing yang dikorbankan, sebelumnya nampak gelisah ingin dilepaskan dari tali yang mengikatnya, menjadi terdiam tak bergerak.
Dan dalam hitungan detik, kemudian mati oleh bisa ular rambut dalam kondisi kaku.
“Demikian dahsyatnya pusaka karuhun sihir ular rambut yang asli tersebut,” kata Mahipal Ranjit Singh menutup kisahnya.
Aku yang sedari tadi menyimak cerita tamuku ini hanya diam, tidak mampu berkomentar sepatah katapun selain manggut-manggut saja.
“Seperti saya ungkapkan tadi, bahwa sihir ular rambut yang mendatangkan penyakit pada isterimu, bukan yang asli dari Hindustan, melainkan sudah dimodifikasi,” tambah Mahipal Ranjit Singh. “Jadi, masih ada harapan untuk disembuhkan. Meskipun sudah tiba pada puncak krisis,” tandasnya pula.
Tanpa banyak tanya, aku segera menyiapkan apa yang dimintanya. Baskom yang berisi air bersih diletakkan lelaki tua itu didekat isteriku. Kudengar mulutnya melafadzkan beberapa ayat Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan mantera-mantera kuno yang sulit kumengerti.
Usai itu, Mahipal Ranjit Singh mengambil sesuatu dari balik jubah putihnya. Rupanya sebentuk piring porselin kecil antik yang kemudian dicelupkannya ke dalam air di baskom.
“Sebaiknya kamu buka baju isterimu,” pintanya kemudian dengan nada sopan dan berwibawa. Meski agak ragu-ragu, aku mematuhi arahannya demi kesembuhan isteri tercinta.
Begitu pakaian Boru Lubis tersingkap, Mahipal Ranjit Singh segera menelungkupkan piring antik tadi di dada isteriku. Apa yang terjadi?
Piring porselin ini langsung lengket ke dada isteriku. Bagaikan terhisap oleh energi magnet yang teramat kuat. Sejurus kemudian terdengar bunyi dentingan piring bersamaan mengendurnya tarikan magnet gaib tadi.
“Kekuatan sihir ular rambut ini, cukup lumayan juga. Meskipun sudah dimodifikasi oleh mereka yang mewariskannya,” desah Mahipal Ranjit Singh sambil membalikkan piring itu.
Aneh, dibalik piring itu nampak lengekt ular-ular rambut. Puluhan ekor jumlahnya, berwarna hitam legam dan wujudnya mirip cacing-cacing tanah. Sementara besarnya tak lebih dari kepala lidi dengan panjang sekitar 30 sentimeter.
Tak lama kemudian isteriku terbangun dari tidurnya. Aneh, dia sudah mampu berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara masih terbata-bata.
“Apa yang telah terjadi denganku, Bang?” tanyanya, kebingungan. Aku tersenyum haru.
“Sudah hampir sebulan kamu mengalami penyakit aneh,” jelasku sambil menahan air mata.
Boru Lubis tertegun cukup lama sambil memperhatikan tubuhnya yang kurus kering. Mungkin ingin memastikan apa yang kukatakan barusan. Kami saling berpelukan dan bertangisan, sehingga aku sendiri lupa pada Mahipal Ranjit Singh, tamu sekaligus dewa penolong kesembuhan isteriku itu.
Kemana perginya lelaki itu? Dia seperti menghilang tanpa jejak. Setelah kususul keluar rumah, aku kecewa dan menyesal karena belum sempat mengucapkan terima kasih padanya.
Namun, di ruang tamu kutemukan selembar kertas yang bertuliskan: “Maaf, saya berlalu tanpa pamit. Jadi saya tidak perlu diberi apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Bersyukurlah dan berterima kasihlah kalian pada Allah SWT. Karena telah menggerakkan saya untuk singgah di rumah kalian yang memang butuh pertolongan. Yang perlu kalian ketahui, bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh sihir ular rambut tersebut, dilakukan oleh orang iseng yang ingin mengadakan uji coba keampuhan ilmu yang dimilikinya. Jadi bukan karena ada unsur dendam. Selamat tinggal, dari saya sang pengembara.”
Cukup lama aku tertegun setelah membaca kalimat itu. Siapa sebenarnya lelaki tua yang mengaku sebagai pengembara itu? Apakah lelaki tua yang mengaku bernama Mahipal Ranjit Singh itu merupakan sosok malaikat atau jin muslim yang menyamar? Pertanyaan tersebut hingga kini belum pernah kuperoleh jawabannya.

GANASNYA SIHIR ULAR-ULAR RAMBUT

Konon, sihir ini merupakan peninggalan nenek moyang Bangsa India. Seseorang yang akan mewarisi sihir ular rambut, wajib melakukan sebentuk ritual pemujaan di rumah nenek moyangnya. Biasanya yang menjadi pewaris adalah keturunan yang berkelamin perempuan yang sudah bersuami….

Konon sihir sering ditumpangi atau dibantu oleh energi setan, sebagaimana yang diamalkan oleh mereka yang menguasai ilmu sihir warisan nenek moyang tempo dulu. Korban sihir dapat disembuhkan dengan ruqyah, doa, serta ramuan obat dari berjenis tumbuh-tumbuhan.

Kisah berikut ini masih ada hubungannya dengan kekuatan sihir. Karena alasan tertentu, si penutur kisah meminta agar jatidirinya disembunyikan. Berikut kisah lengkapnya…:
Saat itu, aku telah menikah dengan seorang gadis desa dari suku Mandaliling, dan menempati sebuah rumah sebagai hadiah perkawinan dari ayah mertua. Lokasi tempat kediaman kami ini letaknya agak terpencil dari rumah tetangga. Namun, rumah yang kami tempati cukup besar, asri dan bersih serta laik huni.
Air sungai yang letaknya tak jauh dari rumah kami sangat jernih, sehingga selain untuk mandi dan mencuci pakaian, airnya cukup laik untuk diminum. Perlu kuungkapkan bahwa desa tempat kami berdomisili dikenal sebagai daerah yang sudah kondang keangkerannya.
Si Piso Dainang, demikian nama desa itu. Letaknya lebih kurang 20 km dari kota Sipirok. Di perkampungan ini masih banyak ditemukan fenomena yang aneh-aneh. bahkan hingga kini dikenal merupakan daerah terlarang bagi siapa saja yang datang atau berkunjung dengan membawa niat yang tidak baik. Jika ketentuan ini dilanggar, maka nasibnya tidak akan beruntung.
Selain itu, ada sebuah pantangan yang dipegang teguh oleh warganya: Jangan sekali-kali berani mencoba mengambil barang orang tanpa hak, atau mencuri di kampung ini. Akibatnya cukup fatal. Bisa-bisa si pelaku akan tersesat, tidak tahu jalan pulang dan akan mengalami hal-hal yang sangat menakutkan.
Pantangan lainnnya yang perlu diketahui bagi pendatang, adalah tidak boleh bersiul pada malam hari, juga dilarang meludah di sembarang tempat, dan mengorek-ngorek kerak nasi. Yang paling pantang adalah menjemur celana dalam perempuan yang sedang haid di luar rumah atau dibiarkan tercampak di kamar mandi.
Demikianlah sekilas tentang berbagai pantangan di desan tempat aku dan isteriku tinggal. Walau kelihatannya main-main, namun tak seorang pun berani melanggar pantangan-pantangan tersebut.
Entah berhubungan atau tidak dengan berbagai pantangan tersebut, kisah menyeramkan ini akhirnya kualami….
Masih kuingat, hari itu bertepatan dengan Selasa Kliwon. Isteriku, sebut saja namanya Boru Lubis, baru pulang dari rumah sakit di kota Sipirok. Wanita yang sangat kucintai ini sempat dirawat inap akibat keguguran pada kelahirannya yang ketiga. Karena masih mengalami pendarahan, dia kulihat sering keluar masuk kamar mandi yang terletak di pinggir sungai samping rumah kami. Kamar mandi ini berdinding bilik bambu tanpa atap di atasnya.
Beberapa hari setelah kepulangan isteriku dari rumah sakit, malamnya aku mendapat giliran ronda. Aku sedang asyik ngobrol dengan beberapa petugas jaga lainnya, ketika malam itu terlihat dari arah puncak bukit segumpal cahaya merah seukuran ikatan sapu lidi. Aku tertarik melihat penampakan ini karena cahaya aneh itu meluncur deras ke arah rumahku. Sepertinya, cahaya itu turun dan masuk ke dalam sumur.
Melihat keanehan ini, menyebabkan hatiku tidak tenang dan agak cemas. Jantungku terdegup kencang sebab rasa khawatir menyelinap dalam dada begitu menyadari bahwa saat itu aku meninggalkan isteriku yang belum pulih kesehatannya di rumah bersama dua orang anak-anak kami yang masih kecil.
Untuk menyelidiki fenomena aneh tersebut, aku bersama dua orang petugas ronda bergegas menuju cahaya tadi menghilang. Begitu tiba di sana, alangkah kagetnya kami menyaksikan ramainya ular-ular seukuran belut sawah. Yang membuat kami bnyaris terkencing-kencing, ternyata gerombolan ular ini bertaut pada sepotong kepala perempuan. Ular-ular yang panjangnya kurang lebih 70 cm kemudian berkeliaran di seputar sumur. Mereka saling berebut merubungi celana dalam isteriku yang siang tadi mungkin lupa dicci akibat keletihan.
Cukup lama aku dan dua rekanku melihat keanehan ini. Kami terkesima seperti laiknya orang terkena sihir. Hawa mistis memang menyungkup suasana malam itu. Kami masih terpana ketika ular-ular itu lenyap begitu saja meninggalkan celana dalam isteriku yang penuh dengan lubang bekas gigitan mereka.
Aku baru sadar dari ketersimaanku, ketika terdengar suara isteriku menjerit-jerit seperti orang menahan kesakitan. Bersamaan dengan itu, para tetangga menjadi terbangun dan mereka segera berhamburan menuju rumah kami.
Saat kulihat, isteriku pingsan. Namun yang membikin seram, pada bagian sekitar perutnya yang terbuka, tumbuh rambut-rambut aneh dan menjijikan dalam bentuk jalinan berwujud ular-ular kecil sebesar kepala lidi yang kepalanya bergerak kian kemari. Pemandangan ini amat mirip seperti yang kulihat di dekat sumur.
Tak ayal lagi, para tetangga yang hadir tampak ketakutan menyaksikannya. Seorang demi seorang, mereka kemudia mundur meninggalkan rumah kami. Yang bertahan, hanya dua lelaki tua, namun mereka nampak kebingungan juga menyaksikan fenomena aneh sekaligus menyeramkan ini.
Sementara itu, ular-ular rambut itu semakin banyak bermunculan, sementara isteriku terus merintih-rintih kesakitan. Ngeri aku memandangnya, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Sayup-sayup kudengan adzan Subuh. Anehnya, bersamaan dengan itu, ular-ular mini di perut isteriku, kemudian menghilang dengan meninggalkan guratan-guratan kemerahan seperti bilur. Perempuan yang sangat kucintai itu pun tertidur karena lelah menahan sakit.
Ketika matahari menampakkan wajahnya di ufuk timur, isteriku mulai tersadar. Namun, dia nampaknya seperti orang bodoh dan tidak bisa di ajak bicara. Seharian perempuan yang bernama Boru Lubis ini hanya duduk termenung saja. Ketika kucoba menegurnya, dia hanya diam. Paling-paling memandangku dengan sorot mata kosong. Entah apa yang terjadi dengannya?
Malam berikutnya, menjelang tengah malam, Boru Lubis kembali mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya. Kucoba menenangkannya ketika kulihat ular-ular rambut itu muncul lagi dari dalam perutnya. Dengan keberanian yang kupaksakan, nekad aku mencabut ular-ular seekor demi seekor. Isteriku menjerit menahan sakit, bersamaan dengan tercabutnya ular-ular itu dari perutnya.
Tetapi…usaha yang nekad ini percuma. Aneh sekali! Begitu tercabut, maka ular-ular itu muncul lagi, seolah berurat akan di dalam perut isteriku.
Tetangga yang datang hanya melongo, tanpa mampu berbuat apa-apa. Mereka hanya merasa prihatin.
Penyakit yang dialami isteriku benar-benar aneh dan mengerikan. Datang pada malam telah larut, tapi segera menghilang ketika pagi tiba. Namun, pada siang hari isteriku tidak bisa diajak ngomong sepatah pun, seperti orang bisu.
Melihat keanehan ini, terbersit dalam benakku, tidak mustahil ibu dari anak-anakku ini telah terkena guna-guna atau sihir. Untuk mastikan dugaan ini, aku segera melaporkan kasus ini ke ayah mertuaku di kota Sipirok. Ayah rupanya sependapat dengan diriku, bahwa anak perempuannya telah terserang ilmu gaib sejenis sihir. Beliau kemudian berusaha mendatangi orang pintar yang menguasai ilmu, bahkan hingga ke Tapanuli Utara. Namun, tidak seorangpun yang mampu menyembuhkan isteriku.
Sementara itu, hampir sebulan setiap malam Boru Lubis mengerang kesakitan pada saat ular-ular itu bermunculan. Tubuhnya mulai kurus, karena sejak kejadian pertama, dia sudah tidak berselera makan dan minum.
Upaya terakhir, kuputuskan memboyongnya ke rumah sakit di kota Sipirok. Dan hari itu aku sudah bersiap-siap berangkat mencari kendaraan, ketika pintu rumahku terdengar diketuk seseorang dari luar.
Aku bergegas membukanya. Di ambang pintu kulihat berdiri seorang lelaki tua berwajah hitam legam mengenakan jubah putih yang kontras sekali dengan rona wajah dan kulitnya.
Lelaki tua yang tidak kukenal ini, sesat mengumbar senyumnya sambil memperkenalkan dirinya. Dia mengaku seorang pengembara yang aslinya berasal dari daerah Benggali, India.
“Nama saya Mahipal Ranjit Singh!” ujarnya sembari mengulurkan tangan kea rahku, untuk mengajak bersalaman. Dia juga mengatakan, bahwa dirinya merasa terpanggil singgah, karena mengetahui di rumah kami ada orang yang sedang sakit.
“Tahu dari mana kalau isteri saya sedang sakit, Tuan?” tanyaku sedikit curiga.
Lelaki tua yang mengaku bernama Mahipal Ranjit Singh ini hanya mengulum senyum tanpa menjawab. Namun, sebagai tuan rumah yang baik, aku masih ingin bersikap santun. Aku menyilahkannya masuk dan duduk di kursi tamu.
Setelah duduk, degera saja dia bercerita tentang berbagai penyakit yang disebabkan oleh sihir. Dia juga memastikan bahwa penyakit isteriku datang dari sihir ular rambut yang ganas.
Aku hanya heran, karena tamu ini belum melihat kondisi isteriku yang masih terbaring lemah dalam kamar tidur, namun sepertinya sudah mengetahui bagaimana keadaannya.
“Boleh saya menjenguk si sakit?” tanyanya dengan nada santun. “Kalau memungkinkan, saya ingin membantu kesembuhannya.”
Melihat aku mengangguk-angguk, dia langsung berdiri dan kuantar masuk ke kamar tidur kami. Hanya sebentar saja dia memperhatikan isteriku, kemudian mengajakku keluar kembali dan duduk di kursi tamu.
“Dugaan saya benar. Isterimu terkena sihir ular rambut yang ganas. Dan kalau tidak ditolong dengan cepat akan menyebabkan kematian,” tuturnya pula.
Untuk meyakinkan diriku, tamua yang sering kupanggil “Tuan” ini kemudian berkisah tentang sejarah keberadaan sihir ular rambut. Konon, sihir itu merupakan peninggalan nenek moyang bangsa India. Agaknya, saudara-saudara dari negeri Hindustan yang datang ke Indonesia sempat mewariskan kepada warga setempat setelah dimodifikasi sedemikian rupa, sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Menurutnya, sihir ular rambut yang asli, dikenal sebagai pusaka keturunan keluarga. Seseorang yang akan mewarisi sihir ular rambut, wajib melakukan sebentuk ritual pemujaan di rumah nenek moyangnya yang berusia lanjut. Biasanya yang menjadi pewaris adalah keturunan yang berkelamin perempuan yang sudah bersuami.
Rumah nenek moyang biasanya terbuat dari dinding yang dilumuri lumpur dan tanpa jendela, kecuali sebuah pintu yang tidak boleh dibuka lama-lama ketika matahari bersinar terang. Saat itu, sebuah lampu minyak segera dinyalakan dekat pedupaan termasuk mengisi air minum dalam tempayan.
Manakala mereka yang akan mewarisi pusaka kuno ini memasuki rumah nenek moyang tersebut maka harus merangkak menggunakan kedua lutut dan siku-siku tangan. Tak bleh ngomong sepatah katapun. Semua dilakukan melalui isyarat. Begitu berada di dalamnya, mereka yang akan mewarisi sihir ular, harus melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu duduk bersila.
Setelah itu, maju ke depan sambil terus melakukan ritual pemujaan tanpa berbicara apapun, kecuali desah nafas belaka. Melalui pedupaan, kemudian menyeruak asap setanggi. Dan di depan mereka terletak lampu minyak yang menerangi ruangan secara samar-samar. Kemudian ritual pemujaan dilanjutkan dengan lebih khusyuk lagi sambil tegak berdiri dan tubuh mereka yang polos tanpa busana kemudian diarahkan menghadap lampu minyak tanpa bergerak-gerak.
Entah dari mana datangnya, seorang bertelanjang dada muncul dan mengangkat pedupaan. Sosok yang ini kemudian menghirup asap pedupaan dan menghembuskan asap setanggi itu keseluruh tubuh mereka yang mengikuti ritual.
Setelah itu, mereka diperintahkan duduk kembali di depan sosok telanjang dada. Para pelaku ritual kemudian bersedekap tangan di dada masing-masing. Mata mereka konsentrasi memandang ujung jari yang didekapkan di dada tadi.
Pemujaan dengan cara bersedekap tangan ini, dilakukan terus-menerus tanpa melakukan gerakan berupa apapun. Maka, tidak lama kemudian, nampak percikan api menimbulkan kilatan-kilatan sinar terlontar dari lampu minyak yang menyinari tubuh-tubuh mereka. Dan pada saat bersamaan, seluruh helai rambut di kepala mereka akan berdiri. Rambut yang berdiri tersebut kemudian bergerak dan memilin secara otomatis sehingga membentuk wujud ular mini.
Ritual ini harus dilakukan tujuh malam berturut-turut. Pada malam ketujuh, pelaku ritual harus menyediakan seekor hewan ternak, biasanya yang dipilih kambing untuk dijadikan korban sihir ular rambut. Kambing itu diikatkan didepan lampu minyak. Jarak antara kambing itu dengan pelaku yang melakukan pemujaan kira-kira 5 meter.
Tapi, khusus pada pemujaan malam terakhir itu, sosok telanjang dada meniupkan nafiri kedalam tubuh pelaku ritual melalui lobang tubuh mereka, seperti lobang telinga, pusar, aurat dan naus. Begitu energi nafiri beraktivitas dalam diri pelaku ritual, seluruh rambut mereka berdiri dan terayun-ayun pada saat berjalin-jalin berwujud ular-ular mini.
Fenomena itu yang terjadi pada malam ke tujuh, ketika ular-ular rambut yang berasal dari jalinan rambut dikepala pelaku ritual, tiba-tiba melesat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Menikam atau menusuk tubuh kambing yang sengaja dijadikan sebagai uji coba. Kambing yang dikorbankan, sebelumnya nampak gelisah ingin dilepaskan dari tali yang mengikatnya, menjadi terdiam tak bergerak.
Dan dalam hitungan detik, kemudian mati oleh bisa ular rambut dalam kondisi kaku.
“Demikian dahsyatnya pusaka karuhun sihir ular rambut yang asli tersebut,” kata Mahipal Ranjit Singh menutup kisahnya.
Aku yang sedari tadi menyimak cerita tamuku ini hanya diam, tidak mampu berkomentar sepatah katapun selain manggut-manggut saja.
“Seperti saya ungkapkan tadi, bahwa sihir ular rambut yang mendatangkan penyakit pada isterimu, bukan yang asli dari Hindustan, melainkan sudah dimodifikasi,” tambah Mahipal Ranjit Singh. “Jadi, masih ada harapan untuk disembuhkan. Meskipun sudah tiba pada puncak krisis,” tandasnya pula.
Tanpa banyak tanya, aku segera menyiapkan apa yang dimintanya. Baskom yang berisi air bersih diletakkan lelaki tua itu didekat isteriku. Kudengar mulutnya melafadzkan beberapa ayat Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan mantera-mantera kuno yang sulit kumengerti.
Usai itu, Mahipal Ranjit Singh mengambil sesuatu dari balik jubah putihnya. Rupanya sebentuk piring porselin kecil antik yang kemudian dicelupkannya ke dalam air di baskom.
“Sebaiknya kamu buka baju isterimu,” pintanya kemudian dengan nada sopan dan berwibawa. Meski agak ragu-ragu, aku mematuhi arahannya demi kesembuhan isteri tercinta.
Begitu pakaian Boru Lubis tersingkap, Mahipal Ranjit Singh segera menelungkupkan piring antik tadi di dada isteriku. Apa yang terjadi?
Piring porselin ini langsung lengket ke dada isteriku. Bagaikan terhisap oleh energi magnet yang teramat kuat. Sejurus kemudian terdengar bunyi dentingan piring bersamaan mengendurnya tarikan magnet gaib tadi.
“Kekuatan sihir ular rambut ini, cukup lumayan juga. Meskipun sudah dimodifikasi oleh mereka yang mewariskannya,” desah Mahipal Ranjit Singh sambil membalikkan piring itu.
Aneh, dibalik piring itu nampak lengekt ular-ular rambut. Puluhan ekor jumlahnya, berwarna hitam legam dan wujudnya mirip cacing-cacing tanah. Sementara besarnya tak lebih dari kepala lidi dengan panjang sekitar 30 sentimeter.
Tak lama kemudian isteriku terbangun dari tidurnya. Aneh, dia sudah mampu berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara masih terbata-bata.
“Apa yang telah terjadi denganku, Bang?” tanyanya, kebingungan. Aku tersenyum haru.
“Sudah hampir sebulan kamu mengalami penyakit aneh,” jelasku sambil menahan air mata.
Boru Lubis tertegun cukup lama sambil memperhatikan tubuhnya yang kurus kering. Mungkin ingin memastikan apa yang kukatakan barusan. Kami saling berpelukan dan bertangisan, sehingga aku sendiri lupa pada Mahipal Ranjit Singh, tamu sekaligus dewa penolong kesembuhan isteriku itu.
Kemana perginya lelaki itu? Dia seperti menghilang tanpa jejak. Setelah kususul keluar rumah, aku kecewa dan menyesal karena belum sempat mengucapkan terima kasih padanya.
Namun, di ruang tamu kutemukan selembar kertas yang bertuliskan: “Maaf, saya berlalu tanpa pamit. Jadi saya tidak perlu diberi apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Bersyukurlah dan berterima kasihlah kalian pada Allah SWT. Karena telah menggerakkan saya untuk singgah di rumah kalian yang memang butuh pertolongan. Yang perlu kalian ketahui, bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh sihir ular rambut tersebut, dilakukan oleh orang iseng yang ingin mengadakan uji coba keampuhan ilmu yang dimilikinya. Jadi bukan karena ada unsur dendam. Selamat tinggal, dari saya sang pengembara.”
Cukup lama aku tertegun setelah membaca kalimat itu. Siapa sebenarnya lelaki tua yang mengaku sebagai pengembara itu? Apakah lelaki tua yang mengaku bernama Mahipal Ranjit Singh itu merupakan sosok malaikat atau jin muslim yang menyamar? Pertanyaan tersebut hingga kini belum pernah kuperoleh jawabannya.

DIKUNTIT DEDEMIT GUNUNG SALAK

Gara-gara ada salah seorang peserta wanita yang membuang pembalut sembarangan, rombongan pecinta alam itu mengalami rentetan kejadian aneh. Bahkan, si peserta yang membuang pembalutnya itu terud dikuntit oleh dedemit gunung Salak. Apa yang terjadi selanjutnya…?

Sebagai seorang pendaki, banyak kejadian mistik yang kualami ketika aku mendaki gunung. Tapi, kisah yang kutulis ini adalah yang paling menyeramkan dalam riwayat pendakianku ke sejumlah gunung. Peristiwa ini menyebabkan trauma selama 1 tahun lebih. Berikut kisahnya…:

Seperti biasa, setiap tahun organisasi kami, Mahasiswa Pecinta Alam, pada sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, selalu mengadakan diklat atau pelatihan untuk calon anggota baru. Kali ini, kegiatan tersebut diadakan di gunung Salak, Sukabumi.
Dari awal pemberangkatan menuju lokasi pertama, keadaan baik-baik saja. Semua berjalan sesuai schedule yang telah ditetapkan panitia. Kebetulan, aku menjadi mentor pembimbing untuk 1 grup, yang terdiri dari Keni, Irfan dan Agung. Tugasku adalah mengawasi dan membimbing mereka selama dalam pendakian. Sedangkan 2 grup lagi, dipimpin oleh Bayu dan Hendi. Jumlah peserta termasuk senior dan panitia tak kurang dari 20 orang.
Perjalanan menuju lokasi pendakian pertama ditempuh sekitar 2 Km. Itupun baru tahap pemanasan. Para catas (istilah untuk calon anggota) harus berjalan sejauh 2 Km. dengan membawa beban carrier rata-rata 9 – 12 Kg/orang. Selama dalam perjalanan, tampak sekali aku lihat para catas ini sangat kelelahan. Apalagi Keni yang kebetulan catas wanita satu-satunya.
Ketika perjalanan mulai memasuki perhutanan, terjadi sedikit kekacauan pada Keni. Tiba-tiba dia ketakutan sambil memegang tangan rekan sesama cates.
“Ada apa Ken?” tanyaku, agak jengkel juga.
“Lihat, Kak Ida! Di sana ada orang tinggi besar menghadang jalan kita,” jawab Keni. Tangannya gemetar menunjuk ke depan.
Tapi aku dan yang lainnya tidak melihat orang yang dimaksudnya.
“Mana Ken, kamu jangan bercanda ya. Ayo, kita jalan lagi!” perintahku.
“Tidak…tidak! Aku takut, Kak!” bantah Keni, setengah merengek.
“Kalau kamu tidak melanjutkan pendidikan ini, kamu batal jadi catas. Lagian kamu jangan nyusahin gitu, dong!” kataku mengingatkan.
Keni hampir menangir. Untunglah, karena bujkan dari beberapa teman catas dan semangat dari para senior, akhirnya dia mau melanjutkan perjalanan.
Untuk menuju titik pendakian pertama, jalan yang kami lalui sudah sedikit sulit, apalagi para senior cowok harus membuka jalur terlebih dahulu. Ditambah lagi rute yang becek dan licin karena seringnya turun hujan.
Ketika hari menjelang sore, kami harus mencari lokasi peristirahatan. Setelah mendapat lokasi yang cukup baik, kami mulai memasang tenda. Ada sebagian yang membuat makan malam, dan tak lupa membuat perapian untuk penerangan dan menghangatkan badan.
Setelah rapi semuanya, para senior mengumpulkan catas untuk evaluasi dan pelaksanaan jadwal besok hari. Waktu itu, jelas sekali kulihat wajah Keni yang pucat dengan pandangan kosong.
“Kamu kenapa, Ken?” tanyaku, tapi Keni diam saja.
Untuk kedua kalinya aku bertanya, “He, ngapain kami bengong saja. Masuk nggak tuh pelajaran?” bentak Jawir sebagai panitia pelaksana lapangan.
Keni tersentak kaget. “I…iya, Kak!” geragapnya.
Setelah evaluasi selesai, para catas dipersilahkan kembali ke tendanya masing-masing. Begitu juga dengan para senior.
Namun, belum sampai setengah jam kami beristirahat, tiba-tiba terdengar suara Keni berteriak keras. “Tolooong…!!”
Sontak kami berhamburan keluar menghampiri tendanya. Apa yang terjadi?
Kami melihat wajah Keni berubah menyeramkan. Matanya melotot ke atas. Ketika salah seorang dari kami menanyakan keadaannya, tiba-tiba Keni malah tertawa keras. Namun, itu bukan suara tawanya yang asli. Tawa itu seperti suara seorang lelaki.
Lebih aneh lagi, Keni juga bisa tertawa dengan suara wanita cekikikkan mirip Mak Lampir dalam sintron. Akhirnya, kami sadar kalau Keni kerasukan.
“Siapa kamu ini sebenarnya?” tanya Jawir yang memang paling senior dari kami.
Keni tertawa dan menyeringai. “Aing nu boga tempat ieu (aku yang punya tempat ini),” jawabnya dengan suara bariton yang berat milik laki-laki.
“Kami mohon maaf apabila berbuat kesalahan. Tapi tolong bebaskan teman kami ini. Dia tidak tahu apa-apa,” bujuk Jawir.
Keni hanya diam. Anehnya, beberapa saat kemudian Keni berubah tenang. Namun, ketika aku memintanya itirahat di dalam tenda, tiba-tiba Keni kembali lagi berteriak dan meronta-ronta. Sontak Jawir mendekap tubuh Keni. Bahkan karena takut terjadi sesuatu, kami bersepakat mengikat kaki dan tangan Keni. Ya, kami takut Keni akan lari dan masuk jurang.
Sampai pagi harinya, kami tidak tidur hanya menunggui Keni yang sebentar-bentar kerasukan dan mengamuk. Namun, karena schedule harus dilaksanakan, maka kami harus berkemas untuk menuju lokasi berikutnya.
Kali ini, rute yang kami tempuh sangat sulit. Hujan yang turun mengakibatkan jalan setapak becek dan licin, sehingga kami harus ekstra hati-hati.
Karena sulitnya medan, perjalanan kami jadi sangat lambat dan melelahkan. Akhirnya kami memilih berhenti ketika melihat Keni tiba-tiba terjatuh. Beberapa peserta lelaki membopong tubuh Keni yang terjatuh.
Anehnya, Keni meronta-ronta sambil mendengus seperti seekor harimau.
“Aku suka dengan anak ini!” kata makhluk itu dengan suara sangat menakutkan.
Kami kembali sibuk mengurusi Keni. Rupanya demit ini menyukai Keni dan selalu mengikutinya.
Dengan sisa-sisa keberanian para senior bergantian mengintrogasi si demit yang tentu saja dengan bahasa Sunda. Akhirnya, diketahui mengapa demit itu selalu mengikuti Keni. Rupanya, Keni telah membuang bekas pembalut sembarangan.
Demit tersebut sangat bandel, tidak bisa disuruh keluar. Hal ini memaksa Sapri, senior yang mengerti spiritual mengusir dengan doa-doa. Tetapi tetap saja demit itu bersamayam di tubuh Keni.
Aku yang tak tega melihat Keni, langsung membacakan doa-doa ditelinganya. Ketika baru selesai, tiba-tiba mata Keni melotot ke arahku sambil tertawa dengan suara lelaki yang mengeramkan.
“Kamu gadis cantik sekali…!” kata demit yang bersemayam dalam tubuh Keni. Sontak aku menjauhi Keni, karena dia sepertinya ingin menyentuhku. Dengan sigap pula Ema, teman seniorku, langsung menutup mata Keni karena pandangannya tak lepas dariku.
Karena keadaan Keni yang tambah buruk, pendakian akhirnya kamu tunda. Kami pun kembali membuka tenda. Jadwal yang telah disusun tidak terlaksana dengan baik.
Pagi harinya, tepatnya hari ketiga, kami kembali lagi berkemas untuk menuju lokasi berikutnya.
Sebelum berangkat Hendi, teman kami, melihat ada seekor anjing berbulu putih di balik semak-semak.
“Aneh, kok ada anjing hutan menghampiri tenda kita?” tanya Hendi.
“Mungkin saja dia mencium makanan yang kita bawa,” jawab Sapri.
Tanpa menaruh curiga, kami pun segera melanjutkan pendakian. Kali ini pendakian benar-benar sulit. Selain cuaca yang tidak mendukung karena hujan turun dengan lebatnya, juga kondisi peserta yang mulai kurang vit.
Hal yang tidak masuk akal, di tengah perjalan dan derasnya hujan yang memaksa kami harus ekstra hati-hati itu, aku dikagetkan dengan kemunculan Keni yang tiba-tiba berjalan dengan cepat dan sudah berada di depanku.
“Yang lainya mana, Ken?” tanyaku, tanpa menaruh curiga.
“Mereka masih jauh, Kak. Ayo, kita jalan duluan dan tetap semangat, Kak!”
Kata-kata Keni ini membuatku heran dan penasaran. Namun, aku hanya terdiam sambil terus berdoa memohon perlindungan Yang Maha Kuasa.
Akhirnya, aku dan Keni menyusul rombongan terdepan. Tapi aku heran karena semak yang kami pangkas untuk dilewati, bisa tertutup kembali dengan sendirinya.
“Kita tunggu yang lainnya,” kata Jawir yang sudah berhasil aku susul bersama Keni.
Tak berapa lama, rombongan paling belakang telah sampai.
“Bagaimana ini, jalur yang sudah dipangkas, kok bisa tertutup kembali?” tanya Jawir ke Eko sebagai ketua rombongan.
“Sudahlah, kita pangkas lagi di tempat yang tadi juga!” ujar Eko yang mencoba tetap tenang.
Seringnya terjadi keanehan, membuat kami harus berjalan beriringan jangan sampai terpisah jauh. Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, sambil terus berdoa, tak sedetikpun pengawasanku lepas dari Keni yang kulihat ada kejanggalan pada dirinya.
Karena kondisi yang tak memungkinkan dan haripun menjelang sore, kembali kami membuka tenda di lokasi yang tidak sesuai rencana kami sebelumnya.
Hari keempat ini kami mengalami pendakian yang letihnya tiada tara. Ketika hari menjelang Maghrib, tiba-tiba kembali tubuh Keni dirasuki demit yang selalu mengikutinya. Keni meronta-ronta dan menendangi siapa saja yang dekat dengannya. Untunglah, Jawir dan Sapri dengan sigap menelikung tubuh Keni yang kecil itu. Karena tenaga Keni berubah sangat kuat, maka para senior dan para catas pun ikut memeganginya. Mereka membopong Keni ke tenda panitia yang lebi besar.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Sangat sulit dibayangkan. Tubuh Keni terus meronta dan menendangi sambil terus mengoceh dalam bahasa Sunda. Tujuh tenaga lelaki tak sanggup menahannya. Setelah tak ada yang sanggup memegangginya, sbentar-bentar tubuh Keni terangkat ke atas dan melayang-layang, seperti tertarik oleh kekuatan tak kasat mata. Beberapa teman senior berusaha menahannya. Keni berteriak keras dan tentu saja membuat kami yang wanita menangis histeris.
“Tolong….jangan bawa aku!” teriak Keni.
Kenyataan yang tak masuk akal terus saja terjadi. Keni seperti mengalami penyiksaan. Sebentar tubuhnya melayang, namun sebentar kemudian jatuh terempas ke tanah. Melihat kejadian ini, tak henti-hentinya kami mengumandangkan takbir. Sedang aku sendiri tak tahu lagi harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
Sampai lewat tengah malam, demit itu seolah terus menyiksanya, bahkan lebih sadis lagi. Kali ini, kemarahan sang iblis tak terbendung lagi. Wanita mana saja lengah, pasti akan diserang. Aneh sekali! Walaupun dalam penyiksaan yang tiada tara, tapi terkadang Keni tersadar bila demit itu keluar dari tubuhnya.
“Ema..awas dia mau masuk ke tubuh kamu!” teriak Keni memperingatkan Ema.
Kesal dengan peringatan itu, membuat demit itu marah luar biasa. Kembali dia menyiksa Keni dengan ulahnya yang semakin menjadi-jadi.
Mony yang sedari tadi sibuk dengan komat-kamitnya dengan spontan langsung mengumandangkan adzan pada jam setengah tiga pagi. Tiba-tiba keadaan menjadi hening, karena suara adzan. Kami yakin demit itu takut dengan adzan. Dia mungkin telah pergi meninggalkan tubuh Keni. Alhamdulillah, kami bersyukur karena Allah masih melindungi kami.
Tapi, dugaan kami salah. Sepertinya demit itu sadar, kalau dia hanya dikerjai oleh adzan Mony. Dia kembali dengan ganas dan menyiksa Keni, bahkan kali ini tak luput Mony kena sedikit bogemnya.
“He, kamu tidak takut dengan Allah?!” bentak Jawir.
“Tidak!” jawab demit itu meminjam mulut Keni.
“Masuk neraka kamu! Kafir kamu!” susul Sapri.
Iblis malah tertawa dengan sangat menyeramkan.
Pagi harinya, kami selaku panitia memutuskan untuk kembali turun mencari perumahan penduduk, dengan maksud untuk menyelamatkan Keni, karena walaupun hari telah pagi, demit itu tetap mengikuti dan menyiksa Keni.
Perjalanan turun diwarnai dengan pertarungan yang hebat, bahkan aku yang berlari paling belakang sempat carrier ditarik demit sialan itu, hampir-hampir aku terjerembat jatuh.
Bahkan, lewat mulit Keni demit itu mengancam bila telah lewat siang hari dia akan mengundang teman-temannya yang lebih banyak lagi.
Ketika kami hampir sampai di pemukiman penduduk, tiba-tiba demit sial berpindah merasuki tubuh Rani.
“Jangan….!” teriak Rani sambil menangis histeris. Rupanya, dengan jelas Rani melihat makhluk tinggi besar hitam dan berambut panjang itu. Karena tersadar, demit itu tidak berhasil merasuki tubuh Rani.
Singkat cerita, akhirnya Keni ditangani salah seorang supranturalis di kaki gunung Salak. Setelah ditangani, keadaan Keni mulai tenang dan tidak kacau lagi. Setelah itu kami memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta. Syukur Alhamdulillah, demit itu sudah tidak mengganggu lagi.
Dalam perjalanan pulang, aku yang tertidur di bus bermimpi Keni diikuti demit itu sambil menyeringai ke arahku. Sontak aku terbangun. Rupanya, Keni kembali mengamuk di bus.
Sampai di kampus, Keni langsung dibawa ke orang pintar. Orang pintar tersebut mengatakan, bahwa makhluk itu dulunya seorang jawara sakti dan melarikan diri ke gunung Salak sebagai tempatnya yang baru. Keni disukai makhluk jahanam ini, karena akan dijadikan pendamping di alam kegelapan. Karena itulah, ke mana pun dia pergi, makhluk itu akan mengikutinya.
Saat berusaha mengobati Keni, orang pintar tersebut menyuruh makhluk itu untuk kembali ke asalnya, tapi dia tidak mau kalau tidak di antar. Sudah barang tentu, tak satupun teman-teman yang mau mengantar, karena kami takut itu hanya jebakan saja.
Dengan kejadian tersebut, salama satu tahun lebih, aku merasa diikuti oleh makhluk itu. Sampai-sampai ke kamar mandi pun harus ditemani oleh kakak atau ibuku.
Sampai kini aku tidak tahu bagaimana nasib Keni selanjutnya. Namun, sempat kudengar kabar bahwa dia menjadi seorang muslimah yang taat. Mungkin, hanya dengan pilihan ini dia bisa melakukan penyembuhan untuk dirinya.

KESAKSIAN SANG PEMILIK “UANG BALIK”

oleh : Hadi sumiyanto

Seorang wanita cantik memberinya selembar uang Rp. 50.000. Ternyata, ini adalah uang siluman, atau yang kemudian dikenal dengan nama Uang Balik. Uang inilah yang pada akhirnya membuatnya kaya raya. Lantas, apa yang kemudian terjadi….

Sebut saja lelaki yang sejatinya berwajah tampan itu dengan nama Danu. Penulis mengenalnya berkat jasa seorang teman, yang kebetulan juga temannya Danu. Seperti penuturan sohib Penulis itu, Danu memiliki kisah perjalanan hidup yang sangat mencekam. Seperti apa? Danu membeberkan kesaksiannya. Berikut ini kami jalinkan kisahnya untuk Anda…:

Malam itu, entah malam yang ke berapa kalinya aku dan isteriku harus tidur dengan menahan lapar. Maklumlah, pekerjaanku yang hanya sebagai pengepul barang rongsokan kelas teri, yang setiap hari keliling dari kampung ke kampung dengan sepeda butut, memang tidak menentu pendapatannya. Hampir setiap hari, kami hanya bisa makan dua piring nasi dengan sayur bening dan secobek sambal terasi. Kalau kebetulan dapat rezeki agak lumayan, barulah kami bisa makan dengan ikan goreng atau telur asin.
Kebetulan, siang hari tadi hujan turun lebat sekali, sehingga aku tidak bisa leluasa melakukan aktivitasku keliling kampung membeli koran atau botol-botol bekas. Alhasil, tak ada kelebihan uang yang bisa kubawa pulang, kecuali rasa letih dan kepala yang pusing akibat kehujanan hampir seharian.
Selepas sholat Isya, aku dan isteriku hanya makan sisa sayur asam yang tinggal airnya saja. Nasi pun hanya tinggal sepiring, dan kami makan bersama. Walau begitu, aku masih tetap merasa beruntung. Meski kehidupan ekonomiku carut-marut, isteriku tetap setia mendampingku. Dia juga termasuk seorang yang tekun dalam beribadah.
Ternyata aku tidak salah memilih Kartika sebagai pendamping hidupku. Dia tak hanya cantik dan salehah, namun dia juga isteri yang sangat sabar dalam menghadapi segala cobaan. Namun, cintanya yang tulus ini membuatku merasa bersalah, sebab aku tdak bisa membahagiakan Kartika. Jangankan memberinya harta yang berlimpah, untuk memberi kehidupan yang layak saja aku tidak bisa melakukannya.
Sungguh, bila ingat semua itu, tak terasa air mataku menetes. Aku merasa telah menjadi lelaki tak berguna. Nasib buruk sepertinya telah menjadi bagian dalam hidupku. Bukannya aku pemalas atau tidak mau bekerja keras. Aku sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencari rezeki. Tapi tetap saja hasilnya pas-pasan.
“Tika, sampai kapan hidup kita akan begini terus?” cetusku sambil memandangi wajahnya yang ayu.
“Sabar ya, Mas. Mungkin ini cobaan dari Allah!” jawabnya singkat.
“Coba kalau dulu aku sekolah sampai sarjana, pasti hidup kita tidak akan susah begini,” kataku, menggerutu.
“Sudahlah, jangan menyalahkan keadaan, tidak baik terus-menerus mengeluh!” timpalnya dengan bijak.
Kartika, atau biasa aku memanggilnya Tika, memang selalu menjadi sumber pencerahan batin bagiku. Dia adalah apu semangat hidupku dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Setiap kali aku merasa putus asa, setiap kali aku terjatuh, maka dia selalu ada dan menjadi malaikat yang seolah tak pernah bosan mengulurkan tangannya untukku. Rasanya berdosa sekali bila aku menyatikinya.
Suatu malam, aku duduk menyendiri di bibir sumur tua yang sudah tak terpakai lagi. Jaraknya sekitar 50 meter dari belakang rumahku. Waktu itu, hatiku memang sedang galau memikirkan kenyataan hidup yang kualami. Sambil membiarkan lamunanku berkelana entah kemana, mataku seakan tak berkedip memandang langit yang penuh dengan taburan bintang. Apalagi, malam itu bulan sedang purnama. Sinarnya yang terang menjadi mahkota di malam nan sunyi itu.
Entah pukul berapa, aku tak tahu, sebab aku memang tak pernah memiliki jam tangan yang bagiku adalah sebuah barang mewah. Yang pasti, malam itu suasana sudah sangat sepi. Tak ada suara pun orang lewat. Bahkan suara jangkrik pun seolah tidak terdengar. Ya, malam yang hening. Rasa dingin mulai menyelimuti tubuhku.
Ketika menyadari kesendirianku yang sedemikian sempurna, tiba-tiba aku merasa takut sekali. Entah kenapa? Bulu kudukku mendadak merinding. Aku bergegas bangkit dari tempat itu. Namun, tiba-tiba aku tersentak kaget.
“Jangan pergi dari sini, kalau kamu ingin hidup kaya!”
Demikian kata satu suara yang tidak berwujud, yang membuatku kaget setengah mati.
Aku celingukkan, mencoba mencari sumber siapa pemilik suara itu. Tapi, jangankan orangnya, bayangannya pun aku tidak melihatnya.
“Siapa kau ini?” tanyaku, dengan bulu kuduk semakin berdiri meremang.
“Kembalilah duduk di bibir sumur ini, Sayang!” suara iu kembali terdengar. Astaga! Aku baru menyadari kalau suadara itu terdengar lembut sekali. Ya, suara seorang wanita. Tapi, siapa dia? Mengapa ada wanita tengah malam begini?
“Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu. Duduklah kembali di bibir sumur ini, Sayang!” katanya lagi.
Entah mengapa, sekali ini aku menuruti perintahnya.
“Lihatlah ke dalam sumur dan tolong keluarkan aku dari dalam sumur ini,” pinta suara itu dengan nada lembut penuh permohonan.
Seperti terhipnotis, aku langsung melolong ke dalam sumur. Aneh bin ajaib! Di dalam sumur yang sudah tidak terpakai selama bertahun-tahun ternyata memang ada seorang perempuan. Dengan sigap aku kemudian berusaha mengeluarkan wanita cantik itu. Anehnya, saat itu, entah mengapa rasa takut yang tadi menyergap batinku telah hilang entah kemana. Bahkan, demi melihat kecantikan wanita itu, rasa takutku malah berubah menjadi rasa cinta dan sayang. Padahal, jelas aku tidak pernah mengenal, atau melihat wanita itu sebelumnya.
Kejadian selanjutnya sungguh terjadi di luar akal sehat. Nafsu birahiku tiba-tiba bergejolak saat melihat paha wanita itu tersingkap karena tertitup angin malam. Dan entah siapa yang memulai, tiba-tiba aku sudah bergumulnya. Ya, kami bercinta seperti laiknya sepasang kekasih yang dimabuk asmara setelah sekian lama tidak saling bersua.
Apa yang terjadi detik selanjutnya?
Aku terkulai lemas setelah menyemprotkan magma kenikmatan pada sesosok wanita cnatik tersebut. Entah berapa lama kami bercumbu. Yang pasti, sebelum pergi, wanita cantk itu memberikan selembar uang lima puluh ribuan rupiah padaku sambil berkata, “Uang ini sebagai awal dari kekayaanmu, Sayang!” Setelah itu dia pergi, dan bayangannya pun lenyap di telan gelap malam di ambang subuh.
Aku tertegun dan bingung. Aku sulit mempercayai apa yang barusan terjadi. Kuraba saku bajuku, ternyata selembar uang lima puluh ribuan rupiah itu benar-benar ada….
Pagi hari setelah kejadian ini, kepada Kartika aku pamit mencari rongsokan seperti biasanya. Tapi sebenarnya aku tidak mencari rongsokan. Aku masih bingung dan cemas bila teringat kejadian semalam.
“Apa sebenarnya maksud uang ini?” batinku sambil memegang uang Rp. 50.000 pemberi wanita misterius itu.
Meski pada awalnya sekedar mencoba-coba, akhirnya kubelanjarkan uang itu ke sebuah warung. Aku membeli beras, minyak goreng, telur dan beberapa makanan ringan untuk camilan isteriku. Setelah dihitung, jumlah belanjaanku Rp. 42.000. Jadi, aku masih menerima kembalian Rp. 8000
Sesampainya di rumah, bukan main senangnya isteriku. Dia menyambutku dengan rasa syukur.
“Alhamdulillah, akhirnya Mas Danu dapat rezeki kan?” ycap Kartika, memanjatkan rasa syukurnya.
Aku tersenyum, pura-pura ikut mengucapkan syukur. Dalam hati aku tetap berniat akan berusaha untuk menjaga rahasia ini.
Setelah menyerahkan belanjaan itu kepada Kartika, aku bergegas mandi. Saat kulepas bajuku, tiba-tiba uang Rp. 50.000 ribuan jatuh dari saku saku bajuku. Aku terpana dibuatnya. Aneh, bukankah uang itu sudah habis kubelanjakan? Lantas, kenapa bisa balik lagi ke saku bajuku?
Lambat laun akhirnya aku mulai menyadari bahwa uang Rp. 50.000 pemberian makhluk misterius itu memang bukanlah sembarang uang. Mungkin, ini adalah uang siluman? Atau mungkin pula ini yang dinakaman Uang Balik?
Pada awalnya, batinku gelisah karena kenyataan ini. Namun celakanya, lambat laun aku malah menikmati keanehan ini. Mungkin, karena semakin hari uangku semakin banyak. Bayangkan saja, setiap kali aku belanja uangku pasti kembali utuh. Bukan hanya barang yang kubeli yang kuterima, tapi sekaligus juga uang kembaliannya.
Untuk menghindari kecurigaan isteriku, aku berdalih bisnis barang antik dengan orang kaya. Karena ketulusan cintanya, isteriku percaya saja dengan kebohonganku.
Berkat Uang Balik itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, aku mampu membeli rumah, sawah, dan beberapa areal tanah yang cukup luas. Pekarangan yang luas tersebut aku kapling-kapling menjadi rumah, kemudian aku jual perunit. Maka jangan heran bila akhirnya aku mampu membeli mobil, juga rumah mewah beserta isinya.
Tahukah, ada satu hal yang harus kulakukan untuk mempertahankan kekayaan yang kumiliki. Setiap malam Jum’at Legi, aku harus melayani isteri gaibku yang bersemayam di sumur tua belakang rumah kami. Isteri gelapku ini bernama Puteri Sanca. Dia berasal dari bangsa lelembut. Dari Puteri Sanca tersebut kekayaanku bersumber.
Sampai sejauh ini Kartika, isteriku, tidak pernah tahu sepak terjangku. Dalam hati, sebenarnya aku merasa berdosa. Tapi biarlah semua ini menjadi rahasia hidupku.
Terlepas dari semua itu, setiap toko atau warung yang baru aku beli, entah itu beli semen, emas atau apa saja, uang dariku pasti hilang tak berbekas. Dan uang itu sebenarnya tidak hilang, tapi uang itu kembali padaku. Memang, banyak orang yang curiga padaku, tapi mereka tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu. Apalagi aku selalu berbuat amal baik dengan membagi-bagikan sembako. Terutama setiap menjelang lebaran dan menjelang Ramadhan.
Aku juga selalu menyantuni anak-anak yatim piatu. Jadi, sepertinya aku bersih di mata masyarakat sekitar. Seiring dengan itu, kekayaanku semakin melimpah ruah. Dan yang membuatku bahagia Kartika, isteriku, bisa tersenyum senang dan hidup mewah.
Di luar sepengetahuanku, rupanya secara diam-diam ada orang yang merasa tertipu oleh ulahku mencari orang pintarl Akhirnya, orang itu menemukan penangkalnya. Dan orang ini memberikan rahasia penangkal ini kepada pemilik warung atau toko yang lainnya.
Apa yang kemudian terjadi?
Entah bagaimana, setiap aku membeli sesuatu, uangku tidak kembali lagi seperti biasanya. Bahkan uangku yang kusimpan dibrangkas, tiba-tiba lenyap tanpa sebab. Karena itulah, dalam waktu singkat, hartaku mulai menipis. Aku benar-benar shock dengan kenyataan ini.
Sementara itu, tanpa kuduga isteriku juga mulai curiga dengan sepak terjangku. Dia berusaha menyadarkanku, tapi aku menangkisnya dengan kera.
“Aku tidak sudi Mas mencari harta dengan bersekutu dengan setan. Itu namanya murtad, Mas!” kata isteriku, suatu malam. Baru kali ini kulihat dia berkata keras seperti itu kepadaku.
Bukannya insyaf, aku malah menendang dan menamparnya. Aku benar-benar berubah beringas, terlebih setelah tahu kalau isteriku ternyata mencari orang pintar dan menyuruh orang untuk menguburkan uangku di kuburan.
Setelah mengetahui perbuatan Kartika ini, dengan kejam kuinjak-injak tubuhnya. Untung para tetangga segera menolongnya. Kalau tidak, mungkin aku telah membunuh isteriku sendiri.
Dengan kalap aku berlari menuju sumur tua tempat puteri Sanca. Aku berteriak-teriak memanggil namanya. “Keluar puteri Sanca! Tolong aku. Beri aku uang. Aku tidak ingin jatuh miskin, aku tidak ingin jadi kere!” Pintaku menghiba.
Tiba-tiba dari dalam sumur tua tersebut keluar seorang nenek renta berbaju compang-camping dan berbau anyir. Orang-orang yang melihatnya pada muntah dan menutup hidungnya.
“Pergi kamu nenek busuk! Aku mau puteri Sanca, bukan kamu!” bentakku setelah meludah karena rasa jijik.
Nenek itu tertawa menyeramkan. “Puteri Sanca itu ya aku. Ayo sini. Kamu telah melanggar kesepakatan, sudah dua malam Jum’at, kamu tidak memenuhi hasrat birahiku!” ucapnya sambil berusaha menyeretku ke dalam sumur tua.
Melihat itu, isteriku berusaha meraih tanganku. Aku sendiri terus meronta melakukan perlawanan.
“Kartika toloong aku…tolong aku!” pintaku setengah putus asa. Percuma saja, puteri Sanca yang ternyata siluman tua renta berhasil menyeretku masuk ke dalam sumur.
Kudengar saat-saat terakhir isteri berteriak pilu memanggil namaku. Dan suara isteriku itu rasanya begitu nyeri terdengar di telingaku. Selanjutnya aku tidak mendengar apa-apa lagi. Pandanganku jadi gelap dan pekat….
Saat siuman, kudapati diriku berada di ruang perawatan sebuah rumah sakit. Sekujur tubuhku terasa nyeri. Namun, rasa nyeri itu seakan lenyap saat kulihat Kartika menatapku dengan senyum, walau kulihat matanya bengkak dan merah.
“Apa yang terjadi denganku, Tika?” tanyaku.
Kartika tak menjawab. Dia berusaha menenangkanku,. Di saat yang sama, baru kusadari kalau di dalam ruangan itu ada juga ayah dan ibuku, kedua mertuaku, juga seorang lelaki tua bersorban putih, yang belakangan kuketahui namanya sebagai Kyai Abdullah (samaran).
Nah, Kyai Abdullah inilah yang kini membimbing pertobatanku. Belakangan aku tahu kalau pada hari itu, aku benar-benar jatuh ke dalam sumur tua tersebut. Untunglah para tetangga menyelamatkanku, walau beberapa persendianku dinyatakan patah oleh dokter.
Kini, aku telah sembuh dan sehat wal’afiat. Satu hal yang paling kusyukuri, Allah SWT masih memberiku panjang umur, sehingga aku bisa melakukan tobatan nasuha. Walau kekayaanku telah habis, namun aku bersyukur sebab masih memiliki Iman Islam. Dan, aku juga masih bisa merasa bangga sebab memiliki isteri salehah seperti Kartika.
Dengan sedikit sisa uang yang ada, Kartika kini membuka sebuah warung kecil-kecilan, sedangkan aku tinggal di pesentran milik Kyai Abdullah. Entah untuk berapa lama lagi…

Misteri Pulau Marundang

oleh :Nanang firdaus

Bagi kapal-kapal yang akan sandar di Pelabuhan Pontianak, kemungkinan besar akan melewati pulau ini. Ya, pulau Merundang! Konon, pulau ini dihuni oleh hantu. Benarkah? Berikut kesaksian salah seorang ABK kapal kargo yang pernah mengalami kejadian sangat aneh sekaitan dengan pulau Marundang…


Selepas Maghrib, kapal kargo Ratu Rosali meninggalkan pelabuhan Pontianak. Sesuai rencana, kapal ini akan berlayar menuju negeri jiran, Malaysia. Kapal yang sarat muatan ini berlayar tenang meninggalkan Dermaga Teluk Air, tempat Ratu Rosli sebelumnya ditambatkan. Senja itu, cuaca cukup cerah. Sesuai dengan ramalan cuaca yang diinformasikan oleh pelabuhan, hari itu ombak laut memang akan jinak, tanpa gejolak berarti.
Pulau demi pulau dilalui Ratu Rosli tanpa rintangan. Namun, di tengah perjalanan, tiba-tiba mesin kapal mengalami kerusakan. Kapal berhenti, terombang-ambing ditengah laut. Karena kerusakan mesin tidak dapat diperbaiki dengan cepat, maka tak ada pilihan lain. Ratu Rosli terpaksa buang jangkar.

Bila kapal mengalami kerusakan, sebagai bagian dari kru kapal, tentunya akupun ikut panic. Terlebih kapten kapal kargo yang akrab disapa Pak Chief itu. Maklum saja, keterlambatan akan menimbulkan komplain dari pemilik barang. Mereka tak pernah mau mengerti bila kapal tiba ditujuan. Bahkan akan jadi boomerang bagi pemilik kapal, sebab kepercayaan pelanggan ternodai.
Ternyata mesin kapal mengalami kerusakan fatal. Kruk as patah dan tak bisa difungsikan lagi. Sementara onderdil cadangan tidak ada.
Karena keadaan ini, keesokan harinya, Pak Chief terpaksa kembali ke Pontianak dengan menumpang kapal nelayan yang kebetulan akan pulang.
Tak ada yang mesti dikerjakan selama Pak Chief berada di darat. Para ABK menghambur-hamburkan waktu percuma, atau paling-paling memancing cumi-cumi.
Pemandangan laut yang menoton memang membuatku jenuh. Akhirnya aku beranjak masuk ke dek. Anehnya, malam itu aku gelisah. Setiap ruang sepertinya tidak membuatku nyaman. Berdiri salah, duduk apalagi.
Setelah cukup lama berbaring di kamar, rasa kantuk pun menyerang. Beberapa saat kemudian aku terlelap.Dan, entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba seorang wanita hadir dalam mimpiku. Bibirnya yang padat berisi itu menyunggingkan senyuman yang begitu mempesona.
Wanita cantik itu mengenakan gaun malam warna perak. Langkahnya gemulai, anggun bak peragawati di atas cat walk. Lekuk tubuhnya, amboi, indah sekali!
Sesekali dia menebar pandang ke seantero ruangan. Dan sesekali pula dia melirik genit kepadaku. Sesaat kemudian dia menghentikan langkahnya. Berdiri mematung dekat jendela yang memang sengaja dibiarkan terbuka. Rambut panjangnya terurai menutupi leher jenjangnya, melayang-layang liar dipermaikan angin yang berhembus semilir.
Sebagai seorang pelaut yang jarang bertemu perempuan, apa perempuan secantik dirinya, maka aku pun langsung tersihir oleh kecantikannya. Jantungku berdebar tak beraturan. Betapa ingin aku menyapanya, namun lidahku terasa kelu.
Entah berapa lama pandanganku tetap menancap padanya. Bidadari itu belum juga beranjak dari jendela. Namun, seketika rasa takjubku berubah menjadi takut. Entah mengapa, perempuan itu menatapku dengan tajam, dengan sorot matanya yang penuh dengan bara kebencian. Tatapannya berubah nanar, persis singa betina lapar yang ingin menerkam mangsanya. Sangat mengerikan!
Seolah tak peduli pada ketakutanku, perempuan itu merentangkan kedua tangannya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Ya, dia sepertinya ingin terbang ke luar jendela. Tapi, tidak! Secepat kilat dia malah menghampiriku dan langsung mendekapku.
Dalam dekapanya, aku sulit bergerak. Nafasku tercekat. Anehnya, tubuh wanita cantik ini berbau seperti kemenyan. Sangat menyengat. Aku meronta, berusaha melepaskan diri. Lalu aku berteriak keras. “Lepaskan aku! Tolooong…!”
Anehnya lagi, kenapa Very, teman sekamarku tidak lekas membantuku? Padahal posisinya tepat di sisiku. Bahkan tubuh kami nyaris bersentuhan diatas dipan untuk dua orang ABK. Kalau pun akhirnya ia bangun lebih dulu, mungkin karena mendengar gumam tak jelas, atau tersenggol tubuhku yang bergerak tak terkendali.
“Hei..Man bangun!” teriaknya sambil mengguncangkan tubuhku.
Aku tersentak, dan kembali ke alam nyata. Spontan aku amat lega terlepas dari beban menyiksa dari mimpi yang menakutkan itu.
Very menyeringai melihatku masih ketakutan. Dia juga tampak tegang. “Mimpi seram ya, Man?” Tanyanya. Dia mengingatkanku agar membaca Bismillah sebelum tidur, kemudian memberiku segelas air mineral.
“Mimpinya aneh,” ujarku setelah menenggak air mineral sampai habis.
“Memangnya mimpi apaan sih, sampai kamu berteriak-teriak seperti orang sekarat?” tanya Veri.
“Menyenangkan tapi menakutkan Ver. Seram!” jawabku, Lalu kuceritakan isi mimpiku.
“Berarti makhluk itu penghuni pulau Marundang? Mengapa baru sekarang? Padahal sudah seminggu kita lego jangkar di sini,” ujar Very setelah mendengar ceritaku, sambil mengernyitkan dahinya,
Aku memang baru mendengar apa yang disebut Veri sebagai Pulau Marundang itu. Anehnya, nama pulau ini sepertinya berhubungan dengan wanita yang hadir dalam mimpiku.
Selepas mimpi itu, aku memang sulit memejamkan mata. Bahkan, sekitar pukul tiga dini hari, melalu jendela, aku menerawang ke kejauhan. Samar-samar pulau yang terletak antara Indonesia dan Malaysia itu tampak diselimuti kabut, terkesan angker. Tiba-tiba bayangan sosok wanita itu kembali mengusikku. Bukan kecantikan atau senyumnya, melainkan sorot matanya yang menakutkan. Hih, bulu kudukku berdiri.
“Sudahlah, lupakan saja, Man! Mimpi kan hanya bunga tidur. Jangan terlalu dipikirkan kalau kau selalu mengingatnya, nanti kesurupan lho!” Very menepuk bahuku.
Dua hari kemudian, kekhawatiran Very terjadi. Menjelang sore, aku merasakan perubahan yang aneh. Sosok wanita itu kembali mengusik ketenganku. Sudah kupaksakan agar bayangannya enyah dari ingatanku, tetapi tak bisa.
Apa yang terjadi selanjutnya menimpa diriku? Semuanya diceritakan oleh Very, karena aku memang sama sekali tidak menyadarinya. Beginilah kisahnya…:
Setiba dari Pontianak, Pak Chief kaget mendengar suara gaduh dari kamarku. Dia penasaran, karena selama ini belum pernah melihatku bikin ulah. Mendapati aku dirubungi para ABK, karuan Pak Chief keheranan. Saat itu, aku bukanlah diriku lagi. Rupanya, makhluk itu telah menguasaiku.
Pak Chief, juga teman-temanku ABK yang lain, ketakutan melihatku terus cekikikan, dengan mata melotot sambil menceracau tak jelas. Pak Chief berusaha menenangkanku.
“Siapa kau ini, laki-laki atau perempuan?” tanyanya. Sementara itu, para ABK saling berpandangan, penuh harap menunggu jawaban. Mereka ketakutan saatku pelototi bergantian.
Bukan jawaban yang didapatkan didapatkan dari mulutku yang kerasukan itu. Menurut cerita Very, aku malah menampar keras pipi kiri Pak Chef.
Sontak saja lelaki bertubuh gempal ini jadi berang. Lima ABK yang mendapat perintah langsung darinya segera memegangi tangan dan kakiku. Namun, mereka kewalahan, sebab aku terus berontak dengan tenaga kuat luar biasa.
Merasa khawatir akan keselamatanku, takut aku mencebur diri ke laut misalnya, atas perintah Pak Chief, kemudian aku diikat pada pilar di tengah ruangan. Ikatannya sangat kuat, dengan menggunakan tali sebesar jari kelingking orang dewasa.
Kata Very, aku memang tak bisa berkutik lagi. Tubuhku langsung terkulai menyatu dengan pilar itu. Suasana kapal pun berubah tenang, dengan demikian para ABK, khususnya bagian mesin bisa lebih berkonsentrasi memperbaiki kerusakan mesin.
Keputusan Pak Chief memang kejam, namun tepat. Hal itu merupakan wujud dari tanggung jawabnya sebagai pemimpin. “Sebelum sadarkan diri, jangan lepaskan tali ini. Tolong awasi dia!” katanya dengan tegas, seperti yang ditirukan Very.
Sejurus kemudian, Pak Chief pergi menuju ruangan mesin. Dua orang petugas juru mesin mengaku kewalahan, sebab baru kali ini mereka menghadapi kerusakan fatal. Butuh kesabaran ekstra memasang kembali truk as ke dalam mesin. Apalagi onderdilnya masih baru.
Akhirnya, mesin selesai diperbaiki. Anehnya, di saat bersamaan, aku yang semula kerasukan kembali siuman. Pak Chief girang melihatku.
“Sudah sadar kau rupanya?” candanya sembari mengucek-ucek rambutku.
Setelah mesin berhasil dihidupkan dan jangkar ditarik ke haluan, Ratu Rosali pun siap melaju kembali meneruskan pelayaran yang tertunda. Karena truk asnya diganti, kapal melaju lebih kencang dari biasanya, yakni dengan kecepatan 12 mil/jam.
Meskipun aku telah sadar, namun ternyata Pak Chief masih merisaukan keselamatanku. Buktinya, sepanjang perjalanan aku selalu diawasinya. Rupanya, dia khawatir kalau tiba-tiba makhluk itu kembali merasuki tubuhku.
Syukurlah, tak ada kejadian aneh hingga kami sampai di tujuan. Usai bongkar muatan, selama 15 hari di pelabuhan Malaysia, kami kembali berlayar menuju Lampung. Aku tak sabar ingin secepatnya tiba disana. Aku yakin, Marni pasti menantikan kedatanganku yang sudah terlambat lama. Dia wanita sederhana pedagang kopi keliling di pelabuhan. Setiap awak kapal yang bersandar di Lampung, tentu mengenalnya. Bersamanya, aku berharap hidupku lebih berwarna lagi.
Pada saat pelayaran menuju lampang, suatu malam aku sendirian di kamar. Asyik, aku bebas berfantasi tanpa ada yang mengganggu. Aku membayangkan Marni, agar bisa melupakan sosok makhluk jahat itu. Tapi, ya Tuhan, beberapa jam kemudian, aku kembali mendapatkan teror!
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba sosok mengerikan itu sudah berdiri di hadapanku. Dia menampakkan wujudnya yang sangat menyeramkan. Persis Mak Lampir. Gaun malamnya tetap berwarna perak, namun wajahnya tak cantik lagi.
Aku takut setengah mati. Sekujur tubuhku lemas. Ingin berteriak, tapi bibir rasanya terkunci. Ingin lari keluar dari kamar pun tak bisa.
Akhirnya, dengan tubuh gemetar, aku hanya pasrah. Di saat ketakutanku tak tertahan lagi, tiba-tiba dia menghilang. Aku lantas menghambur ke luar kamar, ke ruangan Pak Chief. Aku menemukan ketenangan dan merasa aman. Setidaknya, ada hiburan sementara menunggu pagi. Pak Chief cukup bijak, mengizinkan aku nonton DVD sesukaku di kamarnya.
Kapal bersandar di Lampung pada malam hari. Aku betul-betul kasmaran. Setelah pamit pada Pak Chief, aku menemui Marni yang rumahnya tidak seberapa jauh dari pelabuhan. Gadis sederhan itu amat antusias mendengarkan kejadian aneh yang kualami.
Beberapa saat kami terdiam. Marni menatapku. Entah apa yang dia pikirkan. Kemudian dia memecah kesunyian.
“Sebaiknya , istirahat saja dulu kerja di laut, Kak. Makhluk itu berbahaya! Siapa tahu dia minta korban. Tapi saya hanya menyarankan. Tidak memaksa, lho!” bibir gadis itu bergetar.
Giliran aku diam kebingungan. Mana yang harus kupilih? Masih dua pulau lagi yang akan kusinggahi. Kalau diteruskan, aku akan terus-terusan diteror makhluk sialan itu. Aku tak ingin berlama-lama dalam kebimbangan.
Karena yakin, rasa takut itu berasal dari diriku sendiri, maka kuputuskan meneruskan pelayaran ke pulau Bangka. Keinginan mengundurkan diri kutangguhkan sampai tiba di rute terakhir. Ya, kembali ke Pontianak. Dengan begitu, paling tidak aku bangga akan diriku. Setidaknya aku bukan pelaut pengecut.
Selama bersandar di pulau Bangka, tak ada kejadian aneh. Mungkin makhluk itu telah lupa dan bosan mengusik ketenanganku. Atau mungkin dia sudah berselingkuh dengan ABK lain? Segala sesuatu berjalan wajar hingga selesai bongkar muatan. Setelah itu, pelayaran dilanjutkan menuju Ketapang.
Pagi cerah, laut masih berkabut, sewaktu kapal bertolak meninggalkan pelabuhan Bangka.
Sebagai seorang pelaut aku tahu persis kalau sedari dulu pulau Ketapang memang terkenal nuansa mistinya. Sering kudengar cerita teman yang melihat penampakkan di pelabuhan. Tapi, aku cenderung mengabaikannya.
Tiga hari berlalu, aman di Ketapang. Pak Chief gembira melihatku kembali ceria dan membaur sesama ABK. Seperinya biasanya, kami bersenda gurau melepas penat usai kerja bongkar muatan.
Namun, sungguh aneh, di tengah keceriaan itu, tiba-tiba sekelebat bayangan kembali melintas dalam benakku. Bayangan wanita bergaun perak itu. Tapi, segera kutepis dan langsung mengingat Marni. Demikian kulakukan berulang-ulang kali, sehingga pikiran dan perasaanku mulai ngelantur. Semula aku beranggapan, mustahil makhluk itu kembali mendatangiku lagi karena jarak Marundang – Ketapang terlampau jauh. Tapi nyatanya, dia terus mengikuti dan kembali bereaksi. Kali ini kejadiannya sangat aneh.
Malam itu, hujan masih menyisakan gerimis. Suasana pelabuhan Ketapang tampak lengng. Biasanya, bila cuaca cerah, warga setempat selalu datang meramaikan pelabuhan. Disana-sini biasanya terlihat pasangan memadu kasih, duduk santai di dermaga sambil mengobral janji-janji manisnya.
Tapi, malam itu suasana sepi sekali. Bahkan, sebagian temanku pasti sudah terlelap. Aku belum mengantuk. Aneh, perasaanku serasa sangat galau. Resah. Kusibuk kandiri dengan mempertimbangkan keputusan terbaik setelah tiba di Pontianak nanti. Berhenti kerja di laut, tapi apa yang bisa aku lakukan? Sementara aku tak punya pengalaman kerja di darat?
Angin bertiup kencang dan rasa dingin semakin menggigit. Sebagai perokok kronik, di saat cuaca dingin, aku sangat membutuhkannya. Sial, rokokku tak satu pun tersisa. Aku beringsut ke kamar sebelah. Begitu pintu terkuak, kulihat temanku sudah pulas meringkuk. Rasanya sungkan membangunkan tidurnya. Siapa tahu, mungkin dia tengah mimpi indah.
Kemudian aku langsung meraih sebungkus rokok yang tergeletak di atas meja. Kunyalakan korek api lalu menyulut sebatang. Begitu melangkah ingin meninggalkan kamar, tiba-tiba ada yang menyentuh pundakku. Spontan bulu kudukku meremang.
Ya, Tuhan! Makhluk itu muncul dari kehampaan. Dia tiba-tiba saja sudah berdiri dengan berkacak pinggang menghadangkan di bibir pintu. Tubuhnya yang langsing itu masih mengenakan gaun malam berwarna perak. Bibirnya tersenyum sinis dengan sorot mata melotot tajam.
Tanpa kuasa menolak, aku mengikuti langkah wanita itu ketika dia menuntun lenganku pergi meninggalkan kapal. Hanya itu terakhir yang kuingat di ambang batas kesadaranku.
Rupanya, tak seorang ABK pun tahu bahwa aku kembali dirasuki dan pergi bersama sosok perempuan misteri itu ke alamnya. Ya, suatu tempat yang sulit diketahui di mana letak persisnya. Sebuah tempat yang sangat asing bagiku, dan bagi siapa pun juga. Mungkin bukan di alam nyata. Yang pasti, panorama alamnya begitu indah dilatari sederetan pohon rindang.
Anehnya, selama dalam pengembaraan itu, yang kurasakan bukannya malam hari, tetapi suatu sore saat matahari akan tenggelam. Cuaca redup menyejukkan. Seluas mata memandang, yang kulihat hanyalah hamparan pemandangan menakjubkan.
Setelah cukup lama berjalan, akupun merasa lelah. Aku mengajaknya duduk di tepi sebuah telaga. Wanita itu berdiri membelakangiku. Sementara aku tak berkedip memandangi ikan-ikan beraneka warna yang terus berenang berseliwaran di dalam telaga yang sangat bening. Karena kelelahan, aku bersandar pada pokok pohon mati ditepi telaga itu. Tak lama kemudian, makhluk itu melirikku sekilas, lalu pergi tanpa bicara sepatah katapun.
Yang tak kalah aneh, saat terjaga, aku berada buritan kapal. Dengan gugup, aku segera berlari meninggalkan lokasi ini. Waktu itu pagi sudah tiba. Saat masuk kamar, kulihat Very belum juga bangun.
Pagi itu, perasaanku tak menentu. Aku merenung, mengenang perjalanan yang kutelusuri di luar kesadaranku. Sementara. Ratu Rosali bertolak meninggalkan pelabuhan Ketapang.
Selama dalam pelayaran menuju Pontianak, sengaja aku pindah kamar. Temanku tak keberatan bertukar kamar yang kuanggap sial itu.
“Dengan senang hati aku akan tidur di kamarmu. Jika nasib lagi mujur, siapa tahu makhluk itu hadir dalam mimpiku nanti. Kemudian memberi angka jitu. Lalu aku kaya mendadak jadi jutawan,” ujar Idham, temanku, dengan gayanya yang jenaka.
Setelah bertukar kamar dengan Idham, kukira wanita gaib itu tak lagi mengusikku. Namun, kenyataannya dia terus mengikuti kemana pun aku pindah, bahkan ke mana pun kapal berlayar. Aku tak bisa mendeteksi keberadaannya aku karena tak punya kemampuan supranatural.
Di kamar yang baru, aku beranjak tidur dengan perasaan sedikit lega. Biarlah temanku yang didatangi makhluk gaib itu. Tapi, apa yang terjadi? Tiba-tiba dia muncul lagi dalam mimpiku. Kulihat dia tampak beringas, sepertin ingin menelanku hidup-hidup. Jelas terdengar saat wanita itu bicara begini, “Namaku Tukiyem. Aku minta disediakan kambing putih.”
Bahkan, dia mengancam akan terus meneror ABK Ratu Rosali sebelum keinginannya dikabulkan. Aku hanya melongo terdiam. Hanya bisa mendengar, ingin bicara, tapi tak terucapkan.
Mimpi malam itu makin membulatkan tekadku untuk mengundurkan diri. Aku tak harus takut tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan di darat. Bukankah tersedia banyak pilihan dalam hidup? Jika mau berusaha, selalu ada jalan, demikian pikirku.
Bila tak ada peluang di daratan, apa salahnya kembali bekerja di laut. Tak harus kapal kargo Ratu Rosali yang berhantu ini.
Setelah selesai bongkar muatan di pelabuhan Pontianak, malamnya aku menemui Pak Chief di kamarnya. Dengan tegas kusampaikan keputusanku. Mendengar itu, dia menyipitkan mata. Mungkin sulit memahami alasan pengunduran diriku yang begitu mendadak. Tapi, dia merasa tidak berhak menghalangi niatku.
Sebelum pergi meninggalkan kapal, aku harus menceritakan mimpiku semalam. Salah besar jika kupendam sendiri. Demi keselamatan seisi kapal, apa salahnya memenuhi permintaan makhluk itu.
Sepertinya Pak Chief tak mempercayai kata-kataku. Dia mengangap makhluk gaib jenis apapun hanyalah tahyul belaka. Tak mengapa. Yang penting aku lega, sebab mimpi yang membebani pikiranku itu telah kuceritakan padanya.
Sebulan kemudian, Ratu Rosali kembali berlayar ke Malaysia. Sebelum kapal bertolak, aku menemui Very dan menanyakan tentang kambing putih permintaan makhluk itu. Tapi jawabannya, “Pak Chief mengabaikan itu!”
Aku membatin, ABK siapa lagi yang akan diteror wanita sialan itu nanti?
Sementara belum mendapat pekerjaan, aku menghabiskan hati-hariku di pelabuhan. Kadang ikut melaut dengan perahu nelayan. Berangkat pagi mencari ikan, sore harinya kembali ke daratan.
Waktu terus berlalu, Senin pagi, tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan kapal nelayan yang membawa Pak Chief bersama 10 ABK Ratu Rosali. Kapal nelayan itu menyelamatkan mereka saat terapung di tengah laut, tak jauh dari pulau Marundang.
Menurut Very, yang kutemui dalam keadaan shock, saat melintasi lautan pulau Marundang, kapal kembali mengalami kerusakan. Baling-baling kemudi patah tanpa sebab. Ketika itulah tiba-tiba angin bertiup kencang dari dua arah, barat dan barat laut, membangkitkan ombak setinggi 5 meter.
Ratu Rosali terombang-ambing tanpa daya. Akhirnya, suatu tamparan ombak yang begitu dahsyat menenggelamkannya. Tamatlah riwayat kapal kargo itu….
Mendengar cerita Veri, seketika sosok makhluk itu berkelebat dalam benakku. Adakah hubungan kecelakaan itu dengan sikap sombong Pak Chief, yang tak mau memberikan kambing putih pada sosok perempuan gaib yang mengaku bernama Tukiyem itu?
Wallahu’alam. Hanya Allah SWT yang mengetahui rahasia hikmah di balik setiap musibah.

TERDAMPAR DI KERAJAAN GAIB LAUT SELATAN


Petualangan di pantai Bandealit yang angker itu benar-benar membuatnya jera. Dia terjebak di sebuah kerajaan gaib yang dihuni oleh wanita-wanita sangat cantik. Siapa mereka sebenarnya…?

Namaku Hengki, usia 25 tahun. Salah satu kegemaranku adalah jalan-jalan menikmati keindahan alam, baik itu pegunungan maupun pantai. Sudah banyak tempat yang kukunjungi. Bahkan, sejumlah gunung di Jawa, seperti Gunung Semeru dan Bromo telah aku jelajahi. Demikian pula beberapa kawasan pantai yang legendaris pernah kujamah dengan tanganku.

Rasanya ada kepuasan tersendiri yang tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Dengan kegemaranku bertravelling telah banyak memberiku pengalaman baru, teman-teman baru, dan harapan-harapan baru. Tapi, aku tidak sendirian melakukan semua itu. Ada 8 orang teman yang selalu bersama dan kompak dalam mewujudkan kegemaran tersebut.
Umumnya, kami melakukan pendakian ke gunung, atau berkemah di sekitar pantai. Kegiatan ini terutama sekali kami lakukan saat kami liburan kuliah. Maklum, semua gengku adalah mahasiswa yang kuliah di berbagai perguruan tinggi. Ada yang kuliah di ITN Malang, ITS Surabaya, UMM Malang, Unesa Surabaya, dan aku sendiri di STIE Mandala Jember.
Suatu kali, kami mengadakan plesir ke pantai Bandealit. Hampir semua orang tahu, kalau pantai yang satu ini masih perawan dan penuh dengan misteri. Disamping jarang dirambah orang, pantai Bandealit beserta hutannya dihuni oleh manusia-manusia kerdil yang sulit dilacak keberadaannya, juga binatang buas masih banyak yang berkeliaran.
Sebagai orang-orang yang masih berjiwa muda, kami tertantang untuk menaklukkan keganasan pantai Bandealit. Dengan diantar beberapa petugas dari Perum Perhutani, kami menelusuri hutan yang masih perawan lewat jalan setapak. Hutan lindung ini ternyata memang benar-benar sangat lebat dan belum terjamah oleh tangan-tangan kotor.
Bunga anggrek banyak bertebaran di atas batu, pohon, dan di lereng-lereng bukit dengan berbagai aroma dan warna yang sangat indah sekali. Sayang, petugas Perhutani dan Pelindung Alam melarang kami memetik anggrek tersebut.
Hampir setengah hari kami berjalan naik turun bukit. Karena saking lebatnya pepohonan, sinar matahari tidak bisa menerobos tubuh kami.
Sesampainya di bibir pantai, kami segera memasang tenda, karena hari memang telah petang. Setelah itu, kami santai menikmati petang dengan minum kopi hangat dan makan mie instant. Tiga jam kemudian, malam tiba. Anak-anak ada yang main kartu di dalam tenda, ada juga yang memancing sambil duduk-duduk di atas batu karang.
Kebetulan sekali, malam itu purnama bersinar sempurna. Rasanya damai sekali berada di tengah-tengah alam yang masih asri.
Karena keadaan alamnya yang demikian permai, kami betah berkemah di lokasi pantai ini. Namun, sewaktu memasuki malam ketiga, aku mengalami suatu keanehan yang sulit diterima nalar.
Malam itu, sekitar pukul 12 malam, aku tidak bisa tidur. Kulihat di sisi kiriku Arman, tertidur dengan pulas. Kulihat pula di sisi kananku Andi juga tertidur ngorok.
Karena kesal sendirian, perlahan-lahan aku keluar dari tenda. Entah kenapa, betapa takjubnya aku melihat pemandangan alam dan air laut yang mengkilat diterpa sinar rembulan.
Ya, malam itu aku berdiri sendirian menghadap laut lepas. Angin malam benar-benar terasa segar dan tenang. Ombak pun berdebur ramah, menghadirkan irama alam yang menyegarkan pikiran.
Namun, laut yang semula tenang, tiba-tiba berubah seperti mengamuk. Ombak datang bergulung-gulung menjilati pantai Bandealit, disertai gemuruh angin semula ramah namun kini berhembus tak tentu arah.
Tapi yang jauh lebih aneh adalah diriku. Entah bagaimana, aku tidak merasa takut atau panic dengan perubahan alam yang sepertinya marah itu. Malahan, aku tetap saja asyik duduk-duduk menikmati kebesaran Sang Pencipta Alam.
Dari jarak sekitar 100 meter, kulihat tenda yang dihuni teman-teman tidak ada yang terbuka, pertanda semua penghuninya masih tetap tertidur pulas. Sementara itu, gulungan ombak yang menghempas pantai semakin mengganas. Bahkan, tiba-tiba suasana pantai jadi mendung dan gelap. Tak ada sinar purnama yang semula permai. Sementara, cahaya yang nampak di pantai itu hanya lampu listrik baterai dari dalam tenda teman-teman yang terlihat berkelap-kelip di kejauhan.
Aku sendiri tidak tahu siapa saja yang masih di pantai selain diriku. Namun aku sendiri, saat itu tidak memperdulikan hal itu. Yang terpikirkan hanya menikmati malam.
Deburan ombak pantai masih terus bergulung-gulung seperti alunan musik memecah kesunyian malam. Ketika asyik menikmati suasana sekitar, mendadak aku dikejutkan oleh suara yang sangat asing di telingaku. Ya, suara itu seperti langkah kuda yang menarik kereta diiringi gemerincing klintingan yang biasanya menghiasi leher kuda.
Secara reflek, aku memalingkan wajah ke arah laut lepas tempat asal suara aneh itu muncul. Kembali aku merasakan keanehan. Wujud kereta dan kuda tidak ada. Yang kulihat hanya deburan ombak yang menyapu pantai.
Setelah itu, kembali suasana menjadi sunyi dan sepi. Keheningan menyelimuti pantai Bandealit.
Merasa tidak ada sesuatu yang terjadi, aku kembali bermain air dengan jari-jari kakiku. Namun, belum sempat aku memanjakan kakiku dengan air laut, lagi-lagi aku dikejutkan dengan suara yang sama. Bahkan kali ini, suara tersebut semakin jelas. Suara gemerincing klintingan sampai terasa memekakkan telingaku.
Dengan perasaan berdebar-debar, kuarahkan pandanganku pada sumber suara itu datang. Darahku seketika berdesir diiringi detak jantung berdegup cepat. Bagaimana tidak, kulihat ada suatu keanehan yang sepertinya muncul dari dasar laut. Seberkas sinar yang sangat menyilaukan mata menyemubul di antara gelombang. Dan yang lebih aneh, seperti ada sesuatu di balik cahaya kemilau itu.
Sayangnya, belum sempat aku melihat wujud apa sebenarnya yang ada di balik sinar itu, aku sudah jatuh pingsan. Yang kulihat setelah itu, aku merasa berada di atas kereta kuda dengan pengendalinya seorang wanita cantik, sementara itu disamping kiri dan kananya ada beberapa wanita yang sepertinya turut menjagaku.
Aku berusaha berontak dan berteriak, tapi aku tidak bisa mengeluarkan suara. Hingga akhirnya aku pasrah.
Tidak lama kemudian, pemandangan yang kulihat benar-benar membuatku terpesona dan keheranan. Kereta berhenti di suatu tempat yang sangat terang dan indah. Orang di sekelilingku hampir semuanya wanita dengan pakaian ala kerajaan. Ada juga kaum lelaki, tetapi mereka selalu di belakang para wanita itu, dan mereka selalu siap menunggu perintah.
Setelah lama berada di ruangan yang sangat indah dan sulit digambarkan itu, tiba-tiba muncul seorang wanita bermahkota. Sepetinya wanita ini adalah pemimpin dari para wanita yang membawaku. Dengan tatapan matanya yang tajam, namun kurasakan sejuk saat beradu pandang, wanita itu angkat bicara memberi tawaran padaku.
“Cah bagus, maukah kamu menjadi suami dari anak-anakku yang cantik-cantik itu? Kalau kamu mau, aku siap memberikan harta kekayaan yang melimpah padamu.”
Aku tdiak segera menjawabnya. Memang, kulihat ada sekitar 10 wanita cantik yang duduk berjajar di belakang wanita bermahkota itu. Dan rasanya aku tidak mungkin menikahi wanita-wanita cantik itu sekaligus. Dengan halus aku menolak mentah-mentah permintaan konyol itu.
Dalam benakku berkecamuk, pikiran yang susah diterjemahkan, karena aku masih merasa sangat aneh. Meski beberapa kali aku dibujuk agar mau mengawani 10 wanita cantik tersebut, aku tetap bersikukuh dengan pendirianku. Walaupun aku diiming-imingi harta yang tiada tara jumlahnya.
Karena aku tetap menolak, tiba-tiba aku ditendang, bahkan kemudian dicambuk oleh wanita-wanita cantik tadi. Yang tak kalah aneh, kecantikan yang semula terpancar di wajahnya berubah seram. Tiba-tiba wajah wanita-wanita cantik itu mengeluarkan taring dan sekujur tubuhnya bersisik seperti ular.
Bau anyir dan tubuh berlendir benar-benar membuatku mual. Ya, wanita-wanita tadi telah berubah menjadi ular berbisa yang kemudian melilit sekujur tubuhku. Pemimpin wanita tadi juga telah berubah menjadi ular bermahkota.
Aku berusaha untuk menguatkan diri. Tidak lupa aku berdoa dan menyebut asma Allah SWT berkali-kali agar aku bisa selamat dari marabahaya, dan kembali pada keluargaku. Hingga akhirnya aku jatuh pingsan lagi.
Kejadian berikutnya, aku ditemukan seorang nelayan mengapung di tengah lautan dengan pakaian yang sudah compang-camping. Tapi, anehnya sekujur tubuhku masih utuh dan segar. Nelayan yang belakangan aku ketahui bernama Pak Dirjo ini rupanya segera membawaku ke darat dan menyerahkan jasadku pada sesepuh Desa Bandealit.
Kabar tentang penemuan jasadku benar-benar membuat penduduk Desa Bandealit yang hanya beberapa KK jumlahnya itu jadi gempar. Begitu juga dengan kedua orang tuaku yang segera dihubungi oleh Polisi setempat. Teman-teman yang ikut pergi bertravelling juga turut serta datang satu mobil dengan kedua orangtuaku.
Kejadian ini benar-benar luar biasa sekali. Sebab, bagaimana mungkin jasadku tetap utuh bila mengapung di tengah laut selama satu minggu.
Ketika aku siuman dari tidur panjang yang aneh itu, aku pun benar-benar merasa takjub atas kejadian ini. Bagaimana mungkin aku bisa hidup mengapung di atas air laut selama seminggu, dan perasaan aku hanya sebentar tertidur.
“Kamu tidak usah bingung. Dunia gaib dan alam nyata memang sangat berbeda. Yang patut kita syukuri sekarang, kamu bisa kembali ke dunia ini dengan selamat. Dan itulah kebesaran Allah yang patut kita syukuri,” kata sesepuh desa Bandealit.
“Lalu siapakah mereka yang telah menyanderaku?”
“Mereka adalah penguasa laut selatan, dan kamu telah terdampar di kerajaan laut selatan tersebut.”
“Alhamdulillah, sekarang kamu telah kembali ke dunia nyata. Padahal Ibu dan ayahmu, juga semua keluarga kita, telah mengadakan tahlillan hari ke tujuh,” ucap Ibuku dengan linangan air mata.
Aku tertegun dan menatap kesedihan Ibu. Lalu aku memeluk Ibu dengan hangat dan erat. Aku berjanji dalam hati, tak akan membuatnya was-was dan khawatir lagi.
Sejak peristiwa itu, aku tidak lagi senang pergi ke tempat yang aneh-aneh. Apalagi, kini di sampingku sudah ada wanita cantik yang menjadi isteri syahku, dan telah memberiku seorang anak. Yang jelas, wanita satu ini bukan wanita siluman seperti di kerajaan laut selatan dulu. Jadi, karena itulah aku sangat mencintainya

LinkWithin